Tidak membalas meskipun diinjak, bukan gue. Karena, lo harus menanggung apapun yang pernah lo lakuin di masa lalu
-Scoletta
•••
Regar menatap sendu jendela yang sedikit terbuka di depannya, menampakkan pancaran lampu yang masih menyala, menjadi tanda bahwa sang empu tengah terjaga. Hari belum terlalu larut memang, namun menatap ruang itu kosong membuat Regar tidak bisa lantas tenang.
Hampir satu bulan, tepatnya Regar tidak pernah menatap seseorang yang masih dengan wajah bantalnya membuka gorden jendela tersebut. Jujur saja, kepergian Letta tanpa kabar beberapa hari lalu membuatnya merasa kehilangan banyak hal. Mulai dari tidak ada lagi orang yang dia buat kesal ketika akan tidur.
Bagi Regar, perasaan marah tentu saja merupakan hal wajar. Ketika dia dengan susah payah memikirkan, mencari dimana Letta namun cewek itu kembali seolah tidak terjadi apapun.
"Letta kemana sih, udah hampir larut gini," ujarnya seorang diri.
Selanjutnya pemuda itu mengambil jaket miliknya, menyabet kunci motor yang berada di atas meja belajarnya. Dia tidak bisa tidur, pun Letta belum kunjung menutup gorden jendela. Jika bukan pergi dengan Karel pasti ia pergi ke basecamp, mengingat Joe juga sudah merapikan basecamp dengan apik beberapa minggu kemarin.
Tidak butuh waktu lama, Regar menghentikan motornya tepat di depan basecamp. Namun, nihil. Letta juga tidak sedang di sana, hanya ada Jesicca satu-satunya perempuan. Tadi Regar sempat menelepon Letta namun tidak kunjung di jawab, dia sedikit khawatir ketika melihat mobil Tian melaju dengan kecepatan tinggi, tanpa Lestad di dalamnya. Bunda Regar juga sempat bilang bahwa hubungan kedua orang itu sedang tidak baik-baik saja, hanya masalah kecil.
"Tumben udah malam baru datang," ucap Tsaqib menyambut kedatangan Regar.
"Gak bisa tidur gue. Letta belum balik."
Selanjutnya, Joe menerima sebuah telepon. Wajahnya berubah sedemikian rupa setelah seseorang di seberang sana memutuskan sambungannya.
"Letta turun lagi ke jalan."
Regar segera berdiri, meminta penjelasan kepada Joe. Jika sedang seperti ini, memang benar apa yang dikatakan Bunda Regar. Sepertinya kedua orangtua Letta sedang tidak baik-baik saja. Dengan cepat, Regar menarik kakinya keluar dari ruang tersebut.
"Gar, biarin dulu. Dia butuh waktu sendiri," ujar Joe.
"Joe, dia sendiri. Bahaya."
"Letta bisa jaga diri, gue yakin. Lagipula bukan Roy malam ini."
Regar berdecak, namun tetap menuruti yang dikatakan Joe baru saja. Meskipun begitu, pikirannya tetap tidak tenang, memikirkan bagaimana Letta. Dia rasa melampiaskan marah dengan cara seperti ini sangat tidak benar. Namun, itulah diri Letta.
KAMU SEDANG MEMBACA
SCORPIO
Roman pour AdolescentsOneDream_id : Scorpio A story by @nandyllaa_ Sebuah kisah klasik yang tidak biasa. Kisah dimana sesuatu membuat seorang gadis yang memiliki jiwa kuat itu menjadi rapuh. Rapuh, ringkih termakan sejuta teka-teki yang membuat hidupnya berbeda. Menyus...