5. Hujan

8 1 1
                                    


Hello Semuanya, selamat membaca:)
*Terdapat kata kata tak sopan


Irene menatap jam di ponselnya, ia sudah seharian di taman, sekarang ia harus pulang sebelum matahari terbenam atau mungkin sudah terbenam. Ia membereskan bekas bekas Snack yang tadi ia makan bersama anak anak tadi.

Lalu Irene membuang sampah yang telah di satukan dalam kresek ke tong sampah yang ada di dekatnya dan memanggil Fika, Ryan, Aul dan Dio untuk menghampiri nya.

"Kak Irene mau pulang dulu ya udah sore," kata Irene membuat anak anak kecil itu cemberut. Kecuali Dio.

"Besok main lagi ya kak," Ryan memegang tangan Irene.

"Besok kak Irene gak janji, kalo Minggu kakak bisa."

"Masih lama kak," Wajah Fika cemberut merasa tak rela jika Irene harus pergi.

"Nanti main kerumah chiko aja ya kalo mau ketemu kakak, soalnya mamah chiko punya nomor hp kakak nanti kalian bisa telpon kakak," kata Irene memberi tahu.

"Kenapa harus Chiko? Kenapa nggak aku aja?" Irene tersenyum lalu mencubit hidung Ryan yang sedang kesal.

"Karena cuma mamah Chiko yang punya nomor kakak. Udah ya jangan pada cemberut nanti bakal ketemu lagi kok."

"Iyadeh," ucap meren bersamaan.

"Oh iya Dio abang kamu kok gak datang datang ya?" Tanya Irene yang menunggu Bian untuk menjemput Dio.

"Gak tau."

"Udah sore lagi, kakak anterin pulang ya," tawar Irene, kata Aul rumah Dio lumayam jauh dari rumah yang lain. Sedangkan Rumah Ryan Aul dan Fika hampir bertetanggaan dan di samping taman.

"Iya." Irene berjalan bersama anak anak mengantarkan mereka pulang karena sudah sore.

Mereka berjalan berjajar dengan Irene yang di tengah. Irene mengandeng tangan Dio di sebelah kanan dan Fika di sebelah kiri. Sedangkan sepeda yang Dio bawa tadi sebenarnya milk Ryan yang tertingal saat di rumah Dio.

"Dadah Kak Irene," Irene melambaikan tangannya pada Fika yang sampai terlebih sampai dahulu lalu di susul oleh Aul dan Ryan. Kini hanya Irene yang sedang mengandeng tangan Dio.

"Dio udah sekolah?" Tanya irene melihat ke bawahnya. Mencoba mengakrabkan diri.

"Belum. Tapi kata bunda Dio bakal sekolah tahun depan." Jawab Dio dengan antusias tersenyum melihat Irene.

"Wah hebat Dio seneng mau sekolah?"

"Iya Dio seneng soalnya temen temen Dio pada udah sekolah sedangkan Dio belum. Dio suka sekolah."

"Wah hebat Dio suka sekolah."

"Kata bunda sekolah itu punya banyak teman kaya Abang temenya banyak."

"Dio suka banyak temen?"

"Iya seru."

"Pinter pinter cari temen ya. Oh iya rumah Dio yang mana udah sampe ujung ni." Tanya Irene melihat ke sekitar nya yang sudah tiba hingga ujung dan hanya tersisa beberapa rumah lagi.

"Yang itu yang bayak bunganya," tunjuk Dio lalu segera Irene mengantarkan hingga depan Rumah.

"Udah sampe, Dio masuk gih," Suruh Irene saat tiba di depan rumah Dio yang lumayan besar dari rumah yang lainnya.

"Kakak mau masuk?" Irene terkejut bagaimana anak tiga tahun menawarkan untuk masuk.

"Nggak kakak harus pulang, udah mau malam," tolak Irene sambil menunjuk ke arah langit yang mulai gelap.

ABOUT IRENETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang