Ingin membayar hutang karena tak kunjung up sekaligus merayakan first win anak-anak wkkw 🎊🎊
***
Jordy, Pak Ari, dan Mas Datu keluar dari pesawat yang mendarat di Jogja siang itu dengan perasaan yang campur aduk. Ada rasa lega karena di saat yang sama mereka dapat hasil penelitian lebih dari yang mereka harapkan. Di sisi lain ada rasa kuatir yang menyelimuti. Sepanjang perjalanan, mereka nggak banyak bicara. Selain karena rahang yang nyeri karena bekas memar pukul, mereka ngerasa bersalah karena nggak pulang bareng Martin yang sekarang dalam perjalanan ke rumah sakit Kampus di Jogja."Jangan lupa kopermu," tegur Mas Datu yang coba ada di samping Pak Ari yang masih ada oleng-olengan pascainsiden kemarin.
Posisinya sekarang Mas Datu adalah yang terkuat karen dia juga yakin, Jordy masih kerasa sakit di bagian abdomen karena habis digebuk cukup keras kemarin.
"Mas Datu... Pak Ari... S-saya minta maaf..." cicit Jordy yang bikin dua orang itu berhenti jalan. "Gara-gara saya, semuanya jadi begini, saya bikin Pak Ari luka dan Mas Datu... Angel pasti kuatir liat lo,"
Keduanya natap Jordy hangat. Tangan Pak Ari terulur dan nepuk-nepuk bahu Jordy. "Udah, gausa dipikirin. Fokus nulis jurnal aja habis ini. Gausah buru-buru, kalau kamu sudah tenang, baru boleh nulis ya," Jordy ngangguk. "Kamu juga Datu, kamu lebih senior dari Jordy, tapi buat saya, kalian sama. Anak-anak saya juga. Kalau ada apa-apa, langsung koordinasi. Dah, saya gak papa kok, besok paling udah sembuh,"
Pak Ari emang udah sepuh, tapi karena sering turun ke lapangan, beliau jadi lebih kuat dan anggep lukanya ini luka jatuh walau masih dipapah Mas Datu atau Jordy bergantian.
"Oh ya, nanti kalian kabari saya kalau jurnal bersama sudah jadi, biar kita bisa daftarkan ke simposium, kalian bikin jurnal pribadi juga, kalian penulis utama gitu, bukan tim," kata Pak Ari memecah keheningan sewaktu mereka ambil koper. "Kalau tulisannya bagus, bisa saya masukkan ke jurnal internasional, lumayan kan buat modal lanjut kuliah lagi,"
Mas Datu sama Jordy saling pandang. Lumayan juga apalagi kasus ini lagi viral-viralnya. Tapi mereka sendiri nggak mau manfaatin kasus ini untuk urusan pribadi termasuk nyari beasiswa buat kuliah lagi.
"A-ah mungkin cukup jurnal bersama Pak, nanti untuk jurnal pribadi, saya pikirkan lagi,"
Pak Ari senyum. "Ya sudah kalau gitu, saya tahu. Nulis jurnal dengan tema kasus ini emang berat. Tapi kan sebelum ini terjadi, kalian sempet survey lapangan kan? Ya sudah pakai saja topik itu," kata Pak Ari. "Apapun output jurnalnya, semester depan kalian ke kampus lagi ya?"
Jordy bingung. "Penelitian lagi pak? Ke mana? Bapak nggak kapok penelitian lagi sama saya, sama Mas Datu?"
"Siapa bilang penelitian? Kalian emang gak bosen penelitian?" tanya Pak Ari balik. "Pihak kampus sudah tau masalah ini dan kalau kalian tidak keberatan dan buru-buru cari kerja, kampus mau nyuruh kalian kuliah lagi. Jordy di S2 dan Datu di S3,"
Perasaan dua 'calon maba pascasarjana' ini kayak kejatuhan durian runtuh. Bingung mau nanggepin begimana. Di sisi lain, mereka seneng karena bisa kuliah gratis plus bakal dibayar karena otomatis jadi anak proyekan Pak Ari atau Mas Datu juga bisa jadi asdosnya Pak Ari. Tapi kaget juga.
"Bentar, Pak. Saya bingung. Gimana maksudnya? Jadi saya sama Jordy dapet beasiswa gitu dari teknik?"
"Iya, lumayan gausah tes dan Jordy masih tetep bisa jadi vokalis abadi Banteng-banteng itu,"
Asli Jordy kesel kalo Pak Ari mulai ngeledek gini. Tapi lumayan juga tawaran Pak Ari. Eh, tapi kan dia punya Tantra yang harus dikasih nafkah. Apa kerja proyekan cukup? "Em... Jadi gini, Pak. Saya kan sekarang udah nikah dan mau punya anak, kayaknya saya butuh pertimbangan Tantra..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Muchas Gracias! [END]
Fanfiction7 bulan setelah Andreas pergi hilang entah kemana. Band Teng udah nggak lagi sama. Apalagi semua udah mulai sibuk sama urusan masing-masing. Sam yang menata kehidupan tanpa Andreas, Martin dan Kala yang repot ngurus bayi yang lagi aktif-aktifnya dis...