3. Jalan-Jalan

20 0 0
                                    

Happy Reading!!!

Jinyoung mengusak rambutnya frustasi. Dia tersesat di perpustakaan sekolah yang luasnya bukan main. Jinyoung menyesal menolak tawaran Jeno untuk menemaninya tadi.

"Bae Jinyoung? Benar?" Seorang wanita berjalan mendekatinya.

"A- Ah iya, hai Jiwon." Jinyoung tersenyum kikuk.

"Hai juga, tersesat?"

"Sedikit." Jinyoung menggaruk tengkuknya merasa malu.

"Mencari buku apa?"

"Buku cetak, aku belum mengambilnya sama sekali."

"Ayo, aku bantu."

Seketika rasa menyesal Jinyoung menolak tawaran Jeno lenyap. Jinyoung merasa sangat beruntung pagi ini. Dewi Bulan memihak padanya.

Jiwon mulai mengambil beberapa buku lalu memberikannya ke Jinyoung. Jinyoung tidak menyangka kalau bukunya sebanyak ini. Dia kembali menyesal menolak bantuan Jeno. Buku yang banyak cukup merepotkan dirinya.

'Apa minta tolong Jiwon saja, ya? Ah, tapi ga LAKIK!'

"Perlu bantuan?" Jiwon merasa kasihan melihat Jinyoung yang terlihat kerepotan.

"Eh? Tidak apa-apa, tidak repot, kok!"

"Aku duluan kalau gitu, ya!"

"Okay, see you!"

"too!"

Jiwon meninggalkan Jinyoung dengan tumpukan buku di tangannya. Jinyoung seketika lesu, bidadarinya telah menghilang dari jangkauan. Ini akan sangat merepotkan.

***

Satu per satu buku dia tata ke dalam lemari. Kamarnya terasa sunyi, entah kemana ketiga temannya pergi. Selembar kertas terselip di antara buku-buku tersebut.

"Apa ini?" Jinyoung membaca apa yang tertulis di kertas itu.

Mau menemaniku jalan-jalan?
Gerbang sekolah, setelah jam makan siang

-HJW

Jinyoung tidak dapat menahan senyumnya. Dia mengendus harum veromon oknum HJW yang tertinggal di kertas itu. Mungkin ini adalah hari terbaiknya selama dua puluh tahun ia hidup.

"Apa itu?"

"S- Soobin, sudah pulang?"

Soobin mengangguk, "Itu?"

Jinyoung dengan cepat menyimpan lagi kertas beraura merah muda itu, "B- Bukan apa-apa, hehehehe."

Jinyoung sangat berterima kasih kepada Dewi Bulan. Dia berdoa dalam hati semoga Jiwon dan dirinya adalah sepasang mate. Semoga Jiwon juga menyukainya.

***

Nampak werewolf perempuan itu sedang bersenandung. Dia sepertinya sedang menunggu seseorang. Matanya berbinar saat laki-laki yang dia tunggu datang.

"Kita akan kemana?" Jinyoung bertanya dengan penuh antusias.

"Perbatasan."

"Perbatasan?"

"Iya, perbatasan antara kaum kita dengan para penghisap." Jiwon berujar dengan mudahnya.

"Apa tidak berbahaya?"

"Tidak, ayo!"

Jiwon mengubah wujudnya menjadi seekor serigala putih cantik nan anggun. Jiwon memberi isyarat agar Jinyoung juga mengubah wujudnya.

"I- Itu, aku belum bisa berubah menjadi wolf."

Mendengar perkataan Jinyoung, Jiwon kembali ke wujud manusianya. "Bagaimana bisa?"

"Aku juga tidak tahu."

"Ya sudah, ayo kita pergi!" Jiwon tersenyum lalu berjalan lebih dulu.

Jinyoung menyusulnya dari belakang. Sejujurnya Jinyoung merasa malu karena belum bisa berubah ke mode wolfnya. Bagaimana ingin berubah jika dia bahkan tidak mengetahui nama dan bentuk wolfnya? Seorang werewolf pada umumnya bisa berbicara dengan wolfnya masing-masing di alam bawah sadarnya, tetapi Jinyoung tidak.

***

Air terjun yang sangat indah. Banyak anak kecil bermain di sekitarnya. Ada beberapa werewolf dewasa yang sepertinya sedang mengawasi anak mereka bermain.

"Nah, di balik air terjun ini adalah area kekuasaan para vampire. Jadi jangan berani-berani ke sana, ya!" Jiwon memperingatkan.

"Iya, tenang saja." Jinyoung terkekeh ringan.

"Jika kau melewatinya pilihannya hanya dua, kehabisan cairan merah di tubuhmu atau di hukum berat karena menyebrang tanpa izin," tegas Jiwon.

"I- Iya. Ngomong-ngomong wolfmu sangat cantik." Jinyoung mengusak rambut Jiwon.

"E- Eh, hahahaha, makasih." Pipi Jiwon bersemu merah.

Demi apapun Jiwon sangat menggemaskan saat ini. Jinyoung ingin cepat-cepat menandainya kalau begini caranya. Dewi Bulan, apa kau menakdirkan mereka berjodoh?

TBC

Wolves ; 00line ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang