Semua murid telah kembali ke sekolah, tepatnya ke asrama. Terlihat tiga orang siswi sedang kebingungan di kamar mereka. Mereka betiga nampak sangat panik.
"Sebenarnya dia ke mana?"
"Aku tidak tahu."
"Aku juga, aku belum melihatnya sejak perburuan."
Kepada seluruh siswa diharapkan bisa berkumpul di aula sekarang!
Saya ulangi, SEKARANG!!!Mereka samar-sama mendengar pengumuman yang di suarakan melalui pengeras suara itu. Tanpa basa-basi lagi mereka berlari menuju aula.
***
Aula dalam keadaan ramai, sangat ramai. Tidak hanya para murid, tetapi di sana juga ada beberapa orang berpakaian tradisional Korea. Apa yang sebenarnya sedang terjadi.
Dua ekor serigala nampak naik ke atas panggung. Serigala pertama memiliki bulu hitam legam dengan api berwarna merah mengitari tubuhnya. Serigala kedua memiliki bulu berwarna coklat terang dengan api berwarna kuning mengitari tubuhnya.
"Psstt, siapa mereka?" bisik Chaewon pada Siyeon.
"Aku juga tidak tahu, yang pasti mereka sangat tampan dan cantik." Siyeon memancarkan sedikit rasa iri dari hatinya, bagaimana ada serigala secantik itu?
Dua serigala diatas panggung merubah wujud mereka menjadi manusia. Beberapa siswa terkagum, mereka benar-benar rupawan. Apa mereka adalah selebriti dunia tengah?
"Perkenalkan, aku Do Euntak, archalfa dari pack ini." Euntak, dia adalah wujud manusia dari wolf dengan bulu hitam legam tadi.
"Perkenalkan, aku Do Minsuh, luna dari arcalfa." Minsuh, dialah wujud manusia dari wolf berbulu coklat.
Para murid yang terkejut sontak membungkukkan badan mereka. Mereka merasa sangat bersalah karena membicarakan sang archalfa dan luna pack ini. Archalfa dan luna adalah raja dan ratu dari para werewolf dalam suatu pack.
"Pack kita sedang dalam masalah besar, mungkin pack ini bisa saja runtuh," ucap Euntak.
"Apa maksudmu, Yang Mulia?" tanya salah satu murid.
"Ketua Peramal, Na!" Minsuh memanggil ketua peramal.
Ketua peramal naik ke atas panggung lalu membungkuk hormat. "Saya di sini, Yang Mulia."
"Tolong jelaskan keadaan ini pada mereka." Euntak memberi ruang pada ketua peramal Na.
Ketua peramal mengangguk, dia melangkah maju."Saya Na Ahri, ketua peramal Namyohada, salam kenal semuanya!"
"Salam kenal Nyonya!" jawab para Murid.
"Sebelumnya kita memiliki dua bulan dan satu matahari, sayangnya salah satu bulan telah tiada." Ahri menunduk resah.
Beberapa murid mengerti apa yang peramal maksud, tetapi ada juga yang tidak mengerti. Mereka sedikit bingung dengan penggambaran bulan dan matahari.
"Bulan purnama berikutnya adalah pertanda menurunnya kekuatan dari archalfa dan luna, jadi tolong berhati-hatilah jika ada vampire liar yang nekat menyerang saat kita melemah." Ahri kembali mundur.
Beberapa murid menjadi gelisah. Mereka tidak pernah menghadapi perang atau sesuatu yang berhubungan dengan saling menghilangkan nyawa. Di tengah kegelisahan, ada beberapa murid yang tersenyum licik.
***
Di tengah hutan nampak beberapa orang berkulit pucat sedang berkumpul. Beberapa dari mereka tertawa terbahak-bahak, mereka meneetawakan target mereka yang nampak resah.
"Bulan sudah tiada, akan sangat mudah menyerang mereka."
"Apa kalian yakin hanya ada satu bulan?"
"Kami yakin. Setelah purnama selanjutnya, kita akan memulai berburu matahari."
***
Jeno, Soobin, dan Sunwoo masih menghawatirkan keadaan Jinyoung. Belum lagi masalah kekuatan mereka yang akan melemah sebelum penyatuan archalfa dan luna baru nanti.
"Apa alerginya separah itu? Kita bahkan tidak diperbolehkan menjenguknya." Sunwoo menunduk lesu.
"Semoga dia bisa cepat kembali," ucap Jeno.
Melihat teman-temannya yang sedang bersedih, Soobin berusaha mengalihkan topik. "Menurut kalian apakah pack ini akan runtuh?
"Aku tidak tahu, tetapi kemungkinannya sangat besar karena bulan telah tiada," ucap Sunwoo.
"Kudengar dari Chaewon Lia juga belum kembali sejak perburuan, apa dia adalah bulan yang telah tiada?" Jeno menatap Soobin dan Sunwoo penuh tanya.
"Jika Lia adalah bulan, maka matahari...." Sunwoo menatap Soobin penuh arti. "...kau adalah mataharinya?"
tok tok tok
Sunwoo membukakan pintu kamar mereka. Dia berharap itu adalah Jinyoung yang telah sembuh sepenuhnya, walau itu sedikit tidak mungkin.
"Malam semuanya," ucap orang yang mengetuk pintu barusan.
"Malam, Yang Mulia!" Jeno, Soobin, dan Sunwoo sontak menunduk hormat saat melihat kedatangan sang archalfa.
"Yang mana di antara kalian yang bernama Choi Soobin?" tanya Euntak.
"S-saya, Yang Mulia." Soobin mengangkat tangannya sedikit.
"Jangan gugup seperti itu, tolong bereskan barang-barangmu!" titah Euntak.
Soobin hanya mengangguk, dia mulai membereskan pakaian dan keperluannya yang lain. Tentu saja Jeno dan Sunwoo membantunya agar pekerjaan menjadi lebih cepat.
"Saya akan menunggumu di gerbang sekolah, Choi Soobin." Euntak menghilang dari pandangan mereka.
Sunwoo dan Jeno dapat bernapas mereka. Jujur saja, aura dari Euntak membuat mereka sedikit terintimidasi. Mereka sebaiknya tidak membuat masalah.
"Ternyata benar, kau adalah matahari." Sunwoo tersenyum bangga menatap Soobin.
"Walaupun aku matahari, itu tidak akan berarti apa-apa jika tidak menyatu dengan sang bulan." Soobin balas tersenyum, senyuman penuh rasa sakit itu membuat Sunwoo merasa bersalah.
"Jika pack ini runtuh, berjanjilah untuk tetap hidup!" ucap Jeno.
Mereka menyatukan kepalan tangan mereka. Soobin dan Jeno sedikit bingung saat Sunwoo memberikan dua kepalan tangan. Sunwoo berucap, "Ini untuk Jinyoung."
Sejujurnya Jeno dan Sunwoo sedikit bersedih. Soobin yang harus mengungsi karena sepertinya akan menjadi incaran para vampire liar. Kemuadian Jinyoung yang masih dalam perawatan. Soobin adalah orang pertama di kamar ini, sementara Jinyoung adalah yang terakhir. Setelah malam ini, pasti malam-malam berikutnya akan sangat sepi.
TBC

KAMU SEDANG MEMBACA
Wolves ; 00line ✓
Fiksi PenggemarObsesi akan menghancurkan segalanya. - - - Update seminggu sekali, ya!!!