Maaf jika masih berantakan
_____
Tidur di atas kasur, menatap langit langit kamar, sambil memikirkan kehidupan yang akan datang nantinya. Takut akan hal yang belum tentu terjadi, takut pada hal yang akan datang nantinya.
Takut pada masa depan yang tak sesuai expetasi. Itu yang sedang di alami Irene. Sebagai siswa SMA kelas dua belas, Irene sedang di hadapkan dengan dua pilihan, kerja atau melanjutkan pendidikan sampai sarjana.
Irene selalu overthinking disetiap malam nya, mukin bukan hanya Irene saja, pasti semua orang mengalami nya kan?
Irene, buka orang yang berprestasi di sekolah, bahkan ia tak mengikuti organisasi apapun, tapi dirinya merasa jika ia hanya pintar di kelas. Irene bisa di bilang, murid biasa pada umumnya, tidak banyak teman atau kenalan, cenderung pemalu, dan cuek akan sekitar.
Dan itu membuat Irene takut, jika ia tidak bisa kuliah. Karena otaknya yang pas-pasan dan tidak memiliki pengalaman apapun. Jika pun harus kerja pasti sulit mendapatkan pekerjaan memodal kan ijazah SMA. Berbisnis? Ia tak pandai dalam berbisnis.
"Apa gue kawin aja ya?"
"Kalo gue kawin, kawin sama siapa coba?"
"Mamah punya kenalan bujang kaya gak ya?"
"Kalo adapun emang mau sama gue?"
"Aaaaaaaaa!!!!"
Kali ini Irene menendang nendang kakinya dalam selimut, ia benar benar lelah dengan situasi ini, situasi yang selalu membuatnya berfikir keras.
"Ya Allah berilah hamba mu ini kesuksesan."
Irene mengambil handphone nya, berhenti sejenak dengan overthinking nya, ia membuka aplikasi musik dan mulai mem-play musik. Lalu melanjutkan kembali kegiatan overthinking nya.
*******
"Lo udah kelas dua belas, lo harus produktif dan rajin. Semangat!"
Irene bangun dari tempat tidurnya sekarang hari senin ia harus pergi sekolah, sejujurnya ia benci hari senin. Irene mengabil handuk yang ia gantukan di belakang pintu lalu pergi ke kamar mandi.
Setelah mandi, irene memakai seragam nya, skincare routine, memilih buku, lalu keluar dari kamarnya. Tapi sebelum pergi ia mengeceknya dirinya sekali lagi di cermin.
"Mah uang jajan nya?" Teriak irene keluar kamar, meminta uang jajan pada mamahnya yang ada di dapur.
"Sarapan dulu! nanti ngeluh sakit maag, mamah gak mau ngurusin."
Irene berjalan ke arah dapur.
"Papah mana?"
"Tidur."
"Ade?"
"Mandi," irene mengangguk, lalu memakan nasi goreng dengan cepat, dan mengambil uang jajan yang mamah nya letakan di atas meja.
Setiap sekolah Irene selalu membawa motor sendiri, ia tak pernah di antar jemput lagi sejak masuk SMA. Irene mengeluarkan motor nya, dan memakai helm, tak lupa berteriak salam.
"Assalamualaikum!"
"Waalaikumsalam!" Jawab mamahnya dari dalam.
Setelah menghabiskan waktu sepuluh menit, ia telah sampai di sekolah, ia langsung masuk ke kelasnya, sekarang masih pukul enam lebih dua puluh, hanya ada dua orang di kelasnya.
"Hah! Cape banget," keluhnya duduk di mejanya.
"Emang lo dari mana ha? Marathon?" Tanya temannya yang duduk di belakangnya. Dimas.