Bagian 13

11 3 0
                                    

***

Saka baru selesai mandi ketika ponselnya begetar begitu hebat. Sampai Echan yang sedang molor terganggu dan bangun dengan wajah kucel. Telfon dari Mama Raina yang menanyakan keberadaan gadis itu. Katanya sudah semalaman dia tidak pulang dan kala dihubungi tidak bisa. Saka menebak, pasti ada pertengkaran baru diantara mereka yang membuat Raina memilih keluar dari rumah. Namun setau Saka, Raina tak pernah punya tempat tujuan. Jika tidak pulang anak itu akan berdiam diri lama di depan minimarket hingga pagi menjelang.

Saka tak perlu khawatir jika ada cowok yang menganggu Riana karena Raina itu preman namun khawatir Saka adalah apakah cewek itu akan baik-baik saja dan tidak melakukan hal bodoh yang Saka takutkan.

"Gue cuma mau tidur, bangsat." Echan bangun langsung memaki. Sedangkan Saka melenggang santai.

"Lo punya kamar kos sendiri, bego. Ngapain numpang tidur disini?"

"Raina aja boleh masa gue kagak." Echan bangkit setelah menggaruk perutnya. Mengambil botol air minum dan meneguknya hingga habis.

"Raina nggak pulang."

"Kenapa, tuh, cewek?"

"Nggak tau gue."

"Hidup cewek ribet banget, sumpah. Kemaren Lia uring-uringan terus sampe bego gue. Sekarang Raina bikin temen gue bego juga." Echan menjatuhkan diri di kasur setelah menyelesaikan kalimatnya.

"Raina beda sama Lia." Saka terdiam setelahnya. Echan tak perlu tau masalah ini.

"Telfon Juna, gih. Raina paling lagi sama Juna."

Ah, betul juga. Dan menit berikutnya Juna memberi kabar tentang cewek itu. Ternyata benar, Raina ada dirumah Juna.

"Kabar Lia gimana?" tanya Saka tiba tiba. Echan terbangun dengan tanya itu. Seperti siap untuk bergosip ganteng dengan Saka. Padahal Saka hanya penasaran.

"Gonjang-ganjingnya hebat, sih, Ka. Kemaren Lia ke kos gue. Teler dia."

Satu minggu setelah pertengkaran keduanya. Arjuna masih terus menghungi Saka dan Echan untuk menanyakan kabar Lia namun keduanya tak bisa memberi kabar lebih banyak karena Lia bilang jangan kasih tau Juna. Saka dan Echan seolah berada di sisi dua jurang dalam.

Ngasih tau Arjuna maka Lia akan menarik keduanya masuk ke jurang itu. Namun tidak memberi tahu Arjuna maka Juna akan mengantui hingga akhirnya Saka dan Echan nyemplung ke jurang Arjuna. Serba salah. Makanya sejauh ini Saka dan Echan hanya bilang ke Juna bahwa Lia baik-baik saja.

"Hubungan mereka sebenernya udah toxic sejak lama. Lia aja yang betah sama Juna terus." Echan berkomentar.

"Tapi Lia juga baperan banget. Udah tau Juna emang anaknya kayak gitu. Dia nggak bisa diem kalo liat cewek semok lewat depan dia." Saka berujar setelah melempar ponselnya ke atas kasur.

"Bakal lebih baik kalo pada akhirnya mereka saling merelakan." Echan berkata lagi.

"Lo tau Arjuna. Nggak gampang buat dia ngelepas Lia. Lia, kan, satu satunya cewek yang di pacari Juna lebih dari tiga bulan."

Kalian perlu tau tentang sikap Juna yang satu ini. Juna itu makhluk Tuhan yang mencintai makhluk Tuhan yang berbadan sexy, semok dan bahenol. Selain Raina yang Saka tau sudah kelan Juna sejak sangat lama, Saka juga tau pasal keburukan Juna yang satu ini. Masih ada keburukan lain dari Juna, sih. Tapi jangan sekarang bilangnya, takut Juna ngamok.

"Gue jadi pengen punya pacar, Ka." Echan berkata melas.

"Nggak ada yang mau sama tampang seadanya kayak lo."

Saka beranjak setelah menghina. Lucnut, sih. Tapi kalo buat Echan itu nggak masalah.

Mau kenalan sama Saka? Namanya Rajendra Ajisaka. Anak rantau dari Semarang yang sudah di jakarta sejak SMA. Saka anaknya pinter dan gampang punya temen. Echan adalah temen pertama Saka, kemudian cowok itu mengenalkannya pada Lia. Dengan mudah Saka berteman dengan Lia dan Echan hingga Raina datang. Raina sepupu jauh Saka, sangat jauh. Raina mengenalkan Saka pada Arjuna dan jadilah circle pertemanan mereka.

Saka sejujurnya tidak terlalu dekat dengan Lia. Mungkin karena circle Lia yang lebih luas dari Saka dan lainnya.

Namun ketidak dekatan itu membuat Saka semakin ingin tau lebih banyak tentang Lia. Tentang senyum cewek itu atau bahkan tangis cewek itu. Namun kepemilikan yang sudah Juna lontarkan dua tahun lalu membuat Saka mundur perlahan. Hingga pada akhirnya hanya mengagumi tanpa bisa mendekati.

Saka suka Lia. Kesukaan itu terjadi sejak Lia datang ke sekolahnya. Sejak pertama kali Echan bilang bahwa cewek itu adalah anak Indo asli yang tinggal di Kanada. Saat untuk pertama kali Lia memamerkan senyum dan mata menyipitnya. Namun semua pun harus selesai ketika senyum yang Saka maksud hanya untuk Juna. Hanya untuk seorang Arjuna yang notanene adalah sahabat dekatnya.

***

Hujan sudah berhenti sejak lama. Namun cerita-cerita lucu yang Raina lontarkan padanya belum juga usai. Tawa menemani malam mereka sejenak membuat Juna lupa bahwa sedang ada pertengkaran hebat yang terjadi diantara hubungannya dan pacarnya.

"Lo masih inget Juli yang mangkal di lampu merah deket sekolah, kan? Gue ketemu dia semalem." Raina berkata dengan senyum. Arjuna hanya menatapnya. Bibir itu. Bibir yang tidak sengaja Juna sentuh dengan bibirnya tadi. Bibir yang tetap bergerak sesuai irama cerita.

Juli adalah bencong yang pernah menyelamatkan Juna dan Raina dari kejaran polisi saat keduanya terlibat pertengkaran dengan teman satu sekolah. Hari itu sudah gelap dan polisi tiba-tiba datang. Seperti Teh Aya meski beda jauh, Juli datang menarik lengan Arjuna menjauh. Menuju sebuah gang kumuh yang lumayan jauh dari sekolah.

"Masih, lah."

"Dia nyelametin gue lagi semalem." Raina tertawa lepas. "Dia narik gue lari. Dikira gue dikejar polisi padahal yang di kejar itu dia. Bantal di dada dia jatuh semua, bahkan dia harus ngerelain wig kesayangannya jatuh juga."

Raina tertawa lagi. Namun Arjuna justru terdiam. Semalam?

"Ngapain lo kesana?" tanya itu membuat Raina juga terdiam. Seolah ada sesuatu yang terjadi namun Arjuna tak pantas untuk tahu.

"Nggak ngapa-ngapain. Jalan-jalan aja." Raina menperbaiki posisi duduk. Dalam hal ini maka Raina akan mengalihkan pembicaraan. "Dia ngajak gue ke panti, trus gue nginep sana. Dipikir lagi, udah lama juga gue nggak kesana."

"Rai. Lo itu cewek, please. Jangan nginep ke sana-sini, dong."

"Lah, apa urusannya? Emang yang boleh nginep sana-sini cuma cowok?"

"Bukan gitu, bego. Maksud gue nggak banget aja kalo lo nggak tidur di rumah lo sendiri. Kalo ada apa-apa bahaya, kan?" Arjuna menempeleng kepala Raina sedangkan cewek itu malah melotot.

"Ya nggak usah nampol kepala. Lagian lo sendiri yang bilang kalo gue preman."

Arjuna menghela napas. "Yah, maksudnya... "

"Santai. Gue bisa berantem."

"Kalo lo mau nginep di Kos Echan, Saka atau rumah gue, gue nggak apa-apa, gue nggak masalah. Tapi jangan di sembarang tempat juga." Arjuna tidak tau kenapa tapi rasanya dia marah dan takut dalam waktu yang bersamaan.

"Kok lo jadi ngegas?" Raina bertanya polos.

"Gue nggak mau lo kenapa-napa." Arjuna semakin ngegas. Kemudian detik berikutnya dia menarik telinga Raina. Hanya untuk memancing emosi cewek itu.

"Ah, Juna. Sakit, anjing."

Arjuna menghela napas berat, "Temen gue cuma lo, babi. Saka sama Echan mana bisa diajak curhat soal cewek."

Raina manyun kemudian membalas dengan menarik rambut Arjuna.

"Aaaahhk. Sakit, babi." Arjuna melotot kemudian menghela napas sekali lagi. "Rio sama temen-temennya udah bebas, Rai. Gue nggak mau ada orang di sekitar gue yang kena bahaya sekali lagi. Termasuk, lo."

Raina ikutan menghela napas. Seolah mengingat kisah buruk yang pernah keduanya lakukan jaman SMA dulu. Hingga memancing banyak musuh.

"Lo berharga buat gue, jadi tolong jangan bikin gue sakit lagi."

***

Arjuna | Hwang HyunjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang