Kenangan dan Hujan

647 69 8
                                    

Bus Transjakarta berhenti dengan sangat akurat di tempat pemberhentiannya. Hanya ada dua orang yang turun dari Bus itu. Tak heran karna saat ini jam sudah menunjukan pukul setengah sebelas malam.

Satu di antara dua orang itu tetap berada di sana. Menanti bus lain agar ia bisa melakukan transit. Sedangkan satu lainya saat ini sedang menempalkan kartu yang tergantung di lehernya pada mesin agar ia dapat keluar dari sana.

Dia seorang wanita dengan tinggi sekitar 160 cm dan berat yang lebih dari berat tubuh seharusnya. Menilik dari pakaian yang ia pakai sepertinya wanita itu adalah seorang pekerja kantoran. Petugas bank mungkin?

Ia membawa satchel bag dengan merk brun brun berwarna hitam. Juga tote bag dari bahan kanvas warna putih untuk menyimpan heels yang sudah ia pakai bekerja seharian.

Wanita cubby itu menggerakan lehernya ke kanan dan ke kiri, sesekali memijit pundaknya seraya turun dak keluar dari halte tersebut.

"Eung?"

Ia menoleh saat hujan tiba-tiba saja turun dengan derasnya. Tanganya merogoh ke Satchel bag mencari payung yang biasanya selalu ia masukan ke dalam tas.

"Selalu saja..." Ucapnya saat tk menemukan payung di dalam tas.

Ia memang tak pernah beruntung dengan hujan. Hujan selalu saja turun saat ia tak memiliki payung.

Tak ada pilihan lain, ia menutup kepalanya dengan urutan sebagai berikut Tote bag kanvas berada paling atas lalu kemudian satchel bag di bawahnya.

Ia tak berlari menuju rumah. Hanya berlari menuju halte di depannya lalu duduk di sana. Setelah mengibaskan air yang membasahinya. Masih sekitar 250 meter lagi menuju rumah kosnya. Ia bisa-bisa basah kuyup. Bisa-bisa ia tak masuk kerja besok. Ia sangat sensitif dengan air hujan.

Hatchi...Hatchi...Hatchi...

Lihat belum apa-apa saja ia sudah bersin-bersin seperti itu. Sebelum semakin parah. Ia bergegas mengambil minyak angin dan mengoleskan pada hidung pelipis juga lehernya.

Ini Jakarta dan bukan musim hujan. Jadi wajar jika ia hanya membawa kardigan bukan jaket tebal. Hujan saja yang suka datang tiba-tiba seperti rindu.

Setelah membalurkan minyak angin dan merasa lebih hangat. Ia melihat ke arah jalanan yang masih saja ramai. Ibu kota memang tidak pernah tidur. Tapi ia suka. Ia suka dengan keadaan yang nampak ramai itu. Sedikit menghilangkan rasa jenuh dan sepinya.

Kenikmatannya menatap jalan harus terintrupsi oleh suara notifikasi pesan. Ia langsung saja mengambil ponsel dan mengeceknya. Siapa yang mengiriminya WhatsApp pada pukul segini. Biasanya sih atasanya.

-Halo selamat malam,
Benar ini dengan Kak Ciza Agustin ketua osis SMA Bakti Mulya Masa aktif 2009-2010.-

"Eoh..nuguya?" Gumamnya dalam bahasa korea yang artinya siapa ini. Tidak Ciza tidak memiliki keturunan korea sama sekali. Itu hanya efek samping terlalu banyak menonton drama korea saja.

Iya betul. Ini dengan siapa?

- Halo kak, saya Karina ketua osis SMA Bakti Mulya masa aktif 2020-2021. Maaf menghubungi kakak tengah malam seperti ini. Tujuan saya menghubungi kakak adalah berkaitan dengan tradisi sekolah yang mengadakan reuni akbar 10 tahun sekali. Dimana untuk acara tahun ini akan melibatkan angkatan 2010-2020. Sekiranya tidak keberatan saya ingin berbicara lebih lanjut tentang ini-

Ciza terdiam angkatan tahun 2010? Sudah selama itulah ia lulus dari SMA? 11 tahun? Rasanya baru seperti kemarin.

Tapi benar itu sudah lama, kapan terakhir kali ia bertemu teman-teman  SMAnya?

Dua bulan lalu, ah tidak tiga bulan lalu di salah satu acara pernikahan. Kesibukan saat ini membuat mereka sangat sulit bertemu meskipun dengan beberapa orang ia masih intens bertukar pesan, telfon, video call atau hanya mengupdate kabar mereka melalui media sosial mereka saja.

Oh tentu. Jadi bagaimana? Apa yang bisa saya bantu...

🍀🍀🍀🍀

Kamar kosan Ciza hanyalah sebuah kamar ukuran 5*6 saja. Namun meski begitu barang-barang di sana bisa di katakan cukup lengkap. Cukup untuk Ciza palin tidak.

Ciza sudah mandi dan mengganti pakaiannya. Semula ia ingin naik ke atas kasurnya. Namun kemudian ia mengurungkan itu. Ia memilih untuk duduk di kursi kerjanya saja. Membuka laptop dan menyalakannya.  Setelah itu ia mencari satu folder yang lama tak ia buka.

Bakti Mulya All

Pembicaraannya dengan Karina tadi membuatnya kembali ingin membuka  memori lama tentang masa-masa sekolah. Masa-masa yang katanya sangat indah. Masa-masa SMA.

"Here is this..." Ucap Ciza

💌💌💌💌

Hellowww.. so sorry aku tau baru nerbitin satu cerita. Tapi sepertinya aku memutuskan untuk menulis yang ini dulu jadi mungkin aku akan unpublish cerita sebelumnya sampai cerita ini selesai. Kemungkinan sih cerita ini tidak akan lama.

So enjoy with this.....

Yang rindu masa SMA.
Yang tidak bisa masuk sekolah karna pandemi.

Semoga cerita ini bisa sedikit memulihkan rindu.

You are Invited (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang