Chandra dan kawan-kawannya bubar setelah mendengar pengumuman dari ruang siaran bahwa mereka akan dipulangkan lebih cepat.
Chandra berjalan lemas dengan tas yang disampirkan asal di bahu kanannya.
"Jun,nebeng"kata Chandra sambil nyelonong masuk ke mobil Juna,untung saja Juna membawa mobil hari ini,Jaenar dan Jeno bersepeda seperti biasa dan sudah pulang sedari tadi.
"Kaget anying!ngetok dulu kek"bentak Juna yang terperanjat saat seseorang tiba-tiba masuk.
Chandra memejamkan matanya dan menyandarkan punggungnya yang masih perih.
"Lo persis kek orang sekarat."kata Juna lalu memundurkan mobilnya.
Chandra tersenyum tipis tanpa membuka matanya.
"Hampir sih,ke RS ya Jun"
Juna mengangguk dan membiarkan keduanya hanyut dalam pikiran masing-masing.Juna tau Chandra sakit,tapi Juna lebih paham bahwa Chandra sedang mencoba menahan sendiri.Dan ia tak suka itu.Mereka sudah berhenti di parkiran RS,namun Chandra maupun Juna belum ada yang beranjak turun.
"Siapa yang sakit?"tanya Juna.
"Jinan"
"Ooh,masih sakit?"
"Ya masih lah ogeb,kalo ngga ngapain kesini"sahut Chandra.
Juna menoleh.
"Bukan Jinan.Lo,lo gimana?Ngga usah ditahan sendiri,gue kayak ngerasa ngga ada guna"kata Juna pelan.Chandra menatap Juna,sahabatnya itu dalam mode serius.
"Ngelantur lo?udah ah,ayok turun"Chandra berusaha menghindar.Juna menghela nafas lalu mengikuti langkah Chandra yang lebih pelan dari biasanya.Setelah mendapat informasi dari bagian informasi rumah sakit tentang dimana kamar rawat adiknya,Chandra sudah di depan pintu,merasa ragu.
Juna yang paham menarik tangan Chandra dan menyuruhnya duduk di kursi tunggu di depan kamar.
"Sore Ji.Lo berdua doang?"suara Juna membuat Chandra bangkit sedikit mengintip.Tak ada Bunda maupun ayahnya,hanya Jinan dan Chenda yang duduk di sofa sambil berceloteh.Chandra akhirnya memilih masuk dengan raut muka bertanya.
"Anemia doang,Abang kemana?kok baru nongol"
Chandra tak menjawab,ia merebahkan diri di sofa.
"Elah dikacangin"
"Bunda mana?"tanya Chandra sambil memejamkan mata.
"Balik kerumah bentar,gue juga bentar lagi pulang kok."
Chandra bangkit merubah posisinya menjadi duduk,"Jun lo pulang aja duluan,gue bareng Jinan aja"kata Chandra.
"Gue baru aja sampe sat,duduk aja belom"omel Juna namun tetap menarik Chenda yang bingung mengapa Juna tiba-tiba menariknya keluar."Kok gue ikutan?kan yang disuruh pulang lo doang"kata Chenda saat mereka sudah di lorong.
"Mereka mau ngomong berdua bocah,ngga pekaan lu mah"
"Oooohhh,btw bang,nebeng ya"
"Lo ngga bawa mobil?"
"Masih dibawah umur"jawab Chenda lalu masuk ke mobil.
"Gilaaa!nyaman banget,masih ada ngga bang?"
"Lo ngga usah niru-niruin gue ya!"ketus Juna.
"Li nggi isih niri-niriin gii yi"cibir Chenda.
Juna menatap nyalang Chenda.
"Iya-iya!yang lagi PMS,sante elah"Chenda menyamankan posisinya sambil memainkan ponselnya.
Mereka sudah keluar area rumah sakit,
"Bang,sebenernya Bundanya Jinan mau cerai"
Kalimat dari Chenda itu membuat Juna mengerem mendadak,untung saja jalan sore ini lengang,kalau tidak habislah nasib Chiron.
"Anjing!"refleks Chenda.
Juna menepikan mobilnya,meminta penjelasan lebih lanjut.
"Lo kalo ngomong yang bener dong"
"Seratus riusssss,si Jinan yang cerita,dia juga bilang kalo bang Chandra berusaha dia ngga tau dan nyembunyiin dari Jinan,tapi nyatanya Jinan paling tau lebih awal.Gue sebenernya bingung sama bang Chandra,dia itu orang yang kayak gimana?"
Penjelasan Chenda itu akhirnya membuat Juna tersadar,ia menerka mungkin saja kejadian dihalte waktu itu berkaitan tentang ini,Juna merasa sedikit kecewa,kenapa ia harus tau dari orang lain.Juna kecewa karena ia merasa tak berguna.♡|||||||||||♡
Hening menyelimuti kedua anak manusia yang sama-sama berperang dengan pikirannya masing-masing setelah hampir dua puluh menit Jinan membuka pembicaraan.
"Bang?sebenernya yang paling ngga tau keadaan rumah itu abang,ngga usah nyembunyiin lebih lama lagi,Jinan udah tau lebih dulu.Bunda sama ayah....mereka ngga baik kan?kita ngga bakal balik lagi ke Singapura kok,tapi kita juga ngga ada kemungkinan bakal tetap satu walau disini.Sebenernya Jinan pengen egois,pengen Bunda sama ayah tetep sama Jinan walau di singapura,Jinan egois kan bang?Jinan bahkan tega ngebiarin abang sendirian disini.Jinan takut sendiri."tutur Jinan pada Chandra yang mendengarkan sambil berbaring,ia tak berkedip sedikitpun,didalam sana,jauh disana,ada sebuah rasa yang bernama kecewa.Kenapa ia yang paling bodoh dalam memahami situasi.
Chandra bangkit,menatap Jinan lalu tersenyum lembut.
"Abang bakal pastiin kamu ngga bakal sendiri.Sendirian itu ngga enak,sepi,kosong.abang ngga mau kamu ngerasain itu."
Setelahnya Chandra keluar.
Chandra harus lebih ekstra lagi untuk menyelesaikan kerumitan ini.
Ia mengambil ponselnya."Halo yah?ayah dimana?Chandra mau bicara"
"....."
"Sebentar aja,10 menit."
"...."
"Oke yah"
Chandra menyetopkan taksi dan menuju kantor ayahnya.Disinilah Chandra sekarang,pria dibalik meja itu memberikan tatapan dingin.Chandra mencoba menguatkan hati,ia harus lebih ekstra.
"Ayah,Chandra bisa minta tolong?"tanya Chandra.
Pria itu tak menjawab,Chandra melanjutkan kalimatnya.
"Jangan cerai sama bunda"
Pria itu lantas mendekat,Chandra terus didesak berjalan mundur sampai punggungnya menabrak dinding,tangan kokoh itu mendarat pada leher Chandra,mencengkram nya kuat.
"Kamu siapa?kamu kira segampang itu?mau saya jelaskan posisi kamu?"
Cengkraman itu semakin kuat,sampai urat-urat tangan ayahnya menyembul keluar diiringin dengan suara nafas Chandra yang putus-putus,sebisa mungkin Chandra meraup oksigen.Ada banyak hal yang ingin ia dengarkan dari sang ayah.●●●●●●●●●●
O.Allo!
Seminggu syudah berlaluuuu.
Soalnya sayanya update seuka-seuka.
Masih mau lanjut???
Ini teh gimana?ceritanya?
Sayanya kurang percaya diri rasanya...
Don't Forget
Vote 'nd Comment yeoreobun...
Jugaaa yang terakhir...
Entah kenapa akhir-akhir ini kangen Lucas...huhuhu...Lucas saya rindu kamu...jaga diri baik-baik gantengku😢Jumat,08 Oktober
~Dari Bumi Sepintu Sedulang
KAMU SEDANG MEMBACA
RENGKUH (HAECHAN)
NezařaditelnéChandra dan semua kerumitannya. ⚠️⚠️⚠️⚠️⚠️⚠️⚠️⚠️ Mengandung kata-kata kasar⚠️⚠️ Harap bijak dalam membaca.