Chapter 15: Keinginan Wilson

1.5K 169 31
                                    

Kembali dengan Wilson Jordan di chapter 15

Siap menemani kisah Wilson sampai akhir?

Sebelum ke ceritanya, jangan lupa vote dan spam komentar, ya!

Happy Reading!

《▪︎▪︎▪︎¤▪︎▪︎▪︎》

Wilson kini hanya berdua dengan Yovan di ruang uks, sementara Jordan pergi ke luar sebentar untuk meminta izin pada wali kelas Wilson untuk membawa Wilson pulang dan pergi ke rumah sakit. Begitu juga dengan Yovan, Yovan juga pulang karena hukuman dari sekolah. Dan Yovan harus kembali ke sekolah dua hari lagi. Hukuman yang membuat Yovan berteriak frustasi.

Tak ada percakapan antara keduanya, mereka hanya sibuk dengan lamunannya masing-masing. Dan sampai pada akhirnya, suara yang keluar dari mulut Wilson membuat Yovan menoleh.

"Yov," panggil Wilson kecil, tapi masih bisa terdengar.

Yovan menoleh dengan ekspresi datar, menatap sang adik yang hendak melanjutkan ucapannya.

"Yovan, lo-" Wilson menggantungkan kalimatnya. Sesak sedikit dadanya ketika mendengar jawaban Yovan yang sangat jauh dari kenyataannya, "Kok lo gitu sih, Yov? Gak cukup lo liat gue terus dimarahin Papah? Gue capek, Yovan" ucap Wilson dengan suara yang serak.

"Nggak! Gue seneng aja" jawab Yovan dengan entengnya, "Dengan begitu Mamah Papah bakal bandingin lo lagi sama gue, dan gue yang selalu dipandang baik di mata mereka" jelasnya membuat Wilson menggelengkan kepalanya.

"Lagian Papa marah gak akan mukul, kok. Tenang. Papa masih baik sama lo, Son" lanjut Yovan.

"Kata siapa? Satu luka yang ada di wajah gue aja, Papa tambah dengan kasih pukulan dia ke gue. Papa selalu anggap gue anak nakal yang jarang belajar. Papa pengen gue jadi anak pintar yang sesuai dengan keinginan Papa. Kayak lo, Yov. Sayangnya hanya lo yang Papa banggain," ujar Wilson panjang lebar, "Gue bukan kepercayaan mereka, Yovan"

"Sttt! Jangan merasa sok paling tersakiti deh. Baru gitu doang juga, lemah!" balas Yovan seraya terkekeh kecil.

Wilson terdiam, memandang mata sang kakak yang sama sekali tidak terlihat kepedulian disana. Wilson membuang muka, menatap ke arah lain. Lagi-lagi dia menghela napas.

"Apa salah gue sampai lo terus pukul gue? Gak ada sedikit pun rasa kasihan lo ke gue? Gue adik lo, Yovan."

"Lo emang adik gue. Tapi, masa lalu yang gue alamin seakan buat gue benci sama lo. Karena lo dulu, gue kehilangan perhatian Mama Papa. Lo selalu sakit-sakitan yang buat mereka lebih peduli sama lo. Mereka acuhin gue," jelas Yovan dengan raut wajah kesal, "Sampai pada akhirnya, gue berhasil dapetin perhatian mereka dengan kepintaran yang gue punya." lanjutnya seraya tertawa meremehkan.

"Tapi gue gak benci lo, kok. Cuma rasa kesal itu masih ada. Jadi, wajar kalau gue jahat sama lo" ucap Yovan tersenyum pada Wilson seraya menepuk pundak Wilson. Lalu pergi begitu saja.

Masih diam di tempat, dengan tatapan matanya yang sayu, Wilson menatap punggung Yovan yang perlahan menghilang dari pandangannya. Sosok kakak yang dulu sering main dan melempar tawa bersama, bercanda bersama-sama kini telah berubah sepenuhnya, menjadi sosok kakak yang tidak dia kenal. Sosok kakak yang asing baginya.

Wilson Jordan : With the woundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang