06. benar, tubuh mereka kotor, namun tidak dengan hati.

1.7K 275 4
                                    

U N D E R T H E G O O D
di bawah kebaikan
. . . . .
"Karena sebuah roti, aku di pertemukan olehnya."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

-----enjoy!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-----
enjoy!

Seperti pagi biasanya -pagi Taeyong disambut oleh ayam berkokok dan matahari mulai menyingsing perlahan dari arah balik bukit : ah ya jangan lupakan sepasang sabit tersenyum cerah dengan seruan senang dari empu berhasil membuat hati Taeyong menghangat, sudah taeyong bilang kemarin, ia tidak bisa marah pada Jeno dalam bentuk sebuah kesalahan.

Jeno akan menunggu kakak cantiknya di depan rumah lelaki cantik itu, berdiam diri di teras sambil menatap lalu lalang para orang bawah -kata kasarnya adalah tidak mampu. Sungguh, disini ia bisa mensyukuri apapun diberikan oleh Tuhan melihat perjuangan mereka mengais uang mempertaruhkan sebagian besar waktu.

Awal hari, ada beberapa alasan Jeno datang ke rumah Taeyong. Selain ingin menjaga lelaki cantik itu baik-baik saja dengan bundanya yang sedang sakit serta tidak membutuhkan kekurangan obat-obatan. Jeno juga ingin melihat betapa gigih manusia itu mengumpulkan barang ke pengepul untuk ditukarkan dengan uang guna membeli nasi dan lauk.

Ia sadar, diberikan hidup berkecukupan tanpa melihat kaum bawah menjadikan Jeno suka menghamburkan uang untuk sesuatu tidak pasti, terlebih Jaemin -pacarnya tak kalah beda. Tak ada bisa dilakukan selain menundukkan kepala seolah malu pada mereka, membalas sapaan akan anggukan kecil saja melelahkan liquid dari mata sabitnya.

Jeno malu. Malu karena tidak membuka mata.

"Bukankah kamu bilang jadwalmu hari ini itu siang?" Taeyong mengernyit dahi tak habis pikir dengan pemuda bernama Jeno, duduk di sebelahnya sambil menenteng sepatu usang sudah robek sana sini. Meskipun begitu Taeyong tak ada niatan untuk membeli baru.

Selain ketidakmampuan membeli, sepatu ini banyak kenangan di lewati. Saksi bisu perjalanan sulit Taeyong mendapatkan beasiswa masuk ke sebuah perguruan dibekali kemampuan intelektual.

Latar belakang tidak mampu namun ia masih ingin berusaha sebisanya sampai sang bunda dibuat bangga serta bisa mendapatkan kehidupan lebih layak. Mimpi Taeyong kecil, hanya hidup bahagia dengan pusat dunia sekarang, menyenangkan pria itu dan membalas semua kebaikan pernah diberikan pada anaknya.

( ✅ ) under the good, jaeyongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang