Chapter 18: Pengalaman Buruk

1.3K 130 29
                                    

Kembali dengan Wilson Jordan di chapter 18

Siap menemani kisah Wilson sampai akhir?

Sebelum ke ceritanya, jangan lupa vote dan spam komentar, ya!

Happy Reading!

《▪︎▪︎▪︎¤▪︎▪︎▪︎》

Sore hari dengan iringan angin sepoi sepoi yang berlalu lalang menerpa seorang laki-laki yang duduk di samping gundukan tanah, dengan adanya batu nisan dengan nama sang ayah yang tertulis.

Ghean mengusap lembut nisan sang ayah. Sudah lebih dari 20 menit Ghean duduk di sini, seorang diri. Ghean duduk di samping makam Ayah dengan beberapa rumput yang tumbuh dimakam itu. Ghean juga menyirami makam Ayah dengan air yang dia bawa, air yang sudah ia bacakan doa-doa.

"Lama gak ketemu, Yah.."

Ucapan itu keluar dari mulut Ghean. Ghean sudah bercerita banyak hal pada Ayah, walaupun tak ada kehadiran Ayah di sini, Ghean selalu merasa bahwa Ayah mendengar semua ucapannya.

Ghean rindu akan sosok Ayah. Ayah yang telah meninggalkannya dua tahun lalu sukses membuat Ghean selalu menaruh rasa rindu. Ayah yang selalu memanjakannya dulu sebelum kelahiran Gheana, Ayah yang selalu memberinya perhatian lebih.

Ghean tahu setiap manusia akan kembali pada Tuhan, entah bagaimana caranya. Namun, Ghean masih tidak terima dengan kemarian Ayah. Di mana Ayah adalah korban tabrak lari seseorang yang sampai saat ini Ghean tak tahu siapa orang itu.

Rasanya Ghean ingun mencari dan meminta orang itu untuk mempertanggung jawabkan semuanya.

Ghean menatap sayu nisan Ayah. Dia datang seorang diri, tanpa Bunda yang tadi pagi bilang akan berkunjung ke makan Ayah. Namun, lamanya Ghean menunggu, Bunda tak kunjung datang, pesannya pun tidak Bunda balas.

"Ghean pulang ya, Yah. Nanti Ghean mampir lagi."

Memilih menyerah, Ghean memilih untuk pulang setelah menunggu kedatangan Bunda. Langit sudah mendung, sang guntur perlahan mengeluarkan bunyinya. Jadi, tak mungkin Bunda datang, pikir Ghean.

Ghean mencium nisan Ayah lalu bernjak berdiri. Perlahan ia melangkah meninggalkan makan Ayah. Namun, suara seseorang yang memanggilnya membuat Ghean kembali menoleh.

"Sam?" tanya Ghean, menatap Samuel yang kini sudah ada dihadapannya.

"Ngapain lo di sini?" tanya Samuel.

"Nanem jagung!" sarkas Ghean, "Lo gak lihat gue ngapain? Ya ziarah lah!" sambungnya.

Samuel mengagguk-angguk. "Siapa yang meninggal? Bokap lo?" tanya Samuel setelah membaca batu nisan Ayah.

"Ya," jawab Ghean, "Lo sendiri?"

"Dari makam adik gue. Sebelah sana" jawab Samuel, menunjuk salah satu makam yang betada di ujung saja menggunakan dagunya. Ghean hanya mengangguk walalu tak tahu makan mana yang Samuel tunjuk.

"Lo punya adik?" tanya Ghean.

Mendengar itu Samuel menggulirkan bola matanya. "Menurut lo?"

Sampai situ percakapan keduanya. Mereka hanya saling diam setelahnya sembari berjalan keluar area pemakaman.

"LEPAS BRENGSEK!"

"JANGAN PEGANG GUE!"

"TOLONG!!!"

Teriakan itu membuat langkah Ghean dan Samuel terhenti. Mereka saling menatap dan menoleh ke arah teriakan itu. Di sana, terlihat seorang gadis yang dipegang erat tangannya oleh dua orang laki-laki.

Wilson Jordan : With the woundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang