19. kantin.

4 1 0
                                    


Irene bernafas lega saat ujian nya telah selesai, seminggu ia melaksanakan ujian dan belajar mati-matian untuk mendapatkan nilai tinggi di semester lima ini. Bahkan ia rela bergadang hingga hidungnya sering mengeluarkan darah karena terlalu lelah.

Bahkan di ujian terakhir pun tepat saat ia mengumpulkan lembar jawaban, hidungnya kembali mengeluarkan cairan merah itu hingga membuat Fani yang satu ruangan dengan Irene menjadi panik bukan hanya Fani, guru yang menjadi pengawas pun ikut panik.

Tapi sekarang Irene sudah lebih baik saat Fani mengajak nya ke UKS. Karena darah yang tak  kunjung berhenti juga, Irene menyumpalkan tissue di sebelah lubang hidungnya yang mengeluarkan darah itu.

Irene berjalan menunduk dengan tangan kirinya yang terus memegang ujung ransel milik Fani untuk menjadi tuntunannya karena ia malu untuk mengangkat kepalanya ke depan dan sebelah tanganya lagi ia gunakan untuk nenutup hidung nya yang ia sumpal menggunakan tissue, Fani mengajak Irene ke kantin karena teman temannya yang lain sudah menunggu di sana.

"Lah kenapa tuh hidung," Dimas yang pertama berucap membuat teman temannya yang lain ikut melihat ke arah Irene.

"Biasa."

"Nih ada air hanget minum nih," Dimas menggeser gelas berisi teh hangat kepada Irene. Irene hanya diam saja mendongakan kepalanya ke atas.

"Lo sih udah tau gampang cape maksain aja terus," ujar Risa sambil memakan camilan milik Dimas.

"Seragam lo liat tuh, untung batik, kalo seragam putih udah kotor tuh," Ria menujuk berkas bercak darah di bagian kerah seragam Irene.

"Iya iya kalian bawel deh," ujar Irene lalu mengambil cermin yang tergeletak di atas meja, lalu melihat penampilan nya sekarang.

"Ai?"

"Apa Ri?" Irene mengalihkan fokus nya dari cermin lalu menatap Ria, sebelah tanganya mengambil teh hangat milik Dimas tadi lalu meminumnya.

"Lo katanya mau ikut ke Jakarta?" Tanya Ria.

"Mau ngapain lo?" Dimas menyela saat Irene akan menjawab.

"Ya mau main lah, gue ikut. Ternyata di izinin sama papah yeyy, asal gak macem macem aja, tapi lo katanya ikut juga Ri?" Sorak Irene, mengingat rencana liburan yang pernah Bian tawarkan.

"Iya."

"Sama siapa? Anak mula itu?" Tanya Dimas sambil memasukkan cimol kedalam mulutnya.

"Yailah siapa lagi, Semenjak kenal anak Mula kalian jarang kumpul sama kita tau gak," ucap Risa dengan wajah yang di buat sesedih mungkin membuat Irene jadi merasa tak enak.

"Jangan ngomong gitu dong, kita masih sering ngasih waktu kok sama kalian, atau kalian mau ikut Bian pernah nawarin juga," kata Irene tapi di balasan gelengan oleh Fani.

"Tahun baru ini kalian mau liburan ke Jakarta sedangkan gue sama Fani pasti sama ni bocah lagi," Risa melempar secuil Snack ke arah Dimas.

"Udah dari Jakarta kita sama kalian full."

"Emang berapa hari?" Tanya Fani.

"Tiga. Cuman tiga hari ya kan Ri? Makanya kalian ikut juga dong Nevan ngajak kok," Ria menyuapkan baso miliknya.

"Gak boleh gue, papah gue baru sembuh, gue masih takut ninggalin," balas Fani.

"Gue gak boleh juga," Risa ikut menjawab.

"Lo gak boleh sama Neo!" Sarkas Irene yang tahu jika pacar dari temannya ini sangat overprotektif.

"Maaf ya guys."

ABOUT IRENETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang