3. Mula & Ria

3 1 0
                                    


Apa kabarr sayang ku

___________

Gue udah di depan

Bentar gue kesana sekarang

Irene berlari dari arah parkiran ke luar gerbang, ia tadi sedang menunggu di parkiran dengan teman temannya. Kalian tau apa yang di rasakan Irene saat mendapatkan pesan ini.

Kaya punya pacar coy.

Irene berjalan sedikit berlari saat telah dekat dengan gerbang lalu matanya melihat lihat mencari. Hingga satu orang yang membuat ia berfikir mungkin kah itu orangnya. Dengan seragam dari sekolah mewah.

Lo yang pake seragam SMA langit?

Iya.

Akhirnya Irene berjalan pelan ke arah pria yang sedang duduk di atas motornya, sambil memainkan ponsel untungnya Irene sudah touch up pake make up Fani yang selalu di bawa oleh gadis itu.

Karena ia tak mau terlihat kusam di lihat cogan.

"Lo abangnya Dio yang kemarin kan?" Tanya Irene yang sudah berdiri di depan pria tampan ini.

"Oh iya lo yang kemarin?" Tanya nya.

"Heem."


Irene merasakan semua mata menatap ke arah nya. Bukan, lebih tepatnya ke arah pria yang berseragam SMA elit ini apalagi wajahnya yang tampan luar biasa.

"Abang nya Di-"

"Nama gue Bian, jangan panggil Abangnya Dio."

"Oh iya sorry, oh iya dompet nya?"

"Bentar," Bian membuka tas nya, lalu mengeluarkan dompet berwarna biru itu.

"Makasih ya," ucap Irene saat menerima dompet nya, wajahnya tersenyum berseri seperti saat ia mengetahui dompet nya ada di Bian." Gue sempat frustasi kehilangan dompet gue," lanjut Irene memberi tahu, padahal gak ada yang nanya.

"Oh iya."

"Kalo gitu makasih sskali lagi ya." Ucap Irene dengan senyum yang belum luntur.

"Iya sama sama."

"Sebagai gantinya, Dio bilang kemarin lo sama keluarga baru pindah ke Bandung kan? Kalo lo mau tau tentang sekitar Bandung tanya gue aja, apapun itu kalo mau minta bantuan juga gak papa," ucap Irene tanpa sadar, baru sedetik kemudian ia tersadar, senyum nya langsung berubah.

Kebanyakan gaul ama Risa jadi ginikan lo, kalo di tolakan malu.

"Oh iya boleh," Irene terkejut dengan jawaban pria ini. Padahal Irene sudah mengira akan di tolak.

Bian menatap wajah Irene, yang tiba tiba jadi kikuk seperti awal bertemu di supermarket.

"Kalo gitu gue pulang ya, no lo tetap itu kan gue nanti bakal minta bantuan lo," pamit Bian.

"Ha? Oh... Iya. Gak ganti, gak usah sungkan," jawab Irene ter bata-bata.

Bian menggunkan helm nya, lalu menyalakan motor nya, ia menatap sekali lagi pada gadis yang berdiri di sampingnya. Lalu mengangguk kan kepala dan pergi.

ABOUT IRENETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang