Happy reading guys!Irene melangkahkan kakinya ke perkarangan rumah besar milik keluarga Bian. Sesuai dengan permintaan tante Arina, Irene datang untuk menengok Bian setelah pulang sekolah memastikan laki laki-laki itu ada atau tidak.
Sesampainya di depan rumah Bian ternyata rumahnya terlihat sepi, sepertinya pria itu belum pulang dari sekolah, tapi yang Irene ketahui jam pulang SMA Langit hanya tiga puluh menit lebih cepat dari jam pulang sekolah nya, berarti seharusnya Bian sudah pulang.
Sebenarnya gerbang rumah nya tak di kunci haruskah ia masuk, Irene melihat kesekitarnya untung rumah milik Bian ada di paling ujung jadi ia bisa langsung menggeser gerbangya, terlihat tidak sopan, tapi tante Arina sudah memberi tahu jika Bian belum pulang tunggu saja di teras rumah, jadi ia masuk saja.
"Betul dengan rumah Albian Narendra,"tiba tiba ada seorang laki-laki di belakang nya, di lihat dari tampang nya Irene yakin ini seorang kurir.
"Iya mas kenapa? Paket ya? " tanya Irene memastikan.
"Iya mba paket untuk Albian boleh saya titipin aja ke mba? "
"Oh boleh mas," irene mengambil kotak besar yang terbungkus rapi itu.
"makasih mba, ini sudah saya poto ya untuk bukti," kata kurir tersebut tiba tiba mengarah kan kamera ponselnya ke arah Irene yang sedang melihat nama paket nya.
"kok gak bilang dulu, muka saya pasti gak jelas."
"nggak kok mba, mbanya cantik, kalo gitu permisi mba."
"Eh iya mas."
Gadis bercadingan hitam itu berjalan ke arah teras rumah milik Bian ia akan menunggu saja hingga laki laki itu pulang. Irene menyimpan paket yang lumayan besar milik bian di Meja yang ada di samping nya lalu memainkan ponselnya sebagai teman menunggu nya.
Sudah setengah lima Irene menunggu Bian bahkan ia sudah habis satu episode drakor temanya untuk menunggu. Gadis itu berdiri berjalan ke arah gerbang melihat ke arah luar dari sela sela gerbang.
"kok lama ya," irene kembali duduk lalu ia akan mengirim pesan ke pada tante Arina.
Tapi ia urungkan saat seseorang sedang membuka gerbang. Irene langsung beranjak dari tempatnya menunggu seseorang itu masuk. Bian masuk dengan motornya .
Bian sedikit terkejut melihat Irene yang sudah ada di teras rumahnya. Ia membuka helm full face nya meletakan di atas motornya lalu melangkah mendekati ke arah Irene.
"Hi Bian maaf gue langsung masuk ya, soalnya di suruh tante Arina."
"Bunda gue? Tapi lagi gak ada. "
"Gue tau kok, tadi gue chat bunda lo gue mau balikin tempat makan kemarin terus dia bilang gak di rumah terus nyuruh nunggu lo aja."
"Dari jam berapa?" bian memasukan kunci rumahnya lalu memutarnya.
"setengah empat," Jawab Irene membuat Biam memutar badannya.
"Selama itu, Ini hampir jam lima kenapa gak chat gue?" Bian bertanya menatap wajah Irene.
"Gue takut kalo lo emang lagi sibuk tapi gapapa sekarang kan lo pulang. Oh hampir lupa ada paket nih," irene menunjuk box yang ia letakan tadi. Bian langsung mengangkat nya.
"Tapi bian lo beli apa? Soalnya ini gue diemin dari tadi tapi kok bau, " Bian tak menjawab ia hanya mengambil kontak nya, lalu menyuruh irene masuk terlebih dahulu, ia pun masuk dengan tanpa menutup pintu.
Bian menyuruh Irene untuk duduk di ruang keluarga sedangkan ia akan ke kamarnya untuk mengganti baju dan menyimpan tasnya tak lupa kotak besar itu ia bawa untuk di simpan.