"NANDA!!!"
Nanda Augusta, sosok Letnan Satu yang berdinas di salah satu Batalyon kota ini semenjak 6 bulan yang lalu ini memang tidak habis pikir dengan wanita cantik yang ada di depannya.
Yura Wirawan, harus dia akui memang wanita yang mempunyai tungkai kaki indah apalagi terbalut stileto mahal yang pasti seharga gajinya selama satu bulan ini membuatnya tidak habis pikir dengan perubahannya yang begitu drastis.
Dulu Nanda seringkali menggoda Yura bukan karena Yura benar-benar jelek atau dekil seperti yang Nanda celetukan, tapi lebih karena Nanda gemas sendiri dengan penampilan lempeng Yura, bahkan di ejek atau di bully bagaimanapun oleh Nanda dan teman-temannya dia hanya akan melayangkan tatapan tajam, tapi saat akhirnya Nanda berhasil menggodanya hingga membuat wanita itu menangis, maka Nanda merasakan kepuasan tersendiri.
Keterlaluan jika di pikirkan, tapi bagaimana lagi, saat melihat wajah Yura yang hendak atau sedang menangis seperti hal yang menarik untuk Nanda.
Yah, bukan hanya di mata Nanda, tapi di mata teman-temannya yang lain, Yura adalah sosok yang berbeda, jika teman sebayanya sibuk dengan make up saat jam istirahat atau membicarakan tentang kakak kelas yang ganteng, maka Yura akan memilih sibuk dengan bacaannya atau lebih memilih berolahraga, di dalam angkatan mereka, hanya Yura-lah yang mampu menjajari para lelaki bahkan Nanda sendiri saat lari. Tidak sekali dua kali Nanda di kalahkan oleh Yura dalam berlari.
Bisa kalian bayangkan betapa cepatnya wanita jangkung bertubuh kurus ini?
Salah satu hal yang membuat Nanda sedikit jengkel dengan Yura hingga membully dan menggoda Yura sampai wanita tersebut menangis adalah kesenangan untuk membalas perempuan tersebut yang berhasil mengalahkannya.
Nanda nyaris tidak pernah mendengar tentang Yura sebelum ini, bukan hanya Yura, tapi Nanda juga tidak peduli dengan kabar teman-temannya yang lain, semenjak lulus SMA semuanya sibuk mengejar cita-cita masing-masing, Nanda pun fokus pada pendidikannya di Akmil, dan sekarang siapa sangka, di saat dia di kontak oleh Alan untuk menjadi bestman dalam pernikahan sahabatnya ini yang kebetulan berada di satu kota tempat dia bertugas sekarang, kini Nanda di pertemukan dengan Yura yang penampilannya jauh berbeda.
Yah, orang memang bisa glow up, tapi glow up sememukau Yura tentu saja hal yang membuat Nanda ternganga, andaikan dia bukan Yura, Letnan Infanteri ini tidak akan segan untuk memujinya, sayangnya memuji dan membuat Yura besar kepala adalah hal yang haram untuk Nanda.
Dan benar saja, usai menyebutkan glow up-nya Yura karena oplas atau di amplas kalau nggak pakai susuk, wanita yang tingginya di atas rata-rata wanita Indonesia yang mungil ini merangsek maju menghajar Nanda.
Benar-benar menghajar Nanda, rambut Nanda yang baru saja memanjang kini di tarik tanpa ampun oleh Yura yang memukul apapun bagian tubuh Nanda yang bisa di raihnya.
"Nih orang ya, dasar mulut jahat. Susuk mata lo! Hiiiihhh!! Rasain nih!"
Nanda nyaris tercekik, tidak bisa menjawab umpatan dari Yura karena wanita ini memiting lehernya hingga nyaris tidak bisa bernafas, bukan hanya memiting dan menjambak Nanda tanpa ampun, kaki panjang itu juga menendangnya sekuat tenaga.
"Sinting ya lo, Rik, Burik! Turun nggak lo dari punggung gue!"
Bukan Nanda tidak berusaha melepaskan diri dari Yura, tapi wanita ini menempel di punggungnya seperti seekor gurita, menghajarnya tanpa ampun tidak peduli pada lolongan kesakitan Nanda maupun Juwita dan Alan yang berusaha melerai, semakin Nanda berusaha melepaskan Yura dari punggungnya, semakin Yura membelit dan memukulinya.
Sepertinya kekesalan Yura pada Nanda selama bertahun-tahun atas ejekan dan bully-an laki-laki ini terhadapnya terlampiaskan sekarang tanpa di tahan Yura sama sekali.
Alan dan Juwita saling memandang, capek dan putus asa sendiri dengan usaha mereka melerai Yura dan Nanda yang sama sekali tidak membuahkan hasil, dua orang ini justru semakin seru berkelahi seperti tikus dan kucing yang berseteru.
Sungguh keduanya benar-benar seperti lupa pada umur dan profesi mereka sekarang, mereka seperti anak SD yang rebutan mainan tidak peduli jika mereka menjadi tontonan satu lantai yang penuh dengan lalu lalang orang yang melihat aneh pada ulah mereka berdua.
Semua yang melihat bagaimana dua orang ini berulah pasti tidak akan menyangka jika yang mereka lontarkan pandangan aneh adalah seorang Perwira muda militer dan juga seorang PR sebuah perusahaan Advertising bonafide.
Alan berkacak pinggang, jengah sendiri dengan ulah kedua teman sekelasnya ini, dia tahu hubungan keduanya tidak baik, tapi bertengkar seperti anak kecil ini tidak akan Alan kira.
"Heeeh, kalian! Berhenti nggak, kalau kangen bilang, jangan pakai alibi berantem buat kangen-kangenan."
Sontak keduanya berhenti, memandang horor pada Alan dan Juwita yang kini menatap mereka dengan menantang, bahkan Yura dan Nanda tidak sadar saat mereka berhenti dari pertengkaran, Yura masih bergelayut di punggung Nanda dengan tangan melingkar di leher laki-laki itu karena beberapa saat yang lu Yura berusaha mencekik Nanda.
"LO GILA, LAN!"
"LO GILA?"
Jawaban keduanya yang kompak membuat Juwita dan Alan terkikik. Dengan usil Juwita mengangkat ponselnya, mengambil potret Yura dan Nanda yang jika di lihat kembali tampak begitu mesra, lengkap dengan wajah bengong dan kesal keduanya yang menggemaskan.
"Turun, lo!" Setengah membentak Nanda menggoyangkan badannya, meminta Yura turun dengan wajah yang merengut. "Nggak nyadar apa badan lo lebih berat dari ransel gue. Betah amat lo di punggung cowok ganteng, dasar cari kesempatan."
Kembali Yura menendang tulang kering Nanda untuk kesekian kalinya, jika saja Juwita tidak menariknya, maka pertempuran babak kedua pasti akan di mulai.
Setengah bergidik penuh kegelian Yura melotot kembali ke Nanda, percayalah, Nanda sekarang seperti melihat jelmaan Mamanya di diri Yura, definisi cewek senggol bacok. " Idihhh, PD amat nyebut diri lo ganteng, walaupun lo ganteng, tapi gue nggak akan sudi juga sama cowok narsis tukang bully mulut cabe kayak lo. Amit-amit!!"
Nanda ingin membalas ucapan pedas dari Yura, sayangnya Alan sudah menariknya lebih dahulu untuk berjalan menuju food court yang memang akan di tuju oleh mereka berempat, jika menuruti perdebatan tikus dan kucing ala Nanda dan Yura, mungkin sampai Mall ini roboh keduanya tidak akan berhenti.
Sembari berjalan, Alan dan Juwita tidak hentinya mencoba menenangkan keduanya agar tidak gontok-gontokan. Sungguh Juwita dan Alan yang malu dengan kelakuan dua orang ini.
Dan masalah tidak berhenti saat mereka sampai di meja food court, Juwita dan Alan yang reflek duduk di kursi yang bersisian karena pada dasarnya mereka pasangan mengundang protes kembali dari Yura dan Nanda.
"Kok kalian duduk sebelahan, sih?"
KAMU SEDANG MEMBACA
YURA Married With Enemy
RomanceYura Wirawan, dalam hidupnya jika ada yang di bencinya itu adalah seorang bernama Nanda Augusta, teman SMAnya yang selalu tidak pernah absen dalam membully-nya. Mulai dari menyebutnya sebagai mata empat karena dia yang selalu mengenakan kacamata ba...