Hai bestie
•
•
•
•
ilmu harus dibagi, tapi tidak dengan kertas jawaban.
-Matahari gemilang MargaretSinar matahari dari jendela masuk menyinari muka tampan milik seeorang remaja laki-laki, namun sinaran matahari itu tidak dapat membangunkannya dari tidur.
"Abidzar ayo bangun, udah jam 6:49 ini" ujar bunda Irene sambil mengoyang-goyangkan tubuh sang anak.
"5 menit lagi nda" Ucap abidzar sambil menarik selimutnya kembali sampai menutupi seluruh tubuhnya.
"ini udah sekian kalinya kamu bilang 5 menit, cepet bangun" jengah bunda irene sambil menabok punggung sang anak yang sangat malas untuk bangun tidur.
"iya-iya" ujarnya sambil berjalan ke kamar mandi dengan malas.
di samping abidzar mandi, bunda irene menyiapkan baju batik sang anak mulai dari atas sampai bawah.
"Padahal baru aja kemarin disetrika,masa kusut lagi?" monolog bundanya melihat baju sang anak yang tidak pernah rapi.
"Bunda tunggu dibawah ya abid" Ujar bundanya sambil menutup pintu.
"oke siap" jawab abidzar didalam kamar mandi.
setelah melakukan ritual mandinya,abidzar bersiap-siap memakai baju seragamnya yang kusut, 2 kancing terbuka, dasi yang dipakai asal, celana ketat plus pendek dan jangan lupakan tas ransel berisikan satu buku dan bolpen. ini mau kesekolah atau gimana sih?.
Abidzar yang sudah siap kesekolah langsung turun kebawah untuk sarapan. ia sudah melihat bundanya yang sedang menyiapkan makanan.sedanggkan ayahnya?, sudah meninggal dunia sejak abidzar berumur 3 tahun. sejak saat itu abidzar hanya tinggal bertiga dengan bunda dan uti. bunda Irene merupakan lulusan S2 farmasi yang saat ini mengurus beberapa apotek dan pabrik obat.
"eh abid ayo sini sarapan" panggil bundanya saat melihat anak semata wayangnya berada diatas tangga.
"Iya bunda" jawabnya lalu duduk di kursi samping bundanya.
Saat melihat anaknya dengan muka segar walaupun masih terlihat lesu membuat bunda irene tersenyum tipis "Makan yang banyak" ujar bundanya sambil menyendokan nasi goreng kepiring abidzar.
"Iyaa, bunda juga makan yang banyak" ucap abidzar lalu mengambil alih mangkok berisikan nasi goreng ditangan bundanya lalu memberikan nasi goreng kepiring bundanya.
Melihat itu bunda irene tersenyum tipis, duplikat mendiang suaminya.
Setelah itu mereka berdua sarapan tanpa berbicara sedikit pun. selesai makan baru lah mereka mengobrol sedikit sebelum berangkat menuju tujuan masing-masing.
"Emm, abid maaf bunda bakalan lembur. jadi mungkin bunda gak bisa pulang seperti biasanya" jelas bundanya sedih, lagi-lagi dia harus meninggalkan Abid dirumah.walaupun ada uti yang menemaninya disini, namun pasti abid merasa kesepian.
Mendengar penuturan bundanya lagi-lagi Abid mengehela nafas, bundanya selalu saja merasa bersalah."Bundaa,abid disini gapapa. kan ada uti disini,ada teman-teman Abid yang bakalan aku ajak nginap disini. bunda selalu aja merasa bersalah ninggalin aku sendiri, padahal aku yang merasa bersalah disini. bunda harus banting tulang buat aku, lembur sampai pagi.bunda kerja buat aku, buat kebutuhan aku, buat masa depan aku.jadi aku gapapa, asal bunda harus jaga kesehatan." jelas abidzar lirih sambil melihat kearah bundanya yang sudah berkaca-kaca.
Perempuan paruh bayah itu dengan pakaian formalnya langsung memeluk abidzar dengan sangat erat dan dibalas oleh abidzar tidak kalah erat. tidak terasa abidzar sudah besar,sudah dewasa, bisa mengerti dirinya.dulu bunda irene sangat takut jika anaknya suatu hari nanti bakalan tidak mengerti dengan kondisi nya nanti, tapi ternyata dirinya salah,anaknya tumbuh menjadi anak yang pengertian.
KAMU SEDANG MEMBACA
ABIDZAR
Teen Fiction"ABIDZAR!" "MAKSUD LO APA NGELARANG WARGA SEKOLAH BUAT MILIH GUE?" "Itu akibatnya kalau lo gak mau jadi pacar gue" "Sebegitunya lo mau jadiin gue pacar, Sampai-sampai ngehalalin berbagai cara?" "Kalau itu caranya gue bisa dapetin lo,kenapa enggak?" ...