Reuni Akbar

439 53 18
                                    

Sudah sejak muda Ciza sangat suka terlibat dalam persiapan suatu acara. Karna itu Ciza sangat senang dan merasa terhormat di jadikan salah satu bagian dari kepanitiaan Reuni akbar. Dimana iya bertugas untuk mengabari para alumni angkatanya juga sebagai Narahubung angkatanya.

Ciza berhasil menyebarkan undangan Reuni Akbar tersebut. Bahkan banyak yang mengatakan bisa untuk menghadiri. Hal itu tak terlepas dari bantuan sang suami. Jangan lupakan bahwa suaminya pernah menjadi sangat populer saat SMA dulu atau masih?

Senyum Ciza mengembang saat mendapati suaminya sedang duduk di salah satu kursi tunggu di bandara yang membuatnya tersenyum geli adalah karna ada seorang wanita cantik yang nampak seperti mendekati suaminya.

Pemandangan itu bukan yang pertama kali bagi Ciza. Renzo itu ibarat gula dimana pun pria itu berada para semut selalu mendatanginya. Ciza terbiasa dengan semua itu. Akan sangat amat melelahkan jika ia harus cemburu. Ketika memilih menikah dengan Renzo, ia sudah harus bisa menerima konsekuensi bahwa suaminya memiliki ketampanan di atas rata-rata.  Terlebih Ciza tau, bahwa Renzo mencintainya. Itu lebih dari cukup.

"Jo..."

Wajah Renzo sumringah ketika melihat Ciza yang datang. Sungguh ia merasa sangat tak nyaman. Ada wajah lega ketika tau istrinya datang.

"Saya duluan ya mba. Istri saya sudah datang" ucap Renzo dan bergegas mendekat pada Ciza.

Mereka memang sengaja bertemu di bandara. Ciza tadi sempat masuk setengah hari. Ia bekerja di salah satu mall besar sebagai call center layanan pelanggan. Sedangkan Renzo bekerja di bandung sebagai staf PR salah satu hotel di Bandung.

"Aku tuh heran ya, aku benar-benar tidak pernah melepaskan cincin nikah ku, tapi tetap saja masih banyak yang mendekati ku. Ah.. mengesalkan sekali"

"Kesal apa seneng?"

"Ngga lucu! Kamu juga bisa ngga sih lebih over protective dikit sama aku, kaya coba gitu balesin cewek-cewek genit yang coba ngeDM aku atau ngechat aku. Rajin-rajin telfon aku atau gimana gitu. Lebih galak Ciza..."

Ciza berdesis lalu menggelengkan kepalanya. "Ah... Tidak.. tidak. Aku sudah sangat stress menghadapi para pelanggan ku. Tidak mau tambah stress dengan urusan mu dan fans mu yang tidak selesai-selesai itu"

"Kamu tuh ngga cinta ya sama aku? Oh iya bener cintanya sama Seno."

Sungguh kadang Ciza bingung. Sebenarnya yang wanita itu dia atau Renzo. Kemampuan mengingat dan mengungkit masa lalu Renzo benar-benar luar biasa. Persis ibu-ibu komplek yang kalau bertengkar dengan suaminya semua kesalahan suaminya dari SD di ungkit semua.

"Cie hari ini bisa ketemu Seno..".

Ciza menggandeng tangan Renzo dan mengusapnya.

"Udah diem. Kamu ngga haus apa ngomong terus.."

Renzo melepaskan tangan Ciza darinya bukan karna marah tapi karna ia yang ingin merangkul pundak Ciza.

🍀🍀🍀🍀

Renzo dan Ciza sudah berada di dalam pesawat. Karna tadi tak sempat makan dan Renzo kelaparan akhirnya Renzo pun memesan makanan.

Ciza baru kembali dari toilet dan duduk di samping Renzo.

"Ya ampun ada anak kelaparan.."

"Iya, istrinya sibuk soalnya" saut Renzo yang sedang membuka makananya.

Ia berhenti ketika mendapatkan sebuah kertas kecil. Ia membukanya dan kemudian menghela napasnya.

"Kenapa?" Tanya Ciza. Renzo menyodorkan kertas yang berisi nomor telfon itu.

You are Invited (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang