9

833 88 6
                                    

Ini pasti banyak typonya, maklumi ya..

  Pintu yang terkunci itu Rindou perhatikan dalam diam. Tak hanya dia, para eksekutif Bonten pun juga ada disana. Jika tak salah hitung maka, ketika matahari nanti terbit Manjirou dan Ken telah menghabiskan waktu dua hari didalam. Tak perlu ditanya, memangnya apa yang dilakukan pasang mate didalam satu ruangan, yang alphanya sedang dalam keadaan Ruth.

Sanzu dalam diamnya mulai megasah katananya. Dia benar-benar siap untuk membunuh si alpha ketika ia keluar nanti. Jujur harga dirinya terasa sangat terinjak-injak. Ia bahkan bukan hanya kalah bertarung tapi kalah dalam merebutkan seorang omega. Sepanjang 26 tahun hidupnya, ia tak pernah merasa seterhina ini.

Kakucho pasif seperti biasa, walau tanganya bergetar menahan emosi. Perasaanya tak jauh beda dengan Sanzu, dirinya merasa gagal. Ia sungguh menyesal kenapa kemarin ia tak berdiam saja di markas dan justru berkeliaran tak jelas diluar sana. Ia mengikuti Manjirou untuk melindungi omega itu, seperti janjinya pada Izana, dan sekarang ia justru tak bisa melakukan apa-apa kala seorang alpha memaksa masuk kedalam kamar Manjirou.

Kakucho tahu alpha itu, tapi ia selalu menjadi orang yang pasif. Ia mengingat dengan pasti bagaimana Manjirou dengan bajunya yang basah terkena hujan menggedor kamar sewanya dengan Izana malam itu.

"Ya Tuhan Mikey!!, apa yang terjadi padamu.." Izana hampir berteriak kala menemukan adik tak sedarahnya di depan pintu kamar sewa miliknya dalam keadaan basah kuyup.

Manjirou ia giring masuk ke dalam rumah. Lelaki bernetra ungu itu memang suka sekali memanggil Manjirou dengan sebutan Mikey, karena lelaki itu bertubuh kecil tapi banyak omong, seperti layaknya tikus katanya.

"Kaku-chan, tolong bawakan handuk.." Izana memperhatikan tubuh kecil mengigil itu dari atas hingga bawah. Ia tak menemukan hal yang mencurigakan sebelum mendengar Kakucho tertabrak meja nakas.

"Izana-san, feromon Mikey tercampur, terlalu mengerikan.." Kakucho menjelaskan tanpa ditanya.

Izana yang memang seorang Beta, menggeram setengah tak mengerti dan setengahnya lagi dirundung perasaan khawatir yang terama parah. "Kakucho apa maksudmu?"

Izana bertanya lagi, dengan cepat meraih handuk lebar ditangan si alpha dan membelitnya ditubuh Manjirou, dan membawa lelaki itu kedalam rengkuhannya. Menjaga jarak sejauh mungkin dari Kakucho yang bisa saja menyerang adiknya.

Kakucho terbatuk, dan dengan cepat menutup hidungnya "Ia, ia bru saja ditandai Izana-san.."

Izana menatap tak percaya, sebelum menunduk dan akhirnya menyadari bahwa ada satu gigitan asing di tengkuk adiknya. "Mikey, siapa? Siapa? Yang menandaimu?"

Manjirou yang terbalut handuk menatap Izana, lewat tatapannya ia menyalurkan ketenangannya. Ia tak ingin membuat lelaki itu khawatir. "Dia bukan Soulmateku, dan aku yakin ini bukan tanda.."

"Tapi-tapi..

"Aku tak apa, aku hanya butuh tempat istirahat.."

Kakucho akhirnya diam saja, dan menyingkir menjauh untuk memberi privasi keduanya. Dia berusaha mempositifkan otaknya sendiri, meski apa yang dicium dihidungnya berbeda.

Umurnya masih 12 tahun, tapi ia bisa mencium banyak feromon berbeda-beda. Ia juga bisa membedakam dengan baik aroma campuran pasangan soulmate, atau mereka-mereka yang bukan. Tapi ia tak ingin memikirkannya, masih ada 7 hari lagi sampai tanda itu terbentuk dengan benar jika mereka adalah pasangan. Dan siapapun alpha itu, Kakucho akan mencarinya dan memintanya untuk bertanggung jawab.

Tentang ini semua, Kakucho akan diam. Ia tak ingin membebani Izana. Si Beta berusia 17 tahun itu, tak boleh memikirkan banyak hal yang bisa membuatnya semakin sakit. Kematian Emma kemarin sudah menjadi pukulan sendiri bagi pria itu, dan ia tak ingin menambahnya. Mungkin itu juga yang Manjirou pikirkan.

Happy Ending ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang