Kekecewaan Shanum

261 50 3
                                    


Nizar yang baru selesai mandi, langsung membuka ponsel. Ada lima panggilan tidak terjawab dan dua pesan lewat WhatsAp dari Luvina. Ia baru ingat jika kardus berisi buah mangga masih ada di motornya. Pikirannya bercabang sejak Luvina mengungkap bahwa ibunya berkeinginan menjodohkan sahabatnya itu hingga lupa menurunkan kardus.

Hei, Codot!
Manggaku kenapa dibawa semua?

Besok aku antar ke kampus

Nizar membalas pesan sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk.

Oke
Kapan?

Istirahat makan siang

Sip
Jangan dihabiskan

Nggak janji ya

Balasan Luvina bukan lagi kata-kata, tetapi serangan stiker yang menggambarkan amarah. Nizar terbahak melihat kelakuan sahabatnya di ruang chat itu. Tidak hanya ucapan lisan, kata-kata tertulis dari Luvina pun kadang sukses membuatnya terpingkal.

Nizar kembali mengingat tentang perjalanan persahabatan mereka. Semua berawal dari kelompok KKN. Luvina dan dirinya bahkan tergabung dalam bidang yang sama.

Lebih dari satu bulan bertemu setiap hari membuat mereka menjadi dekat. Apalagi harus bekerja untuk bidang yang sama, malah semakin mempererat hubungan pertemanan mahasiswa beda jurusan tersebut. Sempat, muncul berita di antara teman KKN jika dirinya dan Luvina berpacaran. Namun, rumor tersebut tenggelam saat Luvina menerima Redi yang menjabat sebagai sekretaris KKN sebagai kekasihnya.

Nizar menyadari posisinya, ia memilih menjaga jarak dengan Luvina. Ia tetap ada sebagai tempat curhat, tetapi tidak sedekat dulu. Bagaimanapun juga, perempuan itu sudah memiliki kekasih. Apalagi, Redi juga temannya.

Saat Luvina putus dari Redi, mereka kembali dekat. Nizar selalu ada di samping sahabat yang tengah mengalami titik terendah. Sejak saat itu, mereka bagai saudara kandung yang saling menyayangi. Pun, saat Nizar sedang berpacaran dengan Tiara, Luvina tetap tidak menjaga jarak dari Nizar. Bahkan, mereka tidak canggung untuk mengenalkan persahabatan tersebut ke keluarga masing-masing. Luvina juga pernah menginap di rumah Nizar saat adik sahabatnya itu melepas masa lajang.

Ada satu poin yang membuat hubungan persahabatan Luvina dan Nizar awet hingga belasan tahun. Mereka tidak mau melibatkan perasaan. Terutama Luvina yang kukuh melarang jatuh cinta antar sahabat. Nizar sampai pernah merutuki prinsip sahabatnya itu. Perempuan pemilik mata belo itu cukup keras kepala dan egois. Namun, lambat laun Nizar menyadari dampak baik dari keteguhan sikap Luvina. Memilih tetap bersahabat selamanya daripada putus karena jalinan asmara.

"Masa iya, si endel harus nikah sama duda satu cucu?"

Nizar mengacak rambutnya dengan kesal. Sebagai sahabat, ia tidak rela jika Luvina mendapat jodoh seorang laki-laki yang pernah punya masa lalu dalam berumahtangga. Entah cerai ataupun karena pasangan laki-laki itu telah meninggal dunia. Bagi Nizar, seorang Luvina harus mendapat pasangan yang benar-benar mencintainya tanpa ada bayangan di masa lalu.

***

Suasana di laboratorium sudah mulai sibuk meskipun baru pukul delapan pagi. Para mahasiswa dengan jubah berwarna putih sedang antre untuk melakukan penelitian. Sementara itu, para karyawan di ruang depan sedang menjalankan tugas masing-masing. Termasuk Luvina yang tengah berhadapan dengan mahasiswa bimbingan Ganesa. Para mahasiswa tingkat akhir itu sedang mengambil nomor antrean.

"Bu, saya nomor terakhir aja," pinta Pratama.

"Lha, kenapa? Lebih cepat lebih baik."

"Biar lebih lama di sini."

Luvina tersenyum sinis. Gombalan Pratama masih berlanjut juga. "Nggak bisa pesan nomor antrian. Kamu dapat nomor dua."

"Sekali ini aja, Bu."

BERBURU SUAMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang