4. Hari Pertama

14 1 0
                                    

Happy Reading!!!



Pagi ini Jinyoung bangun lebih awal. Seperti biasa dia disuguhi pemandangan Soobin yang sedang melamun khas orang bangun tidur. Hari pertama sekolah yang ditunggu tiba.

"Pagi, Soobin!" Jinyoung tersenyum ceria.

"Pagi, kau semangat sekali." Soobin terkekeh.

Soobin dan Jinyoung menyiapkan seragam yang akan mereka pakai hari ini. Soobin melirik ke arah Sunwoo dan Jeno yang masih asik memeluk guling. Dia menggelengkan kepalanya.

Jinyoung berjalan ke arah kamar mandi dengan handuk di lehernya. Dia juga membawa pakaian dalamnya. Saat Jinyoung ingin menutup pintu kamar mandi, dia dikagetkan oleh sesuatu.

"S-soobin kenapa kau masuk ke sini?" tanya Jinyoung.

"Tentu saja untuk mandi." Soobin menutup pintu kamar mandi dan menguncinya.

"T-tapi aku mau mandi."

"Lalu? Kita sama-sama alfa, tidak perlu malu."

Jinyoung akhirnya pasrah karena dia tidak pandai berdebat. Dia juga sebenarnya mengerti kenapa Soobin ingin mandi bersama dengannya. Mereka akan terlambat jika harus mengantri kamar mandi. Setidaknya dua orang harus mandi secara bersamaan.

***

Seluruh murid berdiri di lapangan yang cukup luas. Panas matahari turut menambah penderitaan mereka. Sambutan demi sambutan terus berlanjut seakan tak ada habisnya.

"Panasnya," ucap Sunwoo.

"Iya, rasanya seperti dimasak di panci stenkukwer." Jeno menyeka keringat yang sudah bercucuran.

Berdiri di bawah sinar matahari selama tiga jam cukup membuat muda-mudi werewolf ini kehausan dan kelelahan. Beruntung Jinyoung berdiri di belakang Soobin. Sejuk, inilang keuntungan memiliki teman tinggi.

Jinyoung sejak tadi merasa sedang di awasi. Seseorang berpakaian tradisional di barisan para guru terus menatapnya. Dari yang dia dengar, orang itu adalah ketua Namhanun. Namhanun adalah perkumpulan werewolf peramal. Para peramal memiliki kemampuannya sejak mereka berusia lima tahun. Jika dilihat seorang werewolf memiliki kemampuan meramal, maka werewolf tersebut akan diberikan ke Namhanun untuk dibimbing.

...

Jinyoung sangat senang. Pujaan hatinya berada di kelas yang sama dengan dirinya. Jinyoung tak berhenti menatapnya sejak masuk kelas. Kegiatannya terganggu karena teman sebangkunya terus menusuk-nusuk pipinya menggunakan pulpen.

"Soobin!" Jinyoung menatap Soobin dengan sinis.

"Jangan dilihat terus, nanti orangnya risih." Soobin berhenti menusuk-nusuk pipi Jinyoung.

"Iya juga."

"Lagi pula, pffttt!" Soobin menahan tawanya.

"Apa yang kau tertawakan?"

"Aku masih memikirkan itu." Soobin berujar enteng.

"A-apa?" Entah mengapa pipi Jinyoung memanas.

"Apa semua bagian tubuhmu ditakdirkan berukuran mini? Hahahaha!!!" Soobin tertawa lepas.

Wajah Jinyoung sudah sangat merah. Dia sangat malu, "Bukan milikku yang mini, milikmu yang terlalu besar!"

"Dasar mini, wleeee!"

"Yak!!!"

Dengan rasa cinta kasih yang mendalam, Jinyoung menginjak kaki Soobin. Jinyoung tidak menghiraukan Soobin yang terus mengaduh. Dia kembali menatap Jiwon tanpa berkedip.

Pandangan Jinyoung teralihkan saat ketua kelas berteriak meminta perhatian. Ternyata dia menulis jadwal pelajaran kelas ini. Berikut adalah jadwal pelajaran kelas ini.


Senin

Sejarah Werewolf
Fauna dan Flora
Geografi

Selasa

Olahraga
Politik dan Hukum
Sejarah Werewolf

Rabu

Geografi
Politik dan Hukum
Ras Humanoid

Kamis

Ras Humanoid
Fauna dan Flora
Obat dan Ramuan

Jum'at

Obat dan Ramuan
Berburu

Sabtu dan Minggu Libur


Setelah itu ketua kelas membagikan selebaran. Selebaran itu harus diisi dengan biodata para murid. Sunwoo melihat Jinyoung merasa kebingungan.

"Jinyoung, kau kenapa?" tanya Sunwoo.

"Ah, itu, aku tidak tahu nama wolfku." Jinyoung menunduk murung.

"Bagaimana bisa?!?!?!" Sunwoo berteriak membuat seluruh mata tertuju padanya.

"Aku juga tidak tahu."

Bisikkan demi bisikkan mulai terdengar. Salahkan mulut Sunwoo yang seperti toak masjid. Jinyoung resmi menjadi topik bergosip para werewolf. Jinyoung tidak masalah sampai dia mendengar kata-kata yang sedikit menyakitkan.

"Bagaimana bisa seorang werewolf tidak mengetahui nama wolfnya?" bisik salah satu dari mereka.

"Aku pernah mendengar tentang werewolf cacat dari ayahku." bisik lainnya.

"Maksudmu dia cacat?"

"Mungkin."

Cukup, Jinyoung tidak kuat mendengar perkataan teman sekelasnya. Dengan wajah sedingin es, dia pergi meninggalkan kelas. Jiwon yang melihat itu langsung menyusul Jinyoung.

TBC

MAKASIH YANG UDAH MAU BACA YA
Love you all

Wolves ; 00line ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang