Aku kelelahan, bukan tersesat

7 0 0
                                    

Pikiranku semakin jauh mengembara, entah tentang kegagalan atau harapan yang tak tercapai.

Malam kumeringkuk, memeras kepala hingga rambut rontok, berteriak tanpa suara, menangis dalam diam.

Mataku panas seakan terbakar, kepalaku berdenyut seolah otakku akan keluar. Ludes dan lenyap segala keinginan.

Hidup? Aku sudah tak tahu lagi mendeskripsikannya seperti apa. Masihkah sanggup orang gagal sepertiku mengatakan tentang kehidupan.

Resah, gelisah, gundah, marah, merasa tak berguna, tak berdaya segala kehancuran menggelenjar merayapi inci demi inci, sel demi sel, trombosit demi trombosit di dalam tubuh.

Saat tubuhku gemetar, "aku ingin menghilang" selalu kalimat itu yang terputar berulang-ulang.

Namun, aku takut, bukankah kematian tidak menyelesaikan apa pun? Selain menambah susah orang yang ditinggalkan.

Bagaimana aku menghadapi hidup? Orang frustrasi disuruh berdoa, dihakimi jauh dari Tuhannya. Tahu apa mereka tentang keyakinan seseorang? Apakah manusia dilarang mengeluh ketika dia lelah? Betapa kejam jika memang seperti itu. Bahkan aku yang tak melakukan apa pun begitu payah, terus gimana nasib mereka yang berjuang?

Ah, adakah? Satu saja, tak perlu banyak, seseorang yang mampu mendengar tanpa harus berkomentar. Aku hanya ingin didengarkan, bukan dihakimi dengan tuduhan kesesatan.

Tuhan, aku butuh Engkau di sisiku dan seseorang yang peduli bukan karena penasaran, tapi benar-benar kasihan pada keadaanku sekarang.

Orang gagal yang takut mati, tapi tak mampu berdiri sendiri.

Luapan EmosiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang