1.

1.5K 157 8
                                    

    "Agghhhhhhrr!!" suara meraung itu merusak sunyi, di markas besar para eksekutif Bonten.

Rindou mengigit bibirnya pelan, dengan punggung menempel pada pintu. Satu diantara rutinitasnya, adalah berjaga kala serangan panas kembali menderai leadernya ini.

"Biarkan aku masuk Rindou!!" didepannya ada Sanzu yang menatap ke arahnya nyalang, tubuh si surai merah muda ditahan kuat oleh Kakucho dan Ran.

Koko memperhatikan dalam diam di sisi Rindou, tahu benar bahwa hal ini sering kali terjadi diantara mereka. Hampir setiap malam, sang leader Manjirou berteriak, dan meraung seperti gila di dalam sana.

Para eksekutif Bonten tak bisa bereaksi atas itu, sang leader melarang mereka dengan keras. Tapi semua yang ada disana jelas paham alasan kenapa lelaki itu meraung kesakitan didalam.

"Sampai kapan ini akan terjadi?" Aakashi Takeomi, membuang puntung rokoknya. Lelaki alpha itu, mengernyit kesal. Tak tahan juga mendengar ruangan Manjirou di dalam kamarnya.

"tentu sampai Manjirou membiarkan kita mencari lelaki itu.." Mochizuku berujar datar, kedua Alpha itu bertatapan sebelum akhirnya sama-sama pergi dari sana. Mereka tak kuat terus-terusan mendengar suara Manjirou di dalam.

"Hah!! Bajingan! Berengsek!" lepaskan aku Ran, Kaku! Aku harus masuk dan menolong Manjirou!!" Sanzu masih kalap, selain Manjirou yang meraung-raung kesakitan didalam, Sanzu yang mengamuk ingin menerobos ke dalam kamar Manjirou juga terjadi hampir setiap hari.

"Sudahlah diam, kau tidak akan membantu dia!!" Kakucho meninggikan suaranya, mengeluarkan feromon alphanya dengan cepat, dan direspon baik dengan Sanzu, keduanya berhasil membuat bentrokan feromon di dalam ruangan.

Manjirou di dalam berteriak lebih kencang, bersamaan dengan Rindou yang hampir saja tumbang akibat ulah Kakucho dan Sanzu.

"Kalian keluar lah dari sini! Dasar berengsek!!" Ran memukul keduanya dengan tongkat kayu yang bersandar di dinding. Menatap keduanya nyalang, sebelum berlari ke arah Rindou karena lelaki berambut ungu nilac, itu adalah seorang omega.

Kakucho dan Sanzu yang dipukul mundur Ran, melanjutkan aksinya di luar markas. Tentu, akibat harga diri alpha mereka harus melanjutkan pertarungan hingga salah satu dari keduanya menang.

"Sial.."Koko berdecih, menutup hidungnya kala bau Rindou menguar. Karena ia telah memiliki pasangan, dirinya tak terlalu terpengaruh akan feromon omega itu.

"Kau baik-baik saja?" Ran bertanya cemas, sang adik adalah prioritasnya diantara prioritas. Rindou mengusap keringat di dahinya dan mengangguk.

"Aku hanya tak siap, karena mereka tiba-tiba saja mengeluarkan feromon gelap seperti itu.."

Ketiganya diam, sebelum akhirnya menyadari bahwa Manjirou di dalam sudah berhenti berterik "Aku akan memeriksa keadaan Manjirou, kalian tunggu disini.."

Koko dan Ran tak merespon, tapi keduanya sama sekali tak memiliki niat untuk ikut masuk.

"Kali ini lebih lama dari kemarin.." Koko turun dari meja yang ia duduki "Bahkan hampir 2 jam.."

Ran yang menatap pintu kamar Manjirou, menghela nafas kesal "Aku benar-benar ingin membunuh alpha sialan itu.."

Didalam, Rindou melihat Manjirou terbaring diatas kasurnya tanpa pakaian. Kamar itu berantakan, padahal Rin ingat telah memanggil seseorang untuk membereskannya pagi tadi.

"Manjirou? Kau masih bangun.." Si rambut putih, dan bertato ditengkuk itu melirik pela ke arah Rindou. Nafasnya terlihat masih tersengkal-sengkal dengan keringat yang membasahi tubuhnya.

"Ku rasa kau harus tidur.." ucapan Rindou seperti sihir, karena Manjirou setelahnya langsung tertidur dengan dengkuran halus.

Rindou melihat tanda gigitan itu menghitam, dengan lingkatan kemerahan disekitarnya. Rindou tak bisa bayangkan betapa sakitnya itu. Tapi Rindou percaya, pemimpinnya bukanlah orang yang lemah hanya karena tanda kepemilikian yang tak sengaja terbentuk seperti itu.
.
.
.
.
.
.

"Baru kembali Ryuguji?"

Sang alpha bertato naga itu menoleh, matanya menemukan Inui yang tengah bergulat dengan mesin motor "Iya seperti yang kau lihat.."Ryuguji menjawab, kemudian melangkah mendekat ke arah Inui.

Si omega pemilik luka bakar diwajahnya itu melirik sedikit, sebelum berdiri dari duduk lesehannya dan menyimpan kunci-kunci yang baru saja ia gunakan "Kau pulang lebih lama? Kenapa? Tak bisa keluar huh!?"

"Kau tahu aku tahan lama bukan.." Ryuguji menyahut, dengan tangan mulai menghidupkan motor yang baru saja diperbaiki oleh Inui.

Inui menatap punggung lebar itu dengan pandangan datar, tangannya melepas baju montir dan menggantungnya disebuah paku "Kau merasa puas?" tanyanya.

"Tentu, hanya saja aku masih merasa kurang.." suara motor mengeras memenuhi ruangan bengkel, Ryuguji mencoba menarik gas motor lebih keras untuk menguji kendaraan roda dua itu.

Omega berambut kekuningan, menghela nafas "aku pergi dulu.." ujarnya pelan. Tak pernah ingin menjadi saksi sifat buruk dari alpha itu.

Ryuguji hanya berdehem singkat, meski tak didengar, dan memperhatikan dalam diam Inui yang masuk kedalam sebuah mobil mewah di depan bengkelnya. Si omega telah dijemput pangeran alphanya.

Sepeninggalan Inui dari sana, Ryuguji berdecak tak nyaman. Ia matikan motor tadi, lalu segera menuju kamar mandi. Ia membasuh muka di wastafel, dan melepas kepangan rambutnya.

Kala lonceng jam 12 dini hari berbunyi, Ryuguji menemukan tampilan dirinya dalam keadaan buruk. Sejujur-jujurnya ia tak mengerti, dirinya adalah seorang alpha dan harusnya ia merasa puas telah bermain dengan beberapa omega dalam satu ranjang.

Tapi Ryuguji tak pernah merasa seperti itu, meski ia terbakar gairah tapi ia tak pernah merasa dirinya terpuaskan dengan benar. Ia frustasi atas itu, ia seorang alpha dan ia tak mau kehilangan otoritasnya hanya karena keinginan seksuaknya tak terpuaskan.

"Sial!!. "Ia gerah, ia panas.

Merasa tak akan mendapatkan kepuasan lagi malam ini, Ryuguji hanya memilih menutup rollingdor bengkelnya dengan sedikit kasar, lalu naik ke lantai dua dan merebahkan tubuhnya pada kasur.

Dalam hati ia masih risau, ditatapnya banyak foto-foto teman-temannya didinding. Kemudian matanya jatuh pada foto seorang gadis "Apa karena itu bukan kamu Emma?"

Gadis itu adalah kekasihnya, sedikit banyak Ryuguji menduga ia tak terpuaskan, mungkin karena itu bukan emma. "Emma-chan, maaf belum bisa merelakanmu.."
.
.
.
.

Manjirou membuka matanya ketika dirinya merasa lapar, ketika ia tersadar ia menemukan Sanzu disisi kasur tersenyum lebar. Pemandangan yang cukup menyeramkan. "Aku lapar.."

"Akan aku carikan, kau ingin makan apa?"

Manjirou dengan wajah datar, dan kantong mata tebalnya melirik ke arah Sanzu. "Apapun yang manis.."

Lelaki berambut merah muda mengangguk, langkahnya ia bawa cepat keluar dari kamar Manjirou.

Sepeninggalan Sanzu, Manjirou hanya diam menatap ke arah langit-langit kamarnya dengan datar. Rambut hitamnya terlihat sedikit terhambur ketika dirinya usak, ia merasa sedikit pening di kepalanya.

Tangan Manjirou beralih pada tanda gigitan di lehernya, sedikit memanas dan cukup menyakitkan. Tapi Manjirou merasa baik-baik saja akan itu.

Si omega menyungging seringai "tetaplah bodoh Kenchin.."
.
.
.
.
.

Tbc

Setelah author cek ternyata riwayat revisinya ilang. Ini udah dibaikin ya hffft...

Happy Ending ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang