13. Wolf dan Luna

6 1 0
                                    

Jinyoung berdiri sendiri di tepi danau. Entah apa yang dia lakukan di sana. Dia melempar beberapa batu ke dalam air, sepertinya dia bosan.

"Hai, Bae Jinyoung!"

Jinyoung menolehkan kepalanya kebelakang. Betapa terkejutnya Jinyoung saat melihat serigala dengan bulu seputih salju dihadapannya. Terdapat cahaya keunguan yang melingkari keempat kaki dan ekornya. Gradasi warna ungu dan putih membuat ekornya nampak indah dan sangat anggin.

"S-siapa kau?" Jinyoung merasakan sesuatu yang aneh.

"Aku Rein, salam kenal!" Rein mendekati Jinyoung lalu tersenyum dengan anggunnya.

"Rein? Siapa kau sebenarnya?"

"Akhirnya aku memiliki tempatku."

"Apa maksudmu?" Jinyoung dibuat semakin kebingungan.

"Aku terjebak di antara dua bulan selama ini," ucap Rein.

"Teruskan!"

"Bulan yang lain sudah tiada, jadi aku akan terus bersamamu dan menjadi sebagian dari dirimu. Aku adalah wolf sang bulan, aku adalah wolfmu."

Jinyoung menggelengkan kepalanya dengan kuat. Wolf yang dia inginkan adalah wolf yang gagah dan kuat seperti dirinya. Rein terlihat jauh dari semua itu, dia terlihat lembut, anggun, dan sedikit manis. Apa-apaan ini?

"Tapi kau terlalu cantik dan indah untuk alfa sepertiku." Jinyoung masih berpikir ini adalah tipuan.

"Sudah kukatakan sebelumnya, kau adalah bulan, kau adalah seorang Luna. Artinya kau adalah omega terpilih yang akan mendampingi archalfa selanjutnya." Rein berjalan terus mendekati Jinyoung.

"T-tidak mungkin!"

Rein yang tahu ini akan sulit memutuskan untuk masuk terlebih dahulu ke dalam tubuh Jinyoung. Dia melomoat ke arah Jinyoung lalu menghilang.

Jinyoung kebingungan ke mana Rein pergi. Tiba-tiba pandangannya mengabur. Dia mendengar sesuatu.

"Kini kau dan aku adalah satu."

***

Jinyoung terbangun di sebuah ruangan bergaya eropa. Dia memerhatikan keadaan sekitar dengan teliti. Dimana dia sebenarnya?

Dia terpikir tentang Rein, apakah tadi itu hanya mimpi semata? Pasti hanya mimpi, pikir Jinyoung yakin.

Tiba-tiba pintu ruangan tersebut terbuka. Seorang wanita yang sepertinya seumuran dengan Jinyoung bergerak mendekat.

"Hai aku Gowon, salam kenal Bae Jinyoung!" Gowon tersenyum ceria.

"H-hai, salam kenal juga, Gowon!" Jinyoung balas tersenyum.

"Bagaimana?"

"Bagaimana?" Jinyoung terlihat kebingungan.

"Wolfmu, apakah dia cantik sepertimu?" Gowon menatap Jinyoung dengan binar di kedua matanya.

'Tentu saja aku cantik!' Jinyong mendengar suara itu entah dari mana.

"D-dia sangat cantik, hahaha!"

Saat Gowon hendak bertanya lagi, tiba-tiba pintu kembali terbuka. Nampak seorang wanita dewasa yang sangat cantik.

"Ah, ketua peramal Na!" Gowon menunduk hormat.

"Gowon, tolong buatkan teh dengan hydrangea biru, itu akan bagus untuk Jinyoung." Ahri atau ketua permal Na menghampiri Jinyoung.

Gowon segera keluar ruangan. Dia tahu pasti akan ada pembicaraan penting. Oleh karena itu, secara halus dia di usir dari sana.

"Jinyoung, kau sudah tahu bahwa kau adalah calon Luna?"

"I-iya." Jinyoung mengangguk kaku.

"Tunjukkan wujud wolfmu, aku akan memberkatimu."

"Bagaimana caranya Nyonya?"

"Pejamkan matamu, tenangkan pikiranmu, panggilah nama wolfmu," jelas Ahri.

Jinyoung mengangguk, dia mulai meneraplan apa yang Ahri jelaskan tadi. Dia jujur ragu dengan nama wolfnya. Apa benar itu kau, Rein?

'Rein, keluarlah jika itu benar kau!'

'Rein!'

'Rein, muncullah aku membutuhkanmu!'

Jinyoung terus berteriak di alam bawah sadarnya. Tiba-tiba serigala yang ada dalam mimpinya muncul dihadapannya. Dia mendekat ke arah Jinyoung. Dia tersenyum dengan manis.

'Letakkan telapak tanganmu di atas kepalaku!'

Jinyoung menuruti perkataan Rein. Detike berikutnya Jinyoung kembali dari alam bawah sadarnya. Dia melihat ke arah cermin, ada Rein di sana. Apa dia berhasil?

"Apa aku berhasil?"

"Ya, sekatang aku akan mendoakanmu." Ahri memejamkan matanya sambil merapalkan beberapa mantra.

Cahaya menyilaukan muncul. Kini lingkaran cahaya keunguan yang ada di kaki dan ekor Jinyoung menjadi lebih terang dan indah.

Gowon yang sedari tadi mengintip pun menganga dengan kagum. "Dia benar-benar cantik, luna memang sangat berbeda."

***

Jinyoung kini sedang berjalan jalan dengan Gowon. Mereka membeli beberapa bahan makanan juga untuk makan malam nanti.

"Gowon a-"

"Jangan panggil aku dengan nama itu, panggil aku Sica, dan selama ada di sini namamu adalah Shawn," potong Gowon.

"K-kenapa?'

"Kau pikir kenapa kita berada di pack Roarica sekarang?"

"Untuk menyembuhkan alergiku?"

"Salah, kita dalam persembunyian. Oleh karena itu, kita harus menggunakan nama samaran."

"Sembunyi dari apa?" tanya Jinyoung.

"Para vampir, mereka sedang memburu bulan dan matahari."

"Bulan itu aku?"

Gowon menganggguk. "Jangan tanyakan siapa mataharinya, aku tidak tahu."

Jinyoung mengerucutkan bibirnya lucu. "Lalu siapa yang tahu?"

"Ketua peramal sepertinya tahu."

"Kau kan juga seorang peramal, apa kau tidak bisa mengetahuinya?"

"Aku tahu seperti apa rupanya, tetapi tidak tahu siapa nanya," ucap Gowon.

"Bagaimana rupanya?" Binar terang terpancar dari mata Jinyoung.

"Dia cukup tampan, dia sangat tinggi, tubuhnya begus, tidak kurus sepertimu, hahahahaha!!!" Gowon tertawa terbahak-bahak.

"Yak!"

Siapa pun mataharinya, Jinyoung harap dia sekarang baik-baik saja. Dia tidak mau kehilangan nyawanya, karena pada dasarnya jika matahari tiada maka bulan pun akan ikut menghilang. Itulah alasan kenapa pack Jinyoung terancam runtuh.

TBC

Wolves ; 00line ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang