Happy reading guys
Hari ini Irene dan Ria sedang berada di sebuah mall, untuk membeli perlengkapan untuk liburan nya mereka nanti, padahal hanya untuk dua hari, tapi seperti akan pulang kampung.
Sebenarnya hanya Ria saja yang berbelanja di sini, Irene tidak membeli sesuatu karena yang ia butuhkan sudah ada di rumah. Ria hanya mengajak Irene berkeliling mengunjungi setiap toko mencari barang yang di perlukan.
"Kita bakal tinggal di unit punya Albian?" Tanya Ria, membuat Irene langsung menoleh. Ia tak tau soal ini.
"Lo tau darimana?" Tanya Irene namun tangannya sedang sibuk memilah-milah sebuah sepatu warna putih.
"Nevan lah siapa lagi, lo gak tau?"
"Nggak, Bian gak bilang soal ini."
"Lo udah lumayan deket ya sama tuh cowok, gak mau pacaran?" Irene menarik nafas, ke 999kalinya Ria atau siapa pun itu pasti bakal menanyakan itu bahkan ia pernah tak sengaja mendengar ucapan teman Bian yang mengira Irene dan Bian pacaran.
Sudah terhitung lima bulan kedekatan mereka terhitung, Irene sudah tau tentang Bian bahkan sebaliknya, Irene tak pernah menyangka menjadi dekat dengan Bian. Jadi ia juga tidak aneh jika orang yang melihat mereka pasti akan menganggap mereka adalah sepasang kekasih.
Ia pikir setelah kejadian dompet nya hilang, ia tak akan ada hubungan lagi, tapi ternyata mereka berdua memiliki hubungan yang dekat yang intinya ini tak pernah di bayangkan oleh irene.
"Lo ada perasaan sama Bian gak?"
"Perasaan suka maksud lo?"
"Iya."
"Mau tau aja lo," Irene berjalan menubruk tubuh Ria dengan sengaja lalu membawa sepatu yang ia pegang tadi ke kasir.
"Jawan Ai, gak mungkin di antara kalian berdua gak ada yang suka," Ria berjalan mengikuti Irene yang sedang membayar.
"Gak ada yang mau lo beli lagikan?" Tanya Irene sekalian mengalihkan topik pembicaraan nya saat mereka sudah berada luar mall.
"Gak ada sih."
"Ok gue pulang duluan ya, gue mau prepare, see you nanti malam Ri," Irene mengangkat dua paperbag nya, padahal tidak berniat belanja tapi apa boleh buat jika matanya sudah melihat sesuatu yang menarik buru buru tangannya mengambil nya dan segera menukarnya dengan uang.
"Pulang sama siapa?" Teriak Ria. Irene berbalik sambil tersenyum.
"BIAN!"
******
"Bian, lo emang kuat bawa mobil ke Jakarta?" Tanya Irene yang kini sudah duduk di samping kursi kemudi. Bian menjemput nya langsung kedepan rumah, sekalian berpamitan dengan papah Irene.
Saat berangkat tadi papah nya banyak sekali memberikan wejangan dan peringatan-peringatan, karena ini perjalanan keluar kota pertama kali bagi Irene tanpa ada pengawasan siapapun kecuali orang-orang Bian. Jadi papahnya sedikit khawatir, tapi ia juga tidak mau menghalangi Irene yang sudah lama tak berlibur.
"Hahaha tenang aja bukan gue yang bawa kok, supir keluarga gue bakal jemput," jawab Bian saat melihat wajah Irene yang khawatir,"Supir keluarga gue masih ada di rumah lagi siap siap biar gak buang waktu jadi gue yang jemput kalian."
"Gue kirain, kalo lo yang bawa emang lo udah punya sim?"
"Ada sim C."
"Itukan buat motor?" Tanya Irene dan di angguki oleh Bian.
Lalu keduanya hening, Bian sibuk dengan jalanan dan Irene sibuk dengan pikirannya. Perkataan Ria siang tadi masih teringat di pikiran nya. Apakah Irene memiliki rasa pada Bian? Tentu saja ada, hanya saja Irene selalu menyangkal pada perasaannya sendiri ia takut hanya dia saja yang suka.