Chapter XVII

970 141 21
                                    

🖤 Happy Reading 🖤

|•| |•| |•|

Seringai Wang Yibo terbit dikala menghadapi dua orang yang bersiap menyerangnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seringai Wang Yibo terbit dikala menghadapi dua orang yang bersiap menyerangnya. Kakinya yang panjang langsung menendang ke arah laki-laki yang menodongkan pisau. Menarik dan melipat tangan yang memegang pisau, memukulnya dengan keras hingga pisau itu terjatuh. Sementara sikutnya ia sodokkan ke belakang mengenai sisi wajah si penyerang.

Belum sempat bertindak lebih jauh, Wang Yibo melihat satu laki-laki lain yang hendak menyerang Sean. Dia segera melangkah maju dan menarik lengan si laki-laki sekuat tenaga. Kepalan tangannya terayun dan mendarat ke wajah laki-laki yang langsung sempoyongan.

Dari arah belakang, laki-laki satunya yang masih bisa bangun menubruk punggung Wang Yibo hingga pemuda tampan itu terdorong ke depan.

Dengan geram Wang Yibo mengangkat tubuhnya sendiri, menghempaskan diri ke belakang seraya memegangi lengan si penyerang hingga laki-laki itu terhempas dengan sangat keras ke permukaan jalan. Berat badan Wang Yibo mengenai tubuhnya yang mengeluarkan suara berdebam.

Wang Yibo segera berbalik, mengunci pergelangan tangan serta leher si penyerang. Sekuat tenaga ia melipat lengan si laki-laki ke lain arah hingga terdengar bunyi berderak tulang patah.

Jeritan parau si laki-laki langsung memenuhi telinga dan ia terkapar berguling memegangi lengan dengan bibir mengeluarkan ringisan kesakitan.

Sean yang memperhatikan nyaris semaput melihat adegan-adegan di depan mata. Kedua tangannya gemetar dan berkeringat dingin. Tetesan keringat terlihat di kening dan pelipis. Ia kembali melihat Wang Yibo melumpuhkan penyerang satu lagi.

Pemuda tampan itu melakukan tendangan dan jepitan pada laki-laki yang kembali bangun setelah sempoyongan gara-gara terkena pukulan. Dia melakukan gerakan menggunting dengan kaki pada bagian tubuh si laki-laki.

Dengan menjegal kaki lawan, Wang Yibo kini mengunci tubuh si penyerang di bawah kakinya. Seraya menarik kerah kemeja si laki-laki, berkali-kali ia mendaratkan pukulan ke wajah hingga bibir si laki-laki itu sobek mengeluarkan darah dengan pipi memar dan membiru.

Sebelum benar-benar melumpuhkan lawannya, Wang Yibo melihat pada kamera yang terpasang di baju si penyerang. Ia menyeringai lantas mengedipkan sebelah mata, sedetik kemudian tinjunya menghancurkan kamera tersebut diiringi pukulan keras dan bertenaga ke bagian dada si laki-laki.

Laki-laki itu terkapar tak berdaya, telentang dengan kedua tangan terbentang setelah dihempaskan cukup keras oleh Wang Yibo. Entah masih hidup atau tidak, tapi mata si laki-laki itu menutup perlahan.

Sean menutup mulut dengan sebelah tangan, tidak menyangka akan melihat aksi dan kekejaman Wang Yibo. Sorot matanya sedikit panik, takut dan bingung bercampur menjadi satu waktu melihat pemuda tampan itu menghampiri sambil menepuk-nepuk blazernya dengan santai.

𝓜𝓲𝓼𝓼𝓲𝓸𝓷 𝑺𝒉𝒂𝒏𝒈𝒉𝒂𝒊 [𝓔𝓷𝓭] (Dibukukan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang