U N D E R T H E G O O D
di bawah kebaikan
. . . . .
"Karena sebuah roti, aku di pertemukan olehnya."-----
enjoy!"Mas? Sarapan dulu?" sapaan itu, sapaan yang menemaninya sepuluh tahun ini. Tiada bosan, Jaehyun malah kecanduan.
Jaehyun mengulas senyum, gerakan tangan hendak memasangkan dasi kini terhenti, langkah lebar membawa ke arah sang istri. Dikecupnya dahi si manis sebelum membawa ke dekapan. Definisi cinta menurut Jaehyun itu adalah teman hidupnya. Lelaki cantik penuh kesempurnaan
-dimatanya.
"Aku buru buru sayang, bisa kau melakukan ini untuk suamimu?" mereka tertawa bersama, menertawakan tingkah laku yang menyerupai remaja. Ingatkan bahwa mereka sama sekali tidak merasakan itu, Jaehyun terlalu terburu untuk mendorong Taeyong menuju jenjang keseriusan.
Si manis lantas mengangguk senang, meletakkan piring berisi nasi serta lauk untuk suaminya, kemudian Taeyong mendorong bahu Jaehyun agar terduduk di kursi makan.
Kalian benar!! Taeyong duduk di pangkuan Jaehyun selagi suaminya menuntaskan acara sarapan. Memandang satu sama lain lalu tertawa bersama, hanya mereka, tiada ketiga.
Ah, tidak terasa umur pernikahan mereka sudah menginjak sepuluh tahun, waktu berjalan begitu cepat ternyata. Menami lelaki bongsor selalu menjaganya dengan sang ibunda sangat membuat Taeyong senang.
Jaehyun bagaikan sosok pengganti, pengganti kesabarannya selama ini. Tuhan menciptakan pria tampan itu untuk Taeyong cintai, semasa hidup. Mendekapnya kala hujan dan memberinya kehangatan di kala dia kelelahan.
"Istirahatlah, Mas terlalu banyak bekerja. Jangan sakit, aku menyayangimu." dahi mereka menyatu, Taeyong dengan segenap rasa ketulusan membelai rahang sang suami, pandangan mata bulat itu menyendu, menyiratkan kekhawatiran.
Tak tega rasanya membiarkan Jaehyun berjuang sendiri. "Aku tau, aku juga menyayangimu, istriku." sang dominan terkekeh merdu, mau tak mau Taeyong menumpahkan air mata.
Dia lemah, lemah ketika berhadapan di depan seorang Jung Jaehyun.
Tangis Taeyong justru menimbulkan kekehan, mata cantik itu semakin deras mengeluarkan tetesan kristal melihat sang suami tersenyum manis bersama tangan kasar menghapus air matanya. "Heyyy?! Apa ini, hum? Lelaki cantik milik Tuan Jung tidak boleh bersedih, sudah berjanji kan?"
"Hiksss ma-maaf." Taeyong menunduk, menyandarkan kepala di bahu tegap penuh beban. Ia merasa menjadi orang terbodoh, tidak merasakan sakit yang Jaehyun rasakan.
Jaehyun mengulas senyum tipis, menggemaskan sekali bukan istrinya ini? Mana mungkin ia rela membagi cerita ke raga mungil sangat ia sayangi. Jaehyun tidak tega, lebih baik ia menyimpan untuk dirinya saja.
"Tidak apa, bukankah sudah ku katakan? Aku hanya akan bercerita, tak mau memindahkannya ke kamu. Ini waktu untuk Jung Taeyong bahagia, bahagia bersama suaminya, jangan bersedih, kau juga menyakitiku sayang." mata Jaehyun terpejam, menumpahkan kesedihannya di sana.
Di atas kepala sang istri, ia ikut menangis.
Entahlah, Jaehyun sangat bersyukur telah dipertemukan dengan lelaki selembut nan setulus istrinya. Meski tanpa buah hati sekalipun, Jaehyun sudah amat senang, setidaknya Taeyong tidak menduakan atau mencari pria lain. Jaehyun membutuhkannya, selalu.
-----
t b c.
don't forget support me^ tq.
follow, vote and comment..
nb. hai hai, gimana? maaf hanya sedikit narasinya, ini sebagai pembuka saja, selepas kegiatan wajib, nanti akan saya lanjutkan see you -!!
KAMU SEDANG MEMBACA
( ✅ ) under the good, jaeyong
FanficIni perkara kecil mengenai takdir di pertemukan dengan mudah -roti dan hujan. Satu ikatan menyebabkan dua orang menemukan cinta dalam pandangan pertama, lelaki mungil baik hati dikirimkan tuhan untuk manusia teramat dingin -Jung Jaehyun. jaeyong sto...