Suasana sunyi memagari keduanya. Manjirou terlihat tak ingin bicara dan hanya fokus pada gelas juznya. Baji di seberang meja pun tampak sama, ia diam memperhatikan sang omega dari atas hingga bawah yang bisa dijangkau tatapannya.
"bagaimana kabarmu?" tanya Baji akhirnya, Manjirou hanya mengangguk pelan sebagai jawaban positifnya.
"Sudah lama aku tak melihatmu, sejak hari itu.."
Hari itu ya? Sudah berapa tahun terlewat 11? 12?. Jika Manjirou tak salah ingat ia pergi setelah menerima tanda dilehernya. "Bagaimana kabar Chifuyu?"
Baji sedikit terkejut saat akhirnya Manjirou bersuara, tapi kemudian dia memasang wajah tersenyum tipisnya dan mata menatap Manjirou "Ia sedang hamil.."
"ternyata spermamu berguna ya.."
"Hei!!"
Manjirou terkekeh pelan, ia liatnya lagi si rambut panjang dihadapannya. Kawan lamanya sejak kecil, sejak mereka masih gemar memakai leging bermotif bintang-bintang.
"Kuharap bayinya baik, tak sepertimu.."
"Hei! Kau ini menyebalkan sial!"
Baji merasa hatinya sedikit bergetar kala omega dihadapannya terkekeh pelan. Ia ingin menangis dan syukuran atas itu, meski tatapan itu masih terlihat kosong dan tak bernyawa tapi suara tawa tadi sudah lebih dari cukup.
Butuh waktu lama untuk Baji akhirnya bisa berbincang bersama Manjirou seperti ini. Dirinya bahkan harus berhadapan dengan beberapa anak buah Manjirou untuk dapat menemuinya.
Walau pertarungan tadi tak cukup lama, tapi rasa nyeri di pipinya cukup membuktikan betapa berutalnya perkelahian yang baru saja ia lakukan.
"aku tak menyangka kau memiliki mereka yang dapat kau handalkan lagi.." Baji berujar menjerumus pada seseorang berambut merah muda yang duduk tak jauh dari kursi mereka "Itu, Haruchiyo bukan?"
Manjirou ikut melirik si lelaki penggilan obat itu "Ia tak pernah berubah.."
Si lelaki berambut panjang berdehem, tangannya meraih cangkir kopinya. "Satte ayo bicarakan hal lainnya.."
Sampai kapan kau akan mempertahankan tandanya?"
Gerakan tangan Manjirou terhenti, tak menyangka pertanyaan itu akan keluar dari Baji dikali pertama mereka bertemu setelah 12 tahun berlalu.
"Aku tahu, kau tak ingin bersamanya, kenapa tak kau datangi dia dan minta ia lepas saja.."
Manjirou berkedip, satu kali dua kali. Ia tatap sekali lagi mata Baji dan memastikan lelaki itu serius akan uacapannya.
"Aku tak mau munafik, tidak ada satu alpha pun yang tak sadar jika telah menandai seseorang, jelas lelaki itu hanya berkata omong kosong.."
Baji tahu dirinya alpha bahkan sebelum ia masuk sekolah dasar. Ia mempelajari semua dasar yang harus ia kantongi untuk dapat berjajar dengan banyak alpha diluaran sana.
Ia telah hidup 27 tahun, dan tak ada alasan bodoh dia harus mendukung seorang alpha brengsek yang seenaknya meniduri kawan kecilnya. Ia bukan malaikat, sampai sekarang jika boleh jujur ia tak pernah mencoba memaafkan si Alpha.
"Aku akan membantumu menemuinya.."
Baji menunggu beberpaa menit, sebelum Manjirou mengelurkan suara. "Aku tak yakin.."
Aku tak bisa lupa bahwa ia mencintai Emma melebihi dirinya sendiri, aku tak ingin membuatnya merasa bersalah karena ini. Meski pada kenyataannya aku soulmatenya, aku tau ia tak ingin hidup bersamaku..
KAMU SEDANG MEMBACA
Happy Ending ✔️
FanfictionIni adalah kisah penghianatan 'tanda' milik keduanya. Sang omega akan meraung panas, juga sang Alpha yang akan kelimpungan akan hasratnya. Semua hal memiliki timbal balik, dan Manjirou percaya ia bisa hidup tanpa Ken di sisinya. Draken x Mikey Ken x...