16. Basket

5 1 0
                                    


Happy reading guys<3
.
.
.
.


Pertama kalinya Irene masuk kedalam SMA Langit, membuat dirinya tercengang dengan apa yang ia lihat setiap langkahnya, bangunan SMA Langit memang beda dari bangunan SMA biasa. Bahkan ia pernah dengar SMA langit memiliki banyak gedung dengan fungsi berbeda-beda.

Hari ini ia di undang oleh Nevan pacar temannya untuk menyaksikan pertandingan basket di SMA Langit, tentu saja untuk menemani Ria yang katanya tidak ingin sendiri.

Irene berjalan mengikuti orang orang yang masuk ke dalam gedung yang Irene yakini lapangan outdoor. Ia kira pertandingan basket akan di luar padahal ia sudah menggunakan topi.

"Beib," Ria menarik Irene yang sedang melihat lihat sekitarnya ke arah pintu masuk yang sudah ada Nevan di depan pintu sana.

"Aku gak telatkan Van?" Tanya Ria.

"Nggak kok ayo Masuk."

Ria dan Nevan berjalan beriringan di depan Irene membuat Irene mendengus. Lalu mata Irene mencari seseorang yang ia kenali.

Irene dan Ria di arahkan oleh Nevan duduk di paling depan karena memang sudah di siapkan untuk orang terdekat atau di undang langsung para pemain. Sedangkan penonton yang lain ada di belakang.

Mata Irene tak henti hentinya mencari seseorang berharap ia menemukan nya gadis itu terus mencari di setiap sudut lapangan, bahkan di kursi para penonton.

"Al!" Irene langsung menoleh saat Nevan memanggil seseorang. Dilihat nya Bian yang datang dengan menggunakan jersey basket nya.

"Hai!" Sapa Irene riang, Bian balas menyapa irene dengan cara menepuk kepala Irene yang masih berbalut topi.

"Lo ikut tanding?" Tanya Irene. Pasalnya Bian adalah murid baru.

"Jadi gini salah satu anggota basket gue ada yang cedera, terus karena Albian punya laporan bagus tentang basket waktu di Jakarta jadi kita memutuskan untuk memilih Albian jadi pengganti nya," Terang Nevan padahal Irene tidak bertanya pada pria itu.

Irene menoleh kembali menatap Bian yang sama menatapnya tiba tiba saja ia tersenyum.

"Lo udah sehat kan?" Tanya Bian mendekati Irene.

"Udahlah udah lima hari yang lalu itu," jawab Irene.

"Bagus deh."

Irene tak sengaja melihat sebuah plaster besar di lengan Bian tepat di atas sikutnya tangannya, yang pasti Bian menutup tatonya agar tidak terlihat. Jadi begini cara Bian menyembunyikan nya.

"Oh iya mumpung ada lo titip hp gue ya, takutnya Bunda nelpon," Bian memberikan ponsel miliknya pada Irene untuk ia titipkan.

"Boleh boleh," Irene menerimanya lalu memasukkan nya kedalam tas kecil nya.

"Aku juga deh," Nevan ikut ikutan memberikan ponselnya, bukan hanya ponselnya tapi seluruh barang nya kepada Ria.

"Yu Al kita bentar lagi di panggil," Nevan mengajak Bian.

Ria memberikan semangat pada Nevan sebelum pria itu beranjak, sedangkan Irene hanya memberikan gerakan tangan yang berarti semangat pada Bian.

"Insting gue bener kan lo jadi sering senyum senyum."

Irene yang sedang tersenyum menatap kepergian Bian langsung menoleh menatap Ria yang baru saja berkata seperti itu. Dan memukul bahu Ria.

"Diem lo dukun!" Kata Irene.

Pertandingan segera di mulai para pemain sudah berkumpul di tengah lapangan membuat para penonton berteriak ramai, Irene pun sama ikut berteriak walaupun tak terlalu keras.

ABOUT IRENETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang