Kembali dengan Wilson Jordan di chapter 7
Siap menemani kisah Wilson sampai akhir?
Sebelum ke ceritanya, jangan lupa vote dan spam komentar, ya!
Happy Reading!
《▪︎▪︎▪︎¤▪︎▪︎▪︎》
Wilson dan Ghean memarkirkan motornya di halaman rumah Ghean. Kini keduanya sudah sampai dan dengan segera mereka memasuki rumah Ghean dengan tak lupa memberi salam.
"Asslamualaikum, Bunda!" ucap keduanya, memenuhi seisi ruangan. Membuat Bunda yang sedang bermain bersama Gheana di ruang tengah keluar dan menyambut hanya keduanya.
"Halo, anak-anak Bunda!" sapa Bunda.
Wilson tersenyum lebar, melihat Bunda dan gadis kecil yang Bunda gendong membuat dirinya sedikit tenang. Seperti sedang melihat sebuah obat yang selalu ia minum hari-harinya. Pikirannya yang sejak tadi kacau karena memikirkan nilai ulangan harian matematikanya, perlahan kekacauan itu mereda.
Wilson mencium tangan Bunda selepas Ghean. Tanpa ragu Wilson meraih tubuh Bunda lalu memeluknya. Menyenderkan kepalanya yang pusing pada pundak Bunda.
"Kangen Bunda" ujar Wilson dibalik pelukan Bunda.
Bunda menganggapi itu dengan senyuman tulus, begitu juga dengan Ghean. Ia mengusap pelan punggung Wilson, lalu mengambil alih Gheana dari gendongan Bunda, membiarkan Wilson lebih leluasa memeluk Bunda.
"Wajah kamu... penuh luka lebam sekali, Wilson" ucap Bunda, melepas pelukan itu. Mengusap pelan wajah Wilson yang penuh dengan luka.
"Ini karena Yovan lagi?" tanya Bunda.
Wilson mengangguk kecil. "Bunda tau soal itu"
Bunda menghela napas, mempersilakan Wilson untuk duduk. "Ya ampun, udah kelewat batas banget ini. Apa kamu gak mau ngadu sama Mama atau Papa kamu? Bunda khawatir lihat kondisi kamu sekarang, Son. Lemas, pucat, apa orang tua kamu gak khawatir soal itu?" tanya Bunda seraya mengomel panjang lebar. Ia cemas melihat keadaan Wilson yang jauh lebih buruk dari sebelumnya.
Wilson terdiam sejenak. Wilson juga ingin rasanya bercerita dan mengadu pada Bunda, karena memang masalah ini selalu Wilson ceritakan pada Bunda. Tapi, mengingat Bunda hanyalah ibu dari sahabatnya, Wilson merasa tak enak. Merasa malu untuk mengadu pada Bunda sedangkan ia masih mempunyai orang tua untuk mengadu.
Namun, nyatanya, dalam keluarga dia sama sekali mempunyai seseorang untuk tempat mengadu.
"Mama sama Papa jarang di rumah, Bun. Papa sibuk kerja karena bisnisnya lagi naik, sedangkan Mama sibuk di butik" jawab Wilson.
"Jadi Wilson gak ada tempat mengadu selain ke kita sama Bunda" sahut Ghean tanpa menatap. Ia berucap seraya bermain bersama Gheana.
Wilson dan Bunda menoleh. Wilson mengangguk, benar apa adanya dengan ucapan Ghean.
"Kamu boleh cerita sama Bunda. Mau?" tawar Bunda. Nadanya sangat amat lembut. Wilson tenang mendengar tutur kata Bunda. Bahkan, kelembutan itu tidak pernah ia dengar dari Veni, Mamanya.
"Lagi gak mau, Bun. Lain kali" jawab Wilson diiringi tawaan kecil.
Bunda mengangguk. "Oke, Bunda gak maksa," balas Bunda seraya mengusak rambut Wilson, "Kita makan bareng yuk? Bunda udah masak"
"Asik! Ayok kita makan, Ghea!" seru Ghean seraya berdiri, mengangkat Gheana tinggi-tunggi, membuat Gheana tertawa karena geli, "Ayok, Son!" ajaknya. Namun, Wilson hanya mengangguk dan menyuruh Ghean pergi lebih dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wilson Jordan : With the wound
Teen FictionCerita ini menceritakan kisah Wilson Jordan, lelaki dengan penuh seribu luka. Lelaki yang mampu melewati hari kejam itu. Setiap luka yang ia terima hampir membuatnya marah dan kesal akan takdir Tuhan. Sampai pernah ia berpikir bahwa kehadirannya di...