____Kembali ke kenyataan___
Konsep hidup mandiri saya masih berantakan, ditambah interpersonal saya masih buruk lantaran sungkan. Ini sulit, tapi sensasinya gk bakal saya lupain, persis sama kaya waktu di ibukota. Di mana saya harus belanja sayur, masak, nyuci atur uang pengeluaran tiap bulan sendiri.
Rasa resah yang berbeda, kehidupan rumit yang kadang bikin saya menghela napas, tapi sedikit lega. Kehidupan monoton yang lumayan menarik, walau harus tergelitik oleh kebegoan sendiri kala berinteraksi.
Luar biasa, perasaan baru, was-was, ketakutan, tapi dibarengi oleh euforia kepuasan. Seolah saya ingin mengumumkan "akhirnya aku hidup".
Bertemu orang baru, bertukar kata dengan pikiran kosong yang berusaha mencerna. Berapa lama saya tak bercakap-cakap ria dengan orang asing? Sampai ketika bertemu mata, saya merasa dunia ini berada di ruang hampa dan saya tengah diintrogasi atas kepasifan terhadap dunia cakap bicara.
Lidahku berkali-kali tergigit, gigi kering kala dipaksa nyengir ramah, pipi sakit lantaran harus mengumbar senyum bersahabat, mata melotot agar fokus pada apa yang ditanyakan. Dari semua itu, membuat saya sadar ternyata terlalu jauh menarik diri dari keramaian. Kelimpungan menghadapi tatapan orang-orang padahal jelas mereka hanya biasa saja, tapi saya merasa terhakimi.
Kini semua sudah berkerak, bagaimana membersihkannya? Entahlah, saya hanya akan berusaha mengelupas satu demi satu kotorannya.
Saya bercermin, menunjukkan senyum yang diumbar tadi siang. Mengerikan, tampak aneh dan sangat jelas dipaksakan. Lalu saya merenung, sudah kah cukup baik saya menyambut orang-orang? Jujur saya bukan orang yang ramah, menunjukkan ekspresi adalah keahlian dalam berbohong. Untuk sedetik berikut semua luntur dan saya merenung lagi dan lagi.
Terimakasih untuk suasana baru yang tak asing, saya belajar lebih banyak lagi tentang kehidupan. Kini saya akan mencoba kembali pada kenyataan.
Hiruk pikuk kebingungan, 28 Oktober 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Luapan Emosi
PoetryKeluarkan semua yang mengendap dalam hatimu, tidak berguna kau menyimpan cacat hati jika untuk disesali. Bawa dirimu pada kebahagiaan, tumpahkan dengan segala luapan. Luapan Emosi yang akan membahagiakan jiwamu, bukan cuma ragamu. Karya ini berisi l...