RENGKUH|Luka Yang Tak Seberapa

887 68 0
                                    

Chandra menaruh Ibel di garasi rumahnya setelah pulang agak malam dari rumah Juna yang baru.
Namun rumahnya sepi meski lampunya masih menyala.
Bi Uti datang dengan tergesa dari arah dapur sambil menarik tangan Chandra dan berjalan cepat.Chandra bingung."kenapa Bi?"
"Aduh Chand,kamu dari mana aja seharian ini?bibi teh khawatir.Udah sekarang Chandra masuk ke kamar dulu ya,jangan keluar dulu,nanti bibi jelasin ya"kata Bi Uti yang panik namun berusaha memelankan suaranya.Chandra menautkan alisnya,tidak mengerti.
"Biar saya yang jelaskan"suara dingin dibelakang Chandra membuat Bi Uti terkejut lalu menggenggam tangan Chandra lebih kuat,Chandra masih bingung dengan situasinya.
"Ikut saya"
Chandra mengikuti langkah ayahnya.Ini bukan ke kamarnya,atau ruang kerja ayahnya.Chandra tau mereka sedang menuju kemana.
Tepat saat pintu dibuka Chandra mendadak ragu untuk masuk atau tidak.
"Masuk"
"Sekarang ya pa?aduh,gimana ya?kita ngobrol di dapur aja gimana?Chandra buatin kopi deh."tawar Chandra.
"Kamu tuli?"ayahnya sudah lebih dulu masuk.
Chandra memutar kenop pintu,hawa dingin langsung menerpa kulitnya yang memakai  kaos lengan pendek.
"Kamu bolos,pulang malam,tidak tau aturan,mau jadi apa kamu?!"bentakan ayahnya membuat Chandra terkejut setengah mati,ia mengeluskan dadanya.
Ayahnya membuka gesper mahal yang melingkar di celana nya,berjalan ke belakang Chandra dan mendorongnya keras sampai Chandra tengkurap dilantai.
Ctak!
Chandra menggingit bibirnya.
"Jinan pingsan hari ini dan kamu enak-enaknya diluar sana!Ngga berguna kamu!"
Ctak!
Chandra berusaha bangkit.
"Ay-yah,Jinan mana?"tanya Chandra pelan,saat hendak bangkit punggungnya kembali ditendang.
Ctak!
Ctak!
Ctak!
"Bodoh!Ngga berguna!Berani bolos lagi,Kamu pikir kamu hidup itu untuk kamu?!Sudah saya bilang dari dulu,jaga Jinan!lihat hari ini!kamu lalai!"cerca Haris sambil terus melayangkan gesper ke punggung Chandra yang kaos putihnya sudah berubah menjadi merah.
Keringat dingin membanjiri tubuhnya,punggungnya sudah mati rasa,kepalanya pening.
Chandra masih bisa melihat ayahnya melemparkan gesper itu kelantai dan berjalan keluar.
Suasana mini teater yang gelap dan dingin membuat Chandra perlahan memejamkan matanya,ia ingin bersuara namun rasanya percuma,suaranya tak mungkin terdengar diruangan kedap suara,lagipula ia tidak punya tenaga.

Sedangkan Bi Uti sudah berjalan tergesa kearah mini teater setelah memastikan si tuan rumah sudah pergi ke rumah sakit setelah hampir satu jam,Bi Uti mencoba membuka pintu namun sayang,pintunya terkunci.
"Chand,Chandraa,ini Bibi,Chandraaaa?"panggil Bi Uti sambil menggedor pintu,namun tak ada jawaban,Bi Uti turun lagi kebawah untuk mengambil kunci cadangan sambil memberitahukan Pak Ali,satpam rumah takut terjadi sesuatu.

Dan benar saja setelah pintu terbuka dan lampu dinyalakan,Chandra disana,tergeletak dengan posisi tengkurap.
"Ya Allah,Chandraaa,Chandra bangun nak,Chandra?"Bi Uti menepuk pipi Chandra sambil menangis,setelahnya pak Ali menggendong Chandra di punggungnya.

Chandra sudah dikasurnya dengan posisi miring dan selimut tebal sebab ia menggigil kedinginan,Bi Uti beberapa kali bolak-balik mengambil selimut.
Chandra membuka matanya pelan,ditatapnya sayu Bi Uti yang terlihat sangat khawatir.
"Bi"panggil Chandra pelan,Bi Uti mendekatkan diri.
"Jinan mana?"tanyanya.
Setetes airmata jatuh,Bi Uti terenyuh.
"Di Rumah Sakit,Chandra masih dingin?"
Chandra tersenyum tipis sambil menggeleng pelan,lalu tidur kembali.

♡||||||||||♡

Tangan di balik selimut itu berusaha menggapai ponsel yang sedari tadi berdering.
"Halo?"
"...."
Matanya yang setengah  terbuka itu dan melihat jam di layar ponsel.
07.10.
Gawat!ia terlambat.
Sontak ia bangun namun jatuh lagi diatas kasur saat pening menyerangnya dan punggungnya terasa perih dan panas.
"Awww"desis Chandra.
Ia membuka nakas mencari obatnya lalu menelan dengan bantuan air.
Langkahnya pelan menuju kamar mandi.

Chandra sudah selesai bersiap ke sekolah,ia tak boleh bolos sekalipun telat.Bisa-bisa mati muda ditangan ayahnya.
Diatas meja makan hanya ada sticky note dan kotak bekal untuknya sedangkan Bi Uti sudah pergi kerumah sakit,Chandra tersenyum lalu menyimpan bekalnya di tas.

RENGKUH (HAECHAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang