Add Library ya
Next project setelah Yura ini selesai"Kamu pulang sendiri ya, Ra. Aku ada keperluan mendadak sekarang. Gak apa-apa, kan?"
Aku ternganga, benar-benar dalam definisi ternganga yang sesungguhnya, mulut terbuka dan terkejut tidak menyangka dengan apa yang aku dengar. Melihat reaksiku seperti ini pun yang seolah tidak percaya dengan yang aku dengar sama sekali tidak membuat Jehan bergeming.
Bahkan tatapan aneh terlihat di wajah Daniel, teman Jehan yang baru saja datang, seolah hadirku bersama Jehan di tempat ini adalah hal yang aneh untuknya.
Untuk sejenak aku berpikir keras, mencerna apa yang terjadi padaku, kenapa jika di pikirkan aku begitu mengenaskan sekarang ini.
Aku kan tadi di ajak Jehan baik-baik untuk ngopi, selama perjalanan juga obrolan kami baik-baik saja sampai akhirnya tiba di Coffeeshop ini dan nggak sengaja ketemu sama Nanda yang kebetulan juga jadi Barista, dan tiba-tiba saja, setelah aku menarik Jehan pergi dari meja Bar, laki-laki yang awalnya begitu manis dan melambungkanku dengan begitu tinggi ini mendadak menjadi aneh dan dingin padaku, seolah aku telah membuat kesalahan padanya atau membuatnya jengkel hingga ilfeel padaku.
Sekarang, dia pamit untuk pergi dengan temannya dan meninggalkanku sendirian di sini begitu saja? Dan bisa-bisanya dia bertanya apa aku bisa pulang sendiri? Heeeh, apa dia tidak tahu jika apartemenku arahnya berlawanan dan begitu jauh dari Cafe ini?
Suara grasak-grusuk kunci dari Jehan membuatku tersentak, dan Jehan seperti tidak menunggu jawabanku dia menepuk bahuku pelan, "Ya sudah, hati-hati di jalan, ya!"
Aku menatap punggung yang terbalut kemeja baby blue itu dengan pandangan gamang, ingin rasanya aku melempar kedua orang lelaki yang meninggalkanku begitu saja itu dengan vas yang ada di atas meja sebelum mereka menghilang di balik tangga yang membawa mereka turun.
Tapi sayangnya hingga mereka menghilang dari pandangan, aku tetap membeku di tempat seperti orang bodoh.
Tanpa berkata apa-apa lagi, Jehan benar-benar meninggalkanku di sini sendirian. Ya Tuhan, aku tidak tahu lagi rutukan apa yang pas untuk atasanku tersebut yang sudah mempermainkanku seperti ini. Jika Mieke melihat apa yang terjadi padaku sekarang, mungkin dia yang tadinya iri pasti menjadi bahagia tidak terkira karena menertawakan keadaanku yang menyedihkan.
"Kenapa tuh orang aneh banget sih, perkara cuma di tarik pergi saja kayaknya malah marah banget. Ini dia marah karena di tarik pergi, atau sebenarnya emang tujuannya kesini buat dekat-dekat sama Nanda. Orientasinya perlu di pertanyakan jika seperti ini. "
Sendirian aku bergumam, berbicara sendiri di tengah suasana Caffe yang mulai ramai menjelang malam oleh beberapa mahasiswa yang sepertinya selain menikmati kopi juga menikmati wifi.
Jika tidak ada kopi yang nikmat ini mungkin aku akan benar-benar menangis sekarang merasakan kecewa.
"Ngeri amat kalau benar dia datang kesini buat bicara sama Nanda. Its oke kalau dia cewek, tapi diakan cowok, ya kali dia jauh-jauh kesini buat nyamperin cowok." Satu pemikiran terbersit di otakku, tapi dengan cepat aku menepisnya karena itu alasan paling absurd dan membayangkannya saja sudah membuatku bergidik ngeri. "Masak iya orang seganteng, semacho Jehan orangnya belok, ya kali dia naksir Nanda dan aku cuma di jadiin tameng."
KAMU SEDANG MEMBACA
YURA Married With Enemy
RomanceYura Wirawan, dalam hidupnya jika ada yang di bencinya itu adalah seorang bernama Nanda Augusta, teman SMAnya yang selalu tidak pernah absen dalam membully-nya. Mulai dari menyebutnya sebagai mata empat karena dia yang selalu mengenakan kacamata ba...