"Dio!"
Irene menolehkan kepalanya, pada seseorang yang keluar dari mobil, Anak kecil yang ada di hadapannya ini langsung memanggil pria itu
"Abang!" Irene langsung berdiri saat pria itu berjalan ke arahnya.
"Dio maafin abang, abang kira kamu tadi udah di mobil," pria itu langsung mengendong anak kecil itu.
"Gapapa abang, untung aja kakak ini mau nemenin Dio," anak kecil itu menunjuk ke arah Irene membuat irene kikuk.
Duh muka gue pasti kusem nih di liat cogan.
Irene tersenyum canggung, pria itu juga hanya membalas tersenyum kecil. Irene yang merasa malu, ingin segera pergi meninggalkan adik kakak yang ada di hadapannya ini.
"Eh, kalo gitu saya duluan ya," pamit Irene.
"Oh iya, makasih mau nemenin adik saya."
"Eh gapapa kok. Yaudah permisi," Irene langsung berjalan ke arah motornya, memakai helm nya dan segera nguengg pergi.
******
Irene sudah tiba di rumah, dan selesai membersihkan diri kini ia sedang duduk bersama mamah dan adik adiknya di depan tv. Mamahya sedang fokus menonton drama Korea sedangkan adiknya sedang mengerjakan PR.
"Duh kenapa pada mati suri semua dah," komentar mamahnya, irene yang tadinya memainkan ponsel ikut melihat ke arah Tv.
"Mah kakak udah lulus jadi apa ya?" Tanya irene berharap mendapatkan solusi.
"Terserah," jawab mamahnya dengan santai.
"Kuliah atau kerja?"
"Terserah, orang kamu yang jalanin nya."
"Hah... kakak juga bingung," Irene tidak bertanya lagi pada mamahnya. For you information, mamah nya irene tidak pernah bicara tentang masa depan irene.
Misalnya, seperti orang lain pasti orangtua sering menyarankan anaknya untuk menjadi ini itu, atau kuliah jurusan ini itu, beda lagi dengan orangtuanya yang tidak pernah menyarankan harus apa kedepannya, membahas nya saja tidak.
Irene menghela nafas, akhirnya ia memutuskan untuk kembali ke kamarnya, memainkan ponsel sambil tiduran adalah hal yang ternikmat dalam hidupnya. Irene mengscroll aplikasi tok tik.
"Berkerja keras jika ingin sukses," gumanya membaca quote yang lewat.
"Belajar lah saat teman temanmu sedang bermain," gumanya kembali membaca. Walaupun sudah membaca banyak motivasi, Irene sama sekali tidak bangkit dari tempat tidurnya.
Irene memang termotivasi, namun hanya beberapa detik saja, setelah nya tidak.
"Eh uang gue sisa berapa ya?" Irene bangun dari kasurnya, mengabil tas ranselnya yang tergantung, lalu mencari dompet nya.
Irene mengacak acak isi ranselnya, lalu mengeluarkan semunya di atas kasur, ia tak menemukan dompet nya. Matanya hampir berkaca kaca.
"Ah duit gue, atm tabungan gue, huwaaaaa!" Akhirnya Irene menangis.
"Inget inget lagi Irene, lo ngilangin di mana?" Tanya nya pada dirinya sendiri.
"Ok di sekolah dompet gue masih ada, kantin gue pake uang jajan dari mama jadi gak ngeluarin dompet. Terus.... Supermarket! Gue belanja, bayar, terus masukin lagi di tas, dan astagfirullah, gue simpen di meja " Irene mengerutuki kebodohan nya sendiri, ia tau diri jika ia memang ceroboh, tapi ia tak pernah sampai menghilangkan dompet nya.