16. Ternyata

8 1 0
                                    


Soobin, Jeno, Sunwoo, dan Yoonbin tiba di sebuah rumah kecil. Entah milik siapa rumah tersebut. Yoonbin mengetuk pintu rumah, kemudian muncullah seorang perempuan.

"Tunggu sebentar!" Perempuan itu masuk ke dalam rumah.

Tak lama kemudian, muncullah dua orang yang membuat Soobin, Sunwoo, dan Jeno kaget. Salah satunya adalah seorang laki-laki yang mereka tunggu selama ini. Apa yang mereka lakukan di sini?

"Selamat datang, silahkan masuk!"

Mereka semua masuk ke dalam rumah tersebut. Entah mengapa Soobin merasakan keanehan dalam dirinya saat melihat laki-laki itu. Soobin berusaha menahan diri untuk tidak berbuat masalah.

"Menurut penglihatanku, malam ini pack kita akan di serang oleh para vampir liar." Wanita itu menatap seluruh orang yang ada di dalam rumah dengan serius.

"Lalu kenapa kami di sini? Kami juga harus ikut melindungi pack, bukan? Bagaimana jika terjadi sesuatu pada orang-orang yang kami sayangi, peramal Na!" Jeno segera berdiri, berniat kembali ke packnya, tetapi tangannya di tahan oleh Yoonbin.

"Archalfa sudah menyiapkan tempat untuk para omega dan anak-anak bersembunyi, jadi tidak akan ada masalah selama rencana kami berhasil," jelas Ahri.

"Kau belum menjawab pertanyaanku ketua peramal, kenapa kami diculik ke sini?" Jeno kembali duduk walau dengan emosi yang masih berkobar.

Sunwoo dan Soobin berusaha menenangkan Jeno. Temannya itu memang sedikit tempramental jika menyangkut keselamatan seseorang, sebut saja Park Siyeon.

"Kalian bertiga, Sunwoo, Yoonbin, dan Jeno, diberi tugas untuk menjadi pengawal dari calon archalfa dan luna yang baru." Ahri tiba-tiba berdiri.

"Yoonbin gunakan sihirmu untuk membuat perisai di sekitar rumah, aku dan Gowon akan melakukan ritual agar penyatuannya berhasil." Ahri pergi bersama Gowon entah kemana.

Yoonbin mengajak Jeno dan Sunwoo untuk keluar rumah. Sayangnya, Jeno masih enggan karena dia belum percaya sepenuhnya pada Yoonbin maupun Ahri.

"Jeno, kau harus bisa menjalankan amanah dari archalfa. Kita harus melindungi tempat ini." Yoonbin berusaha meyakinkan Jeno.

Akhirnya Jeno menurut, mereka bertiga lalu berjalan keluar dari dalam rumah. Tentu saja dengan keraguan yang masih ada di dalam hatinya.

Ketika sudah sampai di luar rumah, Sunwoo teringat sesuatu. Ada yang mengganjal pikirannya sejak tadi. Dia berucap, "Yoonbin, bagaimana bisa Jinyoung ada di sini?'

"Tentang itu aku juga tidak tahu." Yoonbin, werewolf setengah penyihir itu mulai menggambar segel-segel sihir untuk melindungi rumah itu.

"Kenapa dia ditinggalkan berdua dengan Soobin di dalam? Bukankah Soobin harus menyatukan penyatuan dengan lunanya?" tanya Sunwoo lagi.

"Jinyoung adalah calon lunanya." Jeno baru tersadar dengan semua ini.

"Bagaimana bisa?" Sunwoo merasa dirinya dibodohi selama ini.

"Aku juga tidak tahu, tetapi aku akan memberitahu satu hal kepada kalian." Yoonbin selesai membuat segel-segel pelindung.

"Apa itu?" tanya Jeno.

"Alerginya sudah sembuh sejak lama, Jinyoung tidak kembali karena terdapat mata-mata vampir di sekolah kita."

Sunwoo dan Jeno saling melirik satu sama lain. Apa mereka sebodoh itu sampai tidak menyadari hal-hal seperti ini. Sekarang tidak ada keraguan di hati Jeno, dia akan melindungi teman-temannya bagaimanapun caranya.

***

Di dalam rumah terjadi kecanggungan yang luar biasa. Jinyoung dan Soobin hanya duduk berdampingan tanpa berani mengeluarkan sepatah katapun.

Soobin yang mulai tidak tahan pun menatap mata Jinyoung secara terang-terangan. Tentu Jinyoung kaget, semburat merah tiba-tiba muncul di pipinya.

"Apa kabar?" tanya Soobin.

"B-baik, kau sendiri?" Jinyoung bertanya balik.

"Sama baiknya denganmu."

"Jadi kau lunaku?" Soobin mendekatkan wajahnya ke wajah Jinyoung.

"A-aku tidak tahu, t-tapi peramal Na mengatakan sesuatu padaku."

"Apa itu?" Soobin terlihat sangat penasaran.

"A-aku akan mendapatkan heat pertamaku malam ini." Jinyoung membuang wajahnya ke samping, menghindari tatapan dari seorang Choi Soobin.

Soobin tersenyum penuh arti, dia menarik Jinyoung untuk mendekat padanya. Soobin berucap, "Apa aku pernah mengatakan kalau aku menyukaimu?"

"Bagaimana bisa?!" Mata Jinyoung terbelalak kaget.

"Mungkin firasatku sangat kuat, hahaha!"

"Soobin tanganmu!!!" Jinyoung mencubit tangan Soobin yang berkelana ke sana ke mari mencari kitab suci di tubuh Jinyoung.

"Kenapa? Lagi pula nanti malam kita akan melakukan itu." Soobin menaik turunkan alisnya.

"Yak!!!" Jinyoung bangun dari duduknya lalu pergi ke kamarnya.

Soobin tertawa terbahak-bahak melihat Jinyoung yang kabur darinya dengan wajah semerah tomat. Lihat saja, Soobin tidak akan melepaskannya nanti malam.

Soobin mendapat jawaban mengapa tubuhnya terasa aneh sejak tadi. Ternyata ini yang dirasakan seorang alfa yang bertemu omeganya. Semoga semua berjalan lancar.

TBC

Wolves ; 00line ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang