_
Happy reading꒰⑅ᵕ༚ᵕ꒱˖♡___________
Minggu kali ini Irene dan teman temannya pergi untuk liburan mereka telah merancanakan untuk refreshing sebelum menghadapi ujian akhir semester.
Irene dan Ria sudah tiba di tempat janjian, tinggal menunggu Risa dan Fani yang masih dalam perjalanan, Irene mengajak Ria untuk duduk di sebuah cafe yang tidak jauh dari mereka berdua.
Irene dan Ria hanya memesan minuman saja, sambil mengobrol banyak hal.
"Kok lo bisa jadian sama temenya Bian, padahal gue gak pernah denger lo deket sama orang," Kata Irene sambil menyedot minumannya.
"Nevan ya, Dia tetangga gue."
"Hah! Jadi lo udah lama saling kenal dong. Terus jadianya kapan? Kayak gimana? Kok lo tega sih ngerahasian dari kita."
"Gue kan udah bilang tentang itu. Ok gue sama Nevan udah terbiasa bareng dari kecil, Bahkan dia pernah sakit gara gara gue tinggal waktu gue pulang kampung. Dan gue juga gak bisa jauh dari dia karena gue yang selalu bergantung sama dia, dan ternyata kita emang saling membutuhkan. Kaya anak kembar
Kenapa kita jadian... Waktu itu kita pernah bertengkar hebat karena gue yang deket sama Rizal. Lo ingat kan Ai gue pernah deket sama anak kuliahan?"
Irene mengangguk" iya iya gue inget."
"Di situ Nevan marah banget. Awalnya gue gak tau di marah karena apa. Hingga pas itu pertama kalinya gue dapat telpon kalo Nevan ada di Club malam, gue kaget, gue Khawatir, karena Nevan bukan tipe orang yang minum minum buat ngelampiasin kemarahan nya. Gue nyusul dong, yang gue lihat dia nangis sambil ngeracau nggak jelas."
"Terus dia ngeracau gimana?" Irene semakin tertarik dengan kisah cinta Ria.
"Dia nangis sambil bilang, dia gak mau kehilangan gue, dia gak mau gue milik orang lain, padahal waktu itu dia juga lagi deket sama cewek. Lo mau tau?"
"Siapa?" Lagi lagi Irene mengangguk.
"Fani. Saat itu Fani emang suka sama Nevan saat pertama kali dia main kerumah gue dan ketemu Nevan dia langsung minta nomornya dan mereka lumayan deket. Gue di sana mikir kalo Nevan itu egois dia larang gue deket sama orang lain tapi dia sendiri lagi ada hubungan sama orang lain.
Besoknya, setelah kejadian semalam Nevan datang kerumah gue. Dan dia bilang dia sadar waktu dia nangis di depan gue, dia sadar dia bilang gue gak mau milik orang lain. Hari itu juga dia nyatain cinta nya ke gue. Awalnya gue nolak tapi gue sadar gue juga nyimpen rasa sama Dia. Lo taukan gak ada pertemanan antara cewek sama cowok pasti di antaranya ada yang nyimpen perasaan. Terus Nevan ninggalin Fani gitu aja walaupun belum ada hubungan gue tetep merasa bersalah."
"Jangan jangan waktu itu lo gak ngomong sama Fani seharian gara gara itu," tebak Irene dengan memasang wajah terkejut dan tak percaya.
"Iya. Gue ngehindarin Fani. Dia sempet nanya Kenapa Nevan gak pernah ngehubungin dia lagi. Gue jawab kalo nevan udah pindah. Dan gue lost kontak juga. Gue sadar gue egois di situ."
"Jadi maksudnya alasan lo gak ngasih tau Fani gara gara ini? Ini yang lo sebut takut seseorang sakit hati."
"Iya. Gue tau gue egois tapi gue belum siap liat reaksi Fani."
"Kalo gue inget kejadian lo diemin Fani itu waktu awal kita kelas 12 berarti lo udah lama ngerahasian ini dari Fani, kita juga."
"Sorry," ujar Ria dengan nada penuh penyesalan.
"Mening lo cepet ceritain deh. Kalo lo ngerasa bersalah sama Fani lo harusnya gak ngerahasian ini Ri, gimana kalo dia tau dari orang. Bukannya Fani bakal lebih kecewa dari ekspektasi lo," Saran Irene.