Chapter VI

1.2K 181 40
                                    

🖤 Happy Reading 🖤

|•| |•| |•|

Langit malam mulai menyelimuti kota Shanghai. Namun di dalam gedung hiburan, atmosfir ruangan itu mulai dipenuhi nafas-nafas cepat. Aroma percintaan, bisikan penuh gairah, diselingi dentingan gelas yang beradu begitu kental memenuhi suasana klub. Tidak terpengaruh oleh waktu dan semakin tak terkendali seiring pengaruh minuman dan otak kotor yang mencecoki pikiran.

Musik yang melambat mempengaruhi suasana. Mereka yang berdansa bergoyang pelan sambil menikmati aura yang kian membangkitkan birahi. Bau minuman keras, asap yang mengepul dari perokok yang khusus disediakan. Perbincangan yang mulai menjurus.

Sean termasuk yang mulai masuk ke dalam suasana syahdu. Minuman yang ia kembali minum membuat pengaruhnya semakin kuat. Dirinya mulai berhalusinasi dan melihat bayangan mantan kekasihnya, walaupun masih berusaha menepis.

Hanya saja, jari halus gadis dalam pelukannya kini meluncur menyentuh wajah.

“Kau sangat mempesona, Sean. Wajar banyak gadis yang rela mengantri untuk mendapatkanmu,” bisikan Alina menimbulkan embusan hangat di depan wajah Sean.

Sean tersenyum lebar. “Tidak semua. Dan aku tidak menemukan yang sesuai.”

“Aku lihat kau mempunyai hasrat yang besar. Apakah para gadis itu bisa memuaskanmu?”

“Aku belum mencoba,” Sean menyeringai. Sesaat matanya menatap penuh selidik walaupun isi kepalanya sudah mulai berputar. “Siapa kau sebenarnya? Kenapa tiba-tiba datang menemuiku?”

Alina mengalungkan kedua tangannya ke belakang leher Sean. Senyumannya manis sekaligus mencurigakan. “Aku salah satu penggemar beratmu, Sean. Dan tentunya, sangat mengharapkan bertemu langsung denganmu. Aku tidak menyangka akan melihatmu disini.”

“Kau menungguku? Jadi kau yang selama ini selalu memperhatikanku?” Sean melemparkan tatapan curiga.

“Memperhatikan? Tidak, aku baru melihatmu sekarang, tapi aku mengenalmu. Karena aku mengagumimu.”

Alina menyentuh sudut bibir Sean. “Aku dengar, kau sedang patah hati. Apa seberat itu berpisah dari kekasihmu?”

Sean menautkan alis. “Darimana kau tahu?”

“Kau tidak sadar betapa populernya dirimu. Semua orang hampir mengetahui berita itu.”

“Hmm, seterkenal itukah?”

Alina tertawa merdu. Ia mendekatkan wajah hingga nyaris menyentuhkan hidung mereka. “Kau bisa melupakannya jika membuka hati untuk yang lain. Kau tidak bisa selamanya terpuruk, bukan?” mata hitam Alina menatap bibir Sean yang tersenyum lebar.

“Apa itu membantu? Aku masih belum menemukan yang membuatku lupa segala-galanya.”

“Kenapa kau tidak mencoba?” Alina mengusap pipi Sean. “Setelah ini, bagaimana kalau kita menikmati secangkir kopi di tempatku?”

Sean melayangkan tatapan ke atas, pada kandelar kristal yang menyala dengan lampu kuning yang bersinar redup. “Sepertinya bukan ide bagus, aku tidak akan bisa tertidur setelahnya,” ia kembali menatap wajah putih dan bersinar di hadapannya.

Alina menampilkan senyuman lebar hingga memperlihatkan barisan giginya yang putih. “Aku memang tidak mengharapkan untuk tidur bersama, tapi melewatkan malam bersama,” ia berbisik.

“Apa yang akan kita lakukan melewati malam?”

“Apapun,” Alina semakin mendekat dan menempelkan hidung mereka. “Kebebasan akan menjadi milik kita, Sean.”

𝓜𝓲𝓼𝓼𝓲𝓸𝓷 𝑺𝒉𝒂𝒏𝒈𝒉𝒂𝒊 [𝓔𝓷𝓭] (Dibukukan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang