Shoot!

9.3K 1.3K 1.2K
                                    

Maaf banget kalo chapter ini aga pusing dan bosen.

***
Tuk.. Tuk..

Ko Axel nekat masuk ke ruangan yang udah ditunjukin sama salah satu penjaga di luar. Dia sendirian. Sisanya? Mereka nyebar nyari petunjuk lain yang bisa mereka serahkan ke polisi nanti. Biar Ko Axel head to head sama orang yang udah manfaatin perusahaannya selama ini.

"Anda sudah memancing landak keluar dari sarangnya,"

Ko Axel ngomong ke kursi yang ngebelakangin dia. Lalu kursi itu memutar dan nampak seorang pria paruh baya berjambang dan bertubuh tambun, mirip Gusgus, tikusnya Cinderella.

"Hahaha, wow! Ternyata cepet banget anak si Halim Santoso ini nemu tempat keramat ini,"

Rasanya Ko Axel pengen jambak pria bernama Sunanta saat itu juga. Pengen nabok yang kenceng sampe palanya ke Zimbabwe. Tapi dia harus tetep cool. "Siapa yang nggak tau surga judi yang diomongin banyak orang..." katanya. "Surga judi yang dibangun di atas tanah keluargaku. Dasar rampok,"

Sunanta makin ketawa kenceng. Dah gila ni orang, batin Ko Axel. "Rampok? Wow! Kamu nggak ngerti caranya memanfaatkan surga dunia, Nyo!" Dipanggil Sinyo, Ko Axel diharapkan bisa ngeliat Sunanta, si pengusaha asal Surabaya itu, sebagai bapak atau senior yang dihormati. Nyatanya enggak. Ko Axel malah makin muak.

Klek!

Entah gimana caranya, moncong pistol Sunanta mengarah ke dagu Ko Axel. Mungkin cuma ancaman. Tapi Ko Axel kerasa kalau hidupnya mulai terancam. Dia berusaha santai. Tapi dia juga senyum miring. Sunanta mulai bereaksi dan emosi.

"Emosi anda hanya sebatas ujung pistol ini, hmm?" ejek Ko Axel.

"Diam! Kamu cuma anak kecil sok tau!" Sunanta mulai emosi. "Kamu setor nyawa di sini. Ini bukan lagi tambangmu dan gara-gara kamu memutus kerja sama, semua bisnisku hancur berantakan! Urus bisnismu sendiri yang nggak seberapa itu!"

Ko Axel nepis pistol tanpa rasa takut. Dia natap Sunanta intens. "Apa yang dimiliki orang-orang di luar sana, itu hak mereka. Termasuk tanah ini. Penjahat-penjahat seperti anda, hanya mau mengambil untung tanpa tahu dampaknya," Ko Axel ngeluarin amplop dari saku jaketnya. "Saya nggak mau pergi dengan tangan hampa, di amplop ini ada cek dan surat berharga saya, selesaikan di meja judi,"

"Haha, nantang? Taruhanmu cuma segitu?"

"Saya berikan semua tambang ini, hak kelola, dan semuanya saham perusahaan saya." tegas Ko Axel. "Tapi kalau anda kalah, kembalikan tambang ini dan berikan seluruh perusahaan anda,"

***
Tempat judi itu lengkap banget. Ada bar dengan minuman keras berbagai merk, asap tembakau, musik yang disetel keras-keras, dan cewek-cewek seksi bertebaran. Lampu yang kelap-kelip seiring bunyi musik seolah mengaburkan dimensi ruang mereka, nggak bisa bedain mana siang, mana malem.

"Yang itu namanya Matthew Chang, orang Singapura. Dia punya blok migas sama pertambangan lepas pantai, tapi ilegal juga karena berhasil nyogok pemerintah setempat." Martin ngajak Jordy, Mas Datu, sama Pak Ari ngamatin orang di sekitar mereka. Sekarang mereka ada di sudut ruangan dengan smirnoff yang tersaji di depan mereka tapi nggak mereka teguk sama sekali. "Itu Frans Duaji, dia bos mafia ternak. Orang partai, Buron karena ketauan korup,"

Tim penelitian cuma manggut-manggut. Cuma agak syok sih, beberapa wajah di tempat itu, mereka kenal banget. Beberapa mereka adalah politisi dengan citra publik yang bagus. Taunya di belakang malah bikin kasus dengan main judi di tempat kaya gini.

"Bisa nggak sih Mas kita publish mereja gitu di TV?" tanya Jordy greget.

"Liat, mereka bawa apa," Martin nengok ke sekumpulan orang berbadan gede. "Lu gabisa idup tenang. Udah deh,  mending fokus sama misi kita sekarang aja dan--"

Muchas Gracias! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang