15 || HERIR

1.2K 190 51
                                    

Jika hadirku tidak berarti untuk dekapmu, maka ijinkan ragaku berkelana mencari dekap hangat sang pelangi.

Now playing - Suatu saat nanti - Hanin dhiya

•••

"Would you be my girlfriend?"

1 detik 2 detik...

"Yes, i will."

Sebuah suara yang sangat ia kenal berhasil menghentikan langkahnya, perlahan gadis itu memundurkan langkah teratur, nadinya terasa berhenti saat itu juga. Dilihatnya seorang pemuda dengan gadis yang entah Letta tidak ketahui namanya sedang berdiri di dalam lilin yang sudah tersusun dengan bentuk hati itu.

Mulutnya bungkam, senyum yang sejak tadi ia suguhkan pudar begitu saja, dunianya seakan runtuh. Yang bisa ia lakukan saat ini adalah bersembunyi diantara pohon-pohon kecil yang tumbuh dengan rindang. Letta ingin sekali menarik tubuhnya dari sana, namun kakinya tidak mau melangkah barang sedikitpun.

Segala sesuatu yang ia rasakan selama ini terasa sangat percuma. Mungkin memang salahnya juga menaruh perasaan tidak pada tempatnya. Mencoba menyimpan rapat-rapat perasaannya diatas persahabatan, mencoba menghindar dari takdir yang akan menghancurkan persahabatannya.

Pertahanan yang sejak tadi di bangunnya akhirnya runtuh begitu saja ketika ia melihat Regar mengecup singkat gadis di depannya. Ia menyeka kasar cairan bening menyebalkan yang tiba-tiba lolos dengan mulus di pipinya.

Terlihat raut yang tidak pernah Letta dapati terpancar di wajah tampan Regar. Senyum yang selama ini ditujukan untuk Letta sekarang bukan untuknya lagi, tangan lentik yang selalu menggenggam jemarinya sekarang bukan miliknya.

Letta mencoba tersenyum untuk keberhasilan pemuda yang sudah berpuluh tahun menjadi sahabatnya. Selanjutnya ia menarik kakinya untuk pergi dari tempat itu sebelum Regar melihatnya. Tempat yang membawanya pada rasa sakit yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

Gadis itu memakai helm full face-nya, melajukan motornya dengan kecepatan tinggi, tidak peduli beberapa kendaraan membunyikan klakson untuknya. Tujuannya saat ini hanya ingin mendinginkan pikirannya untuk beberapa saat tertentu.

Letta memilih untuk pergi ke apartemen miliknya, gadis itu tidak ingin terlihat sedih didepan orangtuanya. Bukan hanya itu saja, pasti Regar akan datang kerumahnya untuk sekedar bertanya ataupun bercerita tentang apa yang pemuda itu alami.

Letta tersenyum masam, ternyata seperti itu rasanya mencintai seseorang yang tidak mencintai kita. Untuk pertama kali, Letta merasakan jatuh cinta dan terluka secara bersamaan.

Setelah sampai di apartemen, gadis itu melepas jaketnya kasar, membuangnya kesembarang arah. Letta membanting tubuhnya di atas kasur, menatap langit-langit kamar dengar perasaan yang entah ia sendiri tidak bisa mendeskripsikannya.

Tangannya beralih merogoh ponsel yang berada di saku celananya. Menghela napas panjang, mencoba menahan air mata yang terus ingin keluar. Selanjutnya gadis itu mendial nomor yang tertera layar ponselnya.

"Assalamualaikum Ma,"

"Waalaikumsalam, kenapa sayang?"

"Ma, Letta gak pulang kerumah ya. Pengen banget nginep apartemen."

"Ya sudah, jaga diri ya!"

"Mama jangan bilang ke Regar kalo aku di apart."

"Memangnya kenapa? Berantem?"

"Enggak Ma, Letta males aja. Mama tau sendiri kan kalau Regar suka ganggu."

"Its okay, see you honey!"

SCORPIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang