-Fuji-
Tidak ada yang menarik di kehidupanku. Sebagai anak yang terlahir berbeda, lingkup kehidupanku hanya ada tiga. Keluarga, rumah sakit dan buku. Hanya itu. Aku tidak bisa beraktivitas seperti anak pada umumnya.
Berlari sedikit saja, tubuhku akan berakhir di ranjang rumah sakit. Memakan makanan sembarangan, lagi-lagi aku menghabiskan waktu bersama para perawat. Entah sudah berapa banyak jarum suntik yang menghujam kulitku. Belum lagi check up yang akan menyita waktuku sebagai pelajar.
Oleh karena itu, orang tuaku tidak mengijinkanku sekolah umum. Karenanya aku tidak memiliki teman, ditambah sifat pendiamku, interaksi sosial semakin menjauh dari hidupku.
Selama delapan belas tahun hidup, aku bahkan tidak hapal daerah sekitar kompleks rumahku. Yang kutahu hanyalah jalan menuju rumah sakit—mungkin.
Entah kapan terakhir kali aku berinteraksi dengan orang asing selain papa, mama, dr. Rudy, dan para perawat. Sepertinya sudah sangat lama. Lagipula, aku merasa percuma jika harus membangun hubungan baik dengan orang lain. Toh, umurku tak akan lama lagi.
Aku lebih senang berdiam diri dikamar, berteman tumpukkan buku dan novel koleksiku yang dibelikan Papa. Dengan buku, aku dapat melihat dunia. Bermodal lima puluh ribu, aku dapat melihat menara Eiffel di Paris sampai Piramida di Mesir. Walau aku harap dapat melihatnya langsung dengan mata kepalaku sendiri, sih.
Aku juga dapat berkenalan dengan dunia lainnya melalui cerita fiksi. Membayangkan bahwa aku merupakan si tokoh utama yang dapat menyelamatkan dunia, tanpa memikirkan bahwa tubuh ringkihku ini dapat sekarat hanya untuk berlari beberapa meter saja, sudah cukup.
Obrolan hangat dengan Mama pun sudah lebih dari cukup bagiku. Selama ada mereka, aku akan baik-baik saja. Karena aku telah memiliki orang yang menyayangiku, dan aku tidak ingin membuat banyak orang bersedih dengan kepergianku. Bahkan, memikirkan kesedihan orang tuaku saja, sudah membuatku menderita.
Papa, mama, maaf karena aku tidak terlahir normal seperti anak lainnya.
Akan tetapi, akhir-akhir ini aku sedikit merasa bosan dengan lingkup kehidupanku yang hanya rumah dan rumah sakit. Rasanya jenuh, dan aku ingin menikmati suasana baru.
Oleh karena itu, aku mencoba untuk berkeliling kompleks, untuk melihat-lihat. Toh, tidak akan jauh dan aku mana mungkin lari-larian tidak jelas. Walau awalnya Mama tidak mengijinkan. Padahal aku bukan anak kecil lagi, aku sangat mengerti kondisi tubuhku dan batasanku. Setelah beberapa kali bujukan, akhirnya dengan berat hati Mama mengijinkan. Asal tidak terlalu lama.
Hingga aku menemukan taman yang tak jauh dari rumahku. Hanya berbeda satu blok, melihat suasananya semakin membuatku senang sekaligus gugup. Anak-anak berlarian, para remaja berkumpul dan banyak lagi. Aku tidak pernah melihat aktivitas sehidup ini secara langsung tanpa terhalang kaca mobil.
Semenjak hari itu, aku memutuskan untuk datang ke taman itu setiap hari. Mama mengijinkan karena letak taman itu memang tidak jauh dan aku tidak boleh memaksakan diri, aku sangat senang karenanya. Mama memang orang paling pengertian yang pernah aku temui sepanjang hidupku.
Oleh karena itu, aku selalu datang ke sana dan membaca buku kesukaanku. Semuanya berjalan tenang, aman dan damai, sebelum seorang pria aneh datang menemuiku.
»»——⍟——««
Dia datang lagi, meminta ijin untuk duduk di sebelahku dengan senyuman yang aku tak tahu apa artinya. Kemudian, menghabiskan waktunya dengan mematung di sana.
Entah apa yang sedang dipikirkannya sehingga memilih diam di sebelahku selama lima hari ini. Sementara aku asyik tenggelam pada buku novelku. Mencoba untuk menutupi rasa gugup yang menyelemuti karena ini pertama kalinya bagiku berada dekat dengan orang yang baru kutemui.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Bangku Taman [END]
Teen FictionSebuah perbincangan dibangku taman. Antara seorang pria yang memiliki penyesalan, dan gadis yang hidupnya tak lama lagi. [REVISI] Mohon maaf bila menemukan beberapa yang ngga nyambung :)