15. Tanpa Luna

6 1 0
                                    

Soobin terlihat sibuk berguling-guling di kasur. Dia sangat senang karena hari ini teman-temannya akan berkunjung. Soobin sudah sangat rindu pada mereka.

Seorang pelayan menghampiri Soobin. Dia berucap, "Soobin, mereka sudah tiba."

"Suruh mereka segera masuk, dan tolong bawakan beberapa camilan, ya!" Soobin tersenyum senang.

"Baik." Pelayan tersebut segera pergi untuk menjalankan permintaan Soobin.

Tak lama setelah si pelayan pergi, muncullah Jeno dan Sunwoo yang terlihat masih terkesan dengan interior istana. Soobin terkekeh melihat teman-temannya yang tak hentinya takjub dengan istana ini.

"Yak!!!" Soobin berteriak karena merasa diabaikan.

"Hahaha, kau terlihat sangat merindukanku." Sunwoo mengedipkan sebelah matanya ke arah Soobin.

"Kau ingin kehilangan tangan atau kaki, Sunwoo?" ucap Soobin.

Jeno hanya tertawa melihat pertikaian tidak penting itu. Dia kemudian merangkul Soobin dan Sunwoo. "Apa kalian akan bertengkar seharian?"

"Temanmu menyebalkan!" Soobin sedikit menekuk kakinya, dia kasihan pada Jeno yang harus berjinjit karena merangkulnya.

Hal inilah yang membuat Jeno malas dekat-dekat dengan Soobin. Dia jadi terlihat pendek dan kecil. Lain halnya jika dengan Sunwoo, dia merasa menjadi manusia paling tinggi di dunia.

tok tok tok

"Permisi, camilannya sudah siap!" teriak pelayan dari luar kamar.

"Masuklah!" balas Soobin.

Beberapa pelayan masuk dengan berbagai macam camilan. Sunwoo dan Jeno melihat camilan-camilan itu dengan mata yang menghijau. Mulai dari yang tradisional sampai yang modern, semua ada.

"Terima kasih!" ucap Soobin, Sunwoo, dan Jeno.

Soobin melihat beberapa kue coklat yang terlihat sangat lezat. Kue-kue itu mengungatkannya akan sesuatu, ada yang kurang di sini.

"Jinyoung tidak ikut ke sini?" tanya Soobin pada Sunwoo dan Jeno.

"Tidak, dia bahkan belum kembali dari pengobatannya. Mungkin alerginya sangat parah," jawab Jeno.

"Dari yang kulihat saat di tenda, alerginya tidak separah itu." Soobin memakan beberapa kue coklat.

"Aku juga berpikir begitu," timpal Sunwoo.

"Seandainya dia ada di sini, dia pasti akan menghabiskan semua kue coklat ini." Entah mengapa perasaan Soobin tiba-tiba menjadi sedih.

"Seandainya aku mengajaknya memancing saat berkemah, semua tidak akan seperti ini. Lia tidak akan kehilangan nyawanya dan alergi Jinyoung juga tidak akan kambuh." Sunwoo menundukkan kepalanya, rasa bersalah selalu menghantuinya akhir akhir ini.

"Ini bukan salahmu, ini salah kita semua yang tidak mampu menjaga satu sama lain." Jeno mengelus punggung Sunwoo.

"Jinyoung, kapan kau akan sembuh? Aku merindukanmu." gumam Soobin.











'Memangnya siapa yang bilang dia masih sakit?'

Jave muncul di dalam alam bawah sadar Soobin. Soobin ingin menanyakan apa maksud Jave, tetapi Jave sudah tertidur lagi. Dasar kerbau berbulu serigala.

***

Soobin, Sunwoo, dan Jeno sedang tertidur pulas saat seseorang menyelinap ke dalam kamar. Orang itu terlihat membacakan mantra, sepertinya mantra itu ditujukan pada tiga orang yang sedang tertidur.

Setelah membacakan mantranya, orang itu segera membangunkan tiga orang yang tertidur. Dia berencana menculik mereka dari istana.

Soobin yang pertama kali terbangun, dia mengucek matanya dan menyalakan beberapa lilin. Jeno dan Sunwoo tak lama kemudian ikut terbangun dari tidurnya.

"Yoonbin? Sedang apa kau di sini?" tanya Jeno.

"Kita harus pergi dari sini, cepatlah!" Yoonbin terlihat gelisah.

"Ada apa sebenarnya?" Jeno sedikit curiga pada Yoonbin, bagaimana dia bisa dengan mudah bisa masuk ke sini?

"Ikuti aku!" Yoonbin merubah dirinya ke dalam wujud wolf lalu berlari pergi.

Soobin, Sunwoo, dan Jeno mau tidak mau mengikuti Yoonbin. Mereka merubah wujud mereka menjadi wolf sepenuhnya. Yoonbin berlari sangat cepat, membuat Jeno, Soobin, dan Sunwoo kesulitan mengikutinya.

Setelah sampai di sebuah hutan, Yoonbin kembali merubah wujudnya menjadi manusia. Dia kaget melihat api hitam di sekitar Soobin. Itu akan memancing perhatian banyak orang, pikir Yoonbin.

"Rencana berubah, kembalilah ke wujud manusia kalian!" Yoonbin melihat ke sekitar, dia takut ada werewolf lain di sini.

Tiga wolf di hadapan Yoonbin sudah kembali ke wujud manusia mereka. Yoonbin menggambar sesuatu ditanah menggunakan sebuah tongkat, terlihat seperti sebuah segel sihir.

"Aku bertugas mengantar matahari ke tempat di mana bulan berada," ucap Yoonbin yang masih sibuk menggambar segel.

"Bulan? Bukankah Lia sudah meninggal?" tanya Soobin.

Jujur hanya Lia omega yang menarik perhatian Soobin. Jadi tidak mungkin akan ada bulan lain. Dia sempat tertarik pada seseorang, tetapi dia seorang alfa. Tidak mungkin seorang alfa menjadi luna.

"Lia bukan satu-satunya, cepat injak segel itu!" Yoonbin menginjak segelnya lebih dulu dan dia menghilang entah ke mana.

"Apakah ini bukan tipuan?" Jeno merasa sedikit ragu.

"Tidak akan tahu jika tidak di coba." Sunwoo menginjak segel itu lalu menghilang.

Soobin meyakinkan Jeno bahwa semuanya akan baik-baik saja. Jeno menginjak segel itu walaupun dia masih dihantui keraguan. Semoga saja Yoonbin tidak berniat buruk.

TBC

Wolves ; 00line ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang