Chapter 32: Deep Talk

1.5K 111 20
                                    

Kembali dengan Wilson Jordan di chapter 32

Siap menemani kisah Wilson sampai akhir?

Sebelum ke ceritanya, jangan lupa vote dan spam komentar, ya!

Happy Reading!

《▪︎▪︎▪︎¤▪︎▪︎▪︎》

"Kebahagiaan sebentar lagi akan tiba. Bertahan, sedikit lagi."

****

Angin dingin dari gelapnya malam berhasil menusuk kulit, membuat kedua orang lelaki yang sedang duduk berdua di balkon rumah meringis kecil karena terpaan angin itu.

Belum ada yang membuka percakapan diantara mereka saat ini, keduanya sibuk dengan pikirannya masing-masing, berkelana dengan isi pikiran yang memenuhi kepala dan membuat kepala sangat berisik, walaupun jiwanya tenang.

Hanya ada keheningan diantara mereka. Mata mereka sama-sama menatap langit malam yang penuh dengan bintang yang amat cantik serta sang rembulan yang ikut menerangi gelapnya malam dengan cahayanya.

Yovan meminta Wilson duduk menemaninya di balkon malam ini. Sebenarnya, ada sesuatu yang akan Yovan bicarakan pada sang adik. Ia benar-benar ingin meminta maaf dengan tulus dan berjanji pada sang adik untuk memperlakukannya lebih baik lagi. Ia juga berjanji pada dirinya sendiri untuk menjaga dan melindungi sang adik, layaknya tugas seorang kakak.

Wilson yang tak tahu niat Yovan mengajaknya ke sini untuk apa, hanya iya-iya saja. Dia juga sangat ingin kembali merasa dinginnya angin malam. Angin yang selalu ia rasakan ketika ia merasa hancur dan sakit. Terlebih yang ia ingat, ketika bersama Azira, di mana mereka bercerita diiringi terpaan angin malam yang begitu dingin.

Sejenak Yovan melirik Wilson, menatap sang adik yang tiada henti menatap langit yang penuh dengan gemintang. Tanpa sadar bibir lelaki itu tersenyum tipis.

"Lo suka lihat bintang?" tanya Yovan memecah keheningan.

Wilson menoleh. "Cuma bintang atau bulan yang bikin gue tenang. Nggak kayak manusia, jahat." ucapnya.

Senyum Yovan perlahan pudar, dia menunduk, kemudian kembali mendongak menatap Wilson. "Maaf, ya, gue udah terlalu jauh kasarin lo." ungkap Yovan.

"Rasa sakit yang cuma dibalas kata maaf rasanya nggak adil." ucap Wilson tanpa menatap Yovan.

"Gue harus apa supaya lo bisa maafin gue?" Yovan bertanya lirih.

"Gue cuma ngerasa nggak adil, bukan nggak maafin lo, Kak" jawab Wilson.

Yovan mendekatkan jaraknya pada Wilson, merangkul pundak sang adik seraya mengusapnya pelan. "Sekali lagi...maaf." ucap Yovan.

"Lo benci gue, ya? Kayak yang lo bilang waktu itu," ucap Yovan seraya melepas rangkulan. "Kalau gitu, kita membenci orang yang sama." lanjutnya.

Wilson menoleh, dahinya mengerut. "Kenapa?"

"Karena gue jahat sama lo," jawab Yovan.

"Lo jahat karena keadaan, kan? Sebenarnya lo baik, tapi keadaan yang maksa lo buat jadi orang jahat." ucap Wilson.

"Gue baik?" tanya Yovan seakan terkejut dengan ucapan Wilson.

Wilson mengangguk-angguk. "Iya, lo emang baik. Lo kan temen main gue waktu kecil, haha" Wilson tertawa kecil.

Yovan tersenyum menanggapi itu. Perlahan, manik Yovan bergetar menatap Wilson. Perlahan ia juga menarik Wilson ke dalam pelukannya, memeluk erat sang adik.

Wilson Jordan : With the woundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang