***
Lia lebih dari berarti bagi Arjuna. Karena cewek itu adalah seorang yang paling berperan dalam perubahan sikap yang pernah Juna lakukan jaman dahulu. Julia Cassandra adalah seorang yang datang dengan anggun bersama cerianya.
20 Maret tepat pukul 11 lebih 45 menit malam. Julia menelpon dengan nada ceria. Meminta seorang Arjuna untuk keluar dari rumah. Hanya untuk memberi sebuah cake coklat yang katanya Julia buat seorang diri. Bersama ucapan ulang tahun yang manis dan kecupan intens yang lumayan lama.
Banyak hal yang sebetulnya berharga bagi seorang Arjuna dari Lia. Termasuk cara gadis itu tersenyum dan membuatnya hanyut dalam sebuah hangat.
"Jangan senyum, Li."
Julia lantas terdiam. Kemudian mencubit perut Arjuna yang kemudian mengaduh. "Kenapa coba?"
"Mata kamu ilang kalo senyum. Nanti aku kabur kamu ketinggalan."
Hari itu, dengan sangat bangga Arjuna mengajak Lia skip kelas untuk jalan-jalan. Bersama Saka, Ecan dan Raina yang sudah lebih dulu keluar dari lingkungan sekolah. Menumpang bis dalam kota untuk menuju sebuah mall di Jakarta pusat.
"Kamu juga sama aja. Matanya ilang kalo ketawa." Lia memukul bahu Arjuna. Keduanya tadinya mau naik bis, tapi ramai. Alhasil numpang angkot hingga mall yang dituju.
"Kamu deg-degan?" tanya Arjuna. Maklum, kala itu kali pertama dalam sejarah Lia bolos kelas.
"Enggak. Malah seneng banget."
Julia Cassandra termasuk konglomerat di sekolahnya. Yang setiap berangkat sekolah harus diantar sedan mahal beserta supir pribadi. Pulang sekolahpun sama saja. Julia tak pernah datang ke kantin sekolah, selalu nongkrong di cafetaria yang harga makannya lebih mahal dari kantin sekolah.
Awalnya Arjuna ragu untuk menaruh rasa pada gadis itu. Namun sikap Julia membuat Arjuna yakin, Lia memiliki sikap hangat yang menyenangkan.
"Kalo ketahuan, bakal dihukum, nggak, Jun?"
"Kamu tau pak Bambang sama Pak Ben, kan? Pasti, lah." Arjuna tertawa cerah lantas detik berikutnya meraih tangan Lia menuju genggam. Membuat iri beberapa penumpang angkot yang menatap Juna juga Lia. "Tapi kita biasa kena hukum, Li."
"Kamu deket banget sama Raina, ya?"
"Raina itu temen yang tau segalanya tentang aku, Li. Aku kenal Raina sejak SD, dia bar-bar, sih. Tapi enak temenan sama dia, nggak usah capek capek ngelindungi kalo Raina di goda cowok. Soalnya nggak mungkin, cowok nggak bakal goda Raina malah sebaliknya, Raina yang godain cowok. Kalo Ecan, nih, kita kenal pas sama-sama dihukum waktu pramuka, bukan bolos, Li, tapi karena ngumpetin karung beras panitia waktu PTA. Perkemahan buat nyambut peserta didik baru itu, loh. Nggak tau kenapa tiba-tiba aku sama Ecan bisa se klop itu."
Lia hanya menanggapi dengan tawa. Dan mata itu menghilang lagi, membuat Juna jadi ikutan tertawa.
"Kalo sama Saka?"
"Saka, tuh. Walau kelihatannya baik, dia sama aja kayak Ecan. Saka tuh pinter, Li. Bahkan dia dapet peringkat pararel empat semester berturut turut. Saka anaknya gampang bosen, makanya sering ngajak kita skip kelas buat main, biar dia nggak bosen katanya."
Mata Lia hilang lagi. Bersama tawa keduanya yang sama sama pecah. Bahkan beberapa orang di dalam angkot ikutan tertawa tanpa tahu alasan jelas. Ikut ikutan aja, deh.
Seperti yang Arjuna bilang, Lia itu berharga. Karena bagi Arjuna jatuh cinta pada Lia adalah hal pertama yang membuatnya berdebar. Dulu, setiap melihat gadis cantik atau sexy dikit mata Juna langsung melebar. Seperti, wuah, sayang kalo disia siakan. Namun pertemuannya dengan Lia menjadi hal berbeda.

KAMU SEDANG MEMBACA
Arjuna | Hwang Hyunjin
ФанфикPotongan Cerita : "Saka!" teriak Ecan yang hanya di anggap gonggong liar seekor anjing oleh Saka. "Woy, Saka. Monyet!!" "Apaa, sih. Anjing. Santai, bego." "Astagfirullah, Saka. Mulut kamu berdosa sekali." Ecan dramatis banget sembari menutup mulu...