Luvina menoleh ke arah Shanum. "Permintaan apa itu, Num?"
"Menikahlah tapi jangan pernah berpikir untuk bercerai. Kasihan anaknya, akan sangat terluka. Melihat Papa dan Mama berpisah, membuatku takut untuk menikah, Eonni."
Nada bicara Shanum mulai terdengar parau. Ia lalu menundukkan pandangannya. Shanum lega akhirnya bisa mengeluarkan unek-unek yang terpendam dan menyesakkan dadanya.
Luvina segera merengkuh gadis mungil tersebut. Ia mengusap punggung Shanum dengan lembut. Luvina tidak sanggup berucap. Ia paham sekali perasaan yang menghinggapi batin remaja itu.Shanum berusaha tegar. Ia merenggangkan pelukan Luvina. Gadis itu memberikan tatapan tulus.
"Janji ya, Eonni." Shanum mengarahkan jari kelingking tangan sebelah kanannnya ke hadapan Luvina untuk melakukan pinky promise.
Luvina menerima simbol perjanjian itu. "Insya Allah, Num. Aku janji."
Shanum kembali tersenyum. Ia bersyukur menggenal Luvina. Perempuan itu begitu menyenangkan untuk menjadi tempat curhat. Shanum beruntung tidak sampai depresi dalam menghadapi perceraian kedua orang tuanya.
"Oh, iya. Ngaku, deh. Eonni itu Song Hwa, ya?" tanya Shanum menyebut nama salah satu karakter dokter perempuan di drama Hospital Playlist.
"Emang aku ada mirip sama Song Hwa?" tanya Luvina dengan percaya diri sambil menyentuh kedua pipi.
"Bukan fisiknya, Eonni." Shanum seolah mengajak Luvina main tebak-tebakan dengan pertanyaannya.
Luvina berpikir sejenak. Ia lalu menjentikkan jarinya. Karakter perempuan itu sedikit banyak memberi pengaruh pada statusnya yang masih single. Song Hwa malah diceritakan hampir kepala empat tetapi belum menikah.
"Sama karena belum nikah?"
"Ish, salah. Eonni nggak peka emang. Itu tadi ahjussi Jo Jung Suk. Kalian sahabatan, 'kan?"
Luvina mengangguk. "Sahabat dari sebelas tahun yang lalu."
"Daebak." Shanum bertepuk tangan. "Ada something special di antara kalian seperti Ik Jun dan Song Hwa, kan?"
"Enggak ada, dong. Murni sahabat. Mentang-mentang penglihatanmu liat dia mirip Jo Jung Suk jadi mikirnya ke arah sana." Luvina mulai sadar jika Shanum tengah menginterogasinya. "Kok, kamu jadi kepo, ya?"
Shanum terkikik pelan. "Ganteng si ahjussi itu. Kenapa Eonni nggak nikah sama dia aja?"
"Nggaklah, Num. Lagian dia udah punya pacar." Penjelasan Luvina akhirnya membuat rasa ingin tahu Shanum berakhir. "Eh, kamu jadi kuliah di mana, Num?"
"Yah, Eonni ini nggak perhatian sama aku. Kan, aku udah posting di Instagram pakai jas almamter Universitas Surya Gemilang."
Luvina menepuk kening seraya tersenyum memperlihatakan deretan gigi yang rapi. "Aku lupa, Num. Bakal sering ketemu dong, kita."
"Tentu, siap ketemu Oppa Kim Bum lagi." Shanum menutup wajahnya yang sedang tersipu.
***
Acara pesta Shanum sudah berakhir menjelang maghrib. Luvina dan Nizar pun undur diri. Mereka akan melanjutkan acara menuju Kopipiko--coffee shop--langganan mereka berdua setelah mampir untuk salat berjamaah di masjid. Luvina sudah berjanji akan mendengarkan keluh kesah sahabat yang dikenalnya sejak KKN dulu itu.
"Pesen apa, Zar?" Luvina berdiri di depan meja pemesanan. Ia mendongak ke atas untuk membaca menu yang akan dipilih. "Iced Dolce Latte satu."
Nizar masih memilih. Kedua alisnya ikut bertaut. Kedua tangan pun saling menyilang di depan dada. Sorot matanya seolah sedang dihadapkan pada keputusan sulit.
KAMU SEDANG MEMBACA
BERBURU SUAMI
ChickLit_SUDAH TERBIT E-BOOK dengan judul (Bukan) Jodoh Kesiangan Luvina Septia Sari, karyawan tetap di kampus berusia tiga puluh tiga tahun. Ia masih belum menikah di usia tersebut. Pilihan hidup menjadi tulang punggung keluarga, membuatnya belum juga memu...