Tangan Chandra memukul pelan tangan ayahnya yang masih mencengkram kuat lehernya,ia sebenarnya sudah lemas,namun Chandra masih berkeinginan untuk hidup, setidaknya saat ini.
"Kamu itu penghancur.Kamu kira bunda itu ibu kandung kamu?Ibumu sudah meninggal saat kau lahir,dan saya harus terpaksa menerima perjodohan ini,semua karena kamu Chandra.Hidup saya berantakan karena kamu"jelas pria itu dengan dingin,Chandra tercengang mendengar fakta tentang hidupnya,tangan yang semula memukul-mukul tangan ayahnya itu terlepas,Chandra menikmati setiap rasa sakit yang diberikan ayahnya,sudut mata itu melepaskan sesuatu yang selama ini ia tahan seiring matanya terpejam.
Haris sedikit terkejut melihat air mata Chandra yang jatuh,ini pertama kalinya ia melihat Chandra menangis, sontak dilepaskannya leher Chandra dan Chandra langsung jatuh kebawah dengan posisi terduduk dan kepala yang menunduk.
Tidak ada suara atau pergerakan,Haris memandang Chandra diam sampai Chandra mendongak,menatap matanya.Tidak ada lagi air mata.
Chandra tersenyum.
"Makasih Yah,Chandra balik dulu.Hati-hati pulangnya,oh ya Jinan juga keluar dari rumah sakit hari ini."
Chandra bangkit dengan bertumpu pada dinding,sebelum langkahnya keluar Chandra berbalik lagi,menatap lekat-lekat pria di depannya.
"Yah,jangan tinggalin Jinan,dia takut sendiri.Bunda juga tolong ayah bilangin,nanti juga Chandra bantu bilangin kok,Sendirian itu nggak enak,sepi.Kasihan Jinan"setelahnya Chandra menutup pelan pintu ruangan ayahnya.
Lama Chandra berdiri didepan ruangan ayahnya."Bang,gue mau jual mobil"kata Chandra setelah menelpon seseorang.
♡||||||||||♡
Jinan menatap bundanya yang sibuk memasukkan barang-barangnya ke dalam tas.
"Bund,nanti Jinan ikut siapa?"
Kegiatan Farah terhenti karena pertanyaan yang tidak pernah ia duga ini.
"Chandra yang bilang ke kamu?"tanya Farah.
Jinan menggeleng,"Jinan tau sendiri"
Jinan turun dari ranjang dan berjalan keluar lebih dulu dari bundanya.Farah sudah mengirimi pesan kepada Chandra bahwa mereka harus bertemu,namun nampaknya ponsel anak itu tidak aktif dan membuat Farah menjadi kesal.
Sepanjang perjalanan menuju rumah baik Jinan maupun Farah tak ada yang berniat membuka pembicaraan.
Sampai pada lampu merah Jinan menatap bundanya intens.
"Bun,Jinan ikut bunda aja."
Farah menoleh dengan kaget,Jinan sudah menerima perceraian ini.
"Adek serius?"mata Farah berbinar.
Jinan sedikit kecewa,bahwa bundanya benar-benar menginginkan kehancuran keluarga mereka.
Jinan mengangguk lalu membuang muka,menatap Jalanan malam yang ramai,ia benci situasi ini.Padahal semesta ini ramai,kenapa ia harus menghadapi yang namanya kesepian.
Lampu sudah berganti hijau,
"Kita ngga pindah keluar kota kok dek,kita pindah kerumah Om Ferdi,calon papa kamu"kata Farah senang,Farah tak perlu berdebat lagi ddngan Haris pasal hak asuh Jinan,sebab Jinan sudah memutuskan akan bersamanya,dan itu membuatnya senang.
"Bunda bahagia?"tanya Jinan saat mobil mereka sudah masuk parkiran rumah.
Farah mengangguk sambil tersenyum.
"Makasih ya sayang"Farah mengelus pipi Jinan dengan lembut.
Jinan tak tau harus merespon bagaimana,sehingga ia lebih memilih masuk ke rumah terlebih dahulu.Jinan mengedarkan pandangannnya,menatap rumah yang baru ia singgahi sebentar setelah lama ditinggalkan,dan ia akan pergi lagi.Rumah yang pernah Jinan taruh harapan,Rumah yang sebelumnya Jinan jadikan tempat untuk pulang.
Jinan menuju lantai dua,bukan ke kamarnya,melainkan ke kamar Chandra.Dilihatnya Chandra yang sedang belajar di meja belajarnya.
Jinan merebahkan diri di kasur abangnya sambil menatap langit-langit yang di lukiskan Matahari,hasil karya Juna kata Chandra.
"Bang?abang nanti ikut siapa?"tanya Jinan tanpa mengalihkan pandangan.
Chandra memutar kursinya,menghadap Jinan.
"Lo yakin?Baru tadi Lo bilang ngga mau kesepian,gue belum bujuk bunda Ji"
"Ngga usah,nanti Lo capek,gue sadar kalo mereka ngga akan pernah nyatu,kita terima aja bang.Lo ikut siapa?"
"Menurut lo gw ikut siapa?"tanya Chandra balik.
Jinan diam,ia tak punya jawaban.
Chandra terkekeh,lalu memutar kembali kursinya,mencoba fokus pada bukunya.
"Bang,gw tidur disini ya"kata Jinan pelan sambil memejamkan matanya.
Chandra tak menyahut,ia juga tak bisa fokus pada materi ujian didepannya ini.Chandra memilih untuk turun ke dapur untuk membuat es kopi untuk mengembalikan fokusnya.
Tepat waktu,disana Farah sudah menunggu Chandra.
"Kamu kan?"
"Maksudnya bun"
Farah beranjak dari kursi mendekati Chandra,menunjuk tepat di muka Chandra dengan ekspresi marah.
"Kamu yang bilang sama Jinan kan?"
Chandra mengerti,lalu menggeleng.
"Enggak bun,Chandra ngga bilang.Maaf bunda Chandra ke kamar dulu"Chandra meninggalkan Farah yang menatapnya kesal.
"Kamu ngga punya sopan santun?saya belum selesai bicara"
Chandra tak menggubris,langkahnya tetap menuju kamarnya.Untuk saat ini biarlah Chandra menjadi sedikit acuh,ia butuh jeda untuk kembali menambah luka.
KAMU SEDANG MEMBACA
RENGKUH (HAECHAN)
AcakChandra dan semua kerumitannya. ⚠️⚠️⚠️⚠️⚠️⚠️⚠️⚠️ Mengandung kata-kata kasar⚠️⚠️ Harap bijak dalam membaca.