Chapter 34: They

280 36 2
                                    

Kembali dengan Wilson Jordan di chapter 34

Siap menemani kisah Wilson sampai akhir?

Sebelum ke ceritanya, jangan lupa vote dan spam komentar, ya!

Happy Reading!

《▪︎▪︎▪︎¤▪︎▪︎▪︎》

"Tuhan memang baik, ia tidak membiarkan hambanya terus berada dalam kesakitan dan luka yang mendalam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tuhan memang baik, ia tidak membiarkan hambanya terus berada dalam kesakitan dan luka yang mendalam. Sampai pada akhirnya, ia memberikan sebuah kebahagian. Dan aku telah menemukan kebahagiaan itu."

****

Keesokan paginya dengan sinar matahari yang perlahan menyinari seisi rumah melewati celah jendela yang dibuka, terlihat keempat orang yang tengah duduk mengelilingi meja makan serta melempar tawa.

Wilson, lelaki yang dulunya sama sekali enggan membuka diri dengan keluarganya, kini ia bebaskan dirinya menunjukkan sikap aslinya. Jordan, Veni, bahkan Yovan pun sampai dibuat geleng-geleng kepala melihat tingkah anggota keluarganya yang paling muda itu.

"Wilson dulu, harus ngalah sama yang lebih muda,"

Tanpa ragu dan rasa takut, Wilson menepis pelan tangan Yovan dan Jordan yang hendak mengambil sebuah roti panggang yang baru selesai Veni buat. Ia mengambilnya lalu memakannya tanpa rasa bersalah.

"Iya, Dek, iya. Makan aja semuanya. Sampe sepuluh roti pun Papa ngalah buat kamu abisin," balas Jordan, tertawa kecil.

"Kalau yang ini Mama dulu, harus ngalah sama perempuan," kata Veni ikut mengambil roti yang baru saja matang.

"Kita di rumah ini harus jadi yang spesial, Ma!" ucap Wilson.

"Kamu yang lebih spesial bagi Mama, Son..." balas Veni seraya mengusak gemas surai hitam milik Wilson. Sementara Wilson hanya tertawa menanggapinya.

"Lo nggak makan roti panggang, Kak?" tanya Wilson seraya menatap Yovan. Ia melihat Yovan membuat roti sendiri dengan sebuah selai coklat yang menjadi topping pada rotinya.

"Lo yang gue panggang mau nggak?" tanya Yovan tanpa menjawab pertanyaan Wilson.

"Bolehhhhhh.... lima puluh," jawab Wilson.

Yovan tertawa. "Kenapa sih anak curut," kata Yovan terheran-heran.

Jordan tersenyum simpul melihat keakraban kedua putranya. Pemandangan yang jarang sekali Jordan lihat. Entah kenapa, hatinya merasa tenang melihat wajah teduh serta seyum ceeia yang kedua putranya lemparkan.

Wilson Jordan : With the woundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang