11. Amarah Soobin

8 1 0
                                    

Lia rasanya ingin pipis di celana. Tekanan udara di sekitarnya terasa sangat mengintimidasi. Dia bahkan ingin menangis saking takutnya.

"Kau sengaja memberinya tteokbeokki itu, kan?!!!" Soobin membentak Lia dengan seluruh amarahnya.

"Enggak, aku serius!" Lia tak habis pikir, dari mana Soobin bisa berpikiran seperti itu.

"Ada yang bilang padaku kalau kamu cemburu sama Jinyoung, bener?!"

"E-Enggak, aku gak cemburu." Lia membuang muka.

"Jawab jujur, aku gak suka dibohongin!!!" Soobin

"Aku bilang enggak, ya enggak!!!" Lia yang sudah lelah pun balas membentak.

"Aku bilang jujur, ya jujur!!!!!"

Bunyi debuman terdengar saat sebuah pohon tumbang di sana. Soobin melampiaskan emosinya dengan meninju pohon itu. Dia masih waras untuk tidak meninju seorang omega.

"O-okay, iya aku cemburu, aku cemburu kamu terlalu dekat sama dia. Sekarang apa?!!!!" Lia mulai meneteskan air matanya.

"Aku gak nyangka kamu kaya gini." Soobin menggelengkan kepalanya keheranan.

"Tapi aku serius, aku gak ada niat bikin Jinyoung sakit kaya sekarang, hiks!" Lia menggenggam tangan Soobin menatapnya lekat agar Soobin bisa percaya padanya.

Soobin menghempas kasar tangan Lia, "Gimana bisa aku percaya sama orang yang udah bohongin aku sebelumnya?"

"S-Soobin, aku serius, aku gak bohong!" Lia masih berusaha meyakinkan Soobin.

"Lebih baik kamu pergi sebelum emosi aku berimbas ke kamu." Soobin menatap Lia dengan dingin.

"Gak, kamu harus percaya sama aku, Soobin!"

plakk

Tamparan itu mendarat mulus di pipi Lia. "Pergi atau aku bisa lebih kasar dari ini, atau bahkan nyawa kamu bisa hilang di sini."

Lia memegang pipinya, dia tidak percaya Soobin baru saja menamparnya. "Aku harap kamu menyesal!"

Lia berlari pergi dari tempat itu. Soobin yang melihat Lia mulai menjauh pun langsung melepaskan emosinya. Mari doakan Soobin tidak masuk penjara karena penebangan liar.

***

Lia terus berlari entah ke mana. Dia hanya terus berlari sambil menangis sesenggukan. Hatinya sakit, sangat sakit sampai dirinya tidak menyadari kakinya penuh dengan sayatan karena tergores ranting dan dahan yang patah.

"Kenapa menangis, Nona?"

Lia berhenti berlari saat mendengar suara itu. Suara yang sepertinya dia kenal. Tidak, dia sangat kenal dengan suara ini. Tunggu, bagaimana bisa orang itu ada di sini.

"Ada urusan apa kamu di daerah werewolf?" tanya Lia pada orang itu.

"Werewolf? Ini daerah kaumku nona." Orang itu mendekat dengan mata merah menyalanya.

"Apa yang kamu mau, Eric?!!!" Lia terus mundur menjauh dari Eric.

"Tenang, aku hanya akan memperingatkanmu, jangan pergi ke utara, di sana banyak vampire liar." Eric terkekeh melihat Lia yang terlihat ketakutan.

"Kukira kau akan menerkamku di sini." Lia memutar bola matanya malas.

"Hahahaha, aku pergi dulu, salam untuk Jiwon, ya!" Eric kemudian menghilang bagai angin.

Lia hanya menggelengkan kepalanya keheranan. Bagaimana bisa Jiwon menyukai Eric dengan segala sifat randomnya itu? Lia berpikir positif, mungkin Jiwon diguna-guna.

"Tunggu, arah utara itu yang mana?" Lia memperhatikan sekitarnya.

Lia berusaha melihat dari mana cahaya matahari berasal. Nihil, dia bahkan tidak bisa melihat langit karena rindangnya pepohonan. Tolong jangan menyiruhnya memanjat pohon! Lia ini werewolf, bukan weremonkey.

"Baiklah, karena aku tidak tahu, mari kita menuju kejalan yang lurus."

***

Entah mengapa tubuh Lia terasa kehilangan setengah energinya. Pandangannya mengabur, dia sepertinya masuk ke hutan terlarang. Hutan para vampire yang membuat kekuatan para werewolf meredup.

Lia yang sudah tidak kuat berjalan, memutuskan untuk duduk sejenak di atas debuah batang pohon tumbang. Dia memijat pelipisnya, kepalanya terasa sangat pening.

"Wah, kebetulan sekali!"

Lia berusaha melihat siapa yang baru saja berbicara. Dia melihat banyak makhluk berkulit pucat dengan tatapan yang memancarkan napsu dan rasa lapar.

***

Seorang wanita berpakaian tradisional Korea berlari bersama seorang wanita muda yang sepertinya adalah pelayanannya. Mereka berdua terlihat tergesa-gesa berlari ke arah istana.

"Nyonya, sebenarnya ada apa?" tanya pelayan.

"Tolong jangan banyak bertanya dulu, Gowon!"

"Maaf," jawab si pelayan yang ternyata bernama Gowon.

Gowon tiba-tiba merasa sangat pening. Dia melihat kematian seseorang wanita. Tunggu, dia juga melihat banyak hal buruk yang akan terjadi pada pack ini setelah kematian wanita itu.

"Nyonya Ahri, apakah bulannya-"

"Sudah kubilang jangan bertanya apapun, Gowon!"

TBC

Wolves ; 00line ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang