13

656 78 4
                                    

Mitsuya terdiam, seketika sadar bahwa ia baru saja mengatakan sesuatu yang tak seharusnya ia utarakan. Lelaki dengan gendre Beta itu berdehem, memutar kepalanya untuk tak melihat ke arah Ryuguji yang secara jelas meminta keterangan lebih akan pertanyaanya itu.

"mitsuya, apa maksudmu??" tanyanya jelas menuntut. Ryuguji kepalang penasaraan, tapi bahka lelaki dengan rambut ungu itu terlihat tak ingin menjelaskan apapun padanya.

Mitsuya yang tadinya tak berharap akan begini, berujar dalam hati "kepalang tanggung, ucapkan saja mungkim lebih baik"

"Iya kau telah men-

"Mitsuya-kun.."

Inupi tahu-tahu saja sudah berdiri menjegrek di selang pintu. Menatap keduanya datar, lalu melangkah masuk. Menepuk bahu Mitsuya untuk memberi kode pada lelaki beta satu-satunya. "ayo keluar, Ryuguji butuh istirahat.."

"Heh tunggu, jelaskan dulu!" alpha itu menatap tak terima. Ia butuh penjelasan yang benar, karena ia tak ingat apa pun.

Inupi menghela nafas, tak takut untuk membalas tatapan tajam sang alpha. "Kau harus mengingatnya sendiri.."

Mitsuya akhirnya diam saja kala diseret Inupi keluar kamar, meninggalkan Ryuguji yang kembali rebah keatas kasurnya karena pening miliknya memparah.

"kenapa kau tak ingin aku mengatakannya?"

"not now.." Inupi berujar singkat, lalu pergi meninggal Mitsuya untuk turun ketangga, dan mulai kembali ke pekerjaannya yang sempat ia tinggalkan.

Merasa bengkel cukup ramai, dan tak ada kesempatan bagi Mitsuya untuk kembali berdebat dengan lelaki omega itu, akhirnya ia memilih undur diri. Memang niat awalnya hanyalah berkunjung sebentar tadi.

Ia nyalakan motornya dan melaju meninggalkan bengkel setelah berujar undur diri pada Inupi. Motor itu melaju membelah jalan pagi yang cukup ramai.

Setengah jam ia kemudian, ia akhirnga berhenti disatu pemakaman. Sebelum turun tak lupa ia bawa sebuket bunga yang sempat dibelinya. Langkahnya dengan pelan memasuki pemakaman, hingga satu nisan bertulisan Sano Emma dan Sano Shinichiro dapat terbaca dimatanya.

Lelaki beta itu berdoa dalam diamnya, setelah selesai ia ambil duduk di depan makam Emma. Sejujurnya ia tak terlalu mengenal gadis itu, selain saat masa-masa di kelompok Touman di sekolah menengah.

Gadis beta itu sangat jelita, dengan rambut blonde panjangnya. Semua orang mengenalnya sebagai kekasih Ryuguji atau pada saat itu dipanggil Draken. Keduanya termasuk pasangan serasi yang memiliki hubungan cukup panas.

Sering mengumbar kemesraan disana dan sini. Jujur saja memangnya siapa yang tak akan terangsanng jika melihat Emma berjalan dengan rok mininya. Meski gadis itu bergendre beta tapi ia tak kalah dari omega pada umumnya.

Mitsuya ingat bagaimana Manjirou harus terus terusan disamping gadis itu, untuk menjauhkannya dari para buaya darat. Dan tugas Manjirou harus berakhir setelah kematian gadis itu.

Kejadiannya sangat ironi, tentang bagaimana beta itu ditemukan terbunuh setelah dilecehkan di sudut kota. Tak ada yang hancur akan kematiannya, dan Mitsuya tau selain Manjirou, Ryuguji pun tak kalah terguncangnya.

Tak ada yang tau selain Mitsuya, kala lelaki itu berulang kali mendatangi psikiater karena mimpi buruknya. Dan hanya Mitsuya pun yang tau bahwa lelaki alpha itu juga kehilangan sebagian ingatannya.

Mitsuya tau bukan karena si alpha sendiri yang memberi tahu, tapi ia sengaja membututi sang alpha yang hari itu pergi kontrol ke rumah sakit lagi.

Setahun setelah kejadian itu, Mitsuya baru berani bertanya kepada dokter yang menangani Ryuguji, tentang apa penyakit yang diderita alpha itu. Dan sang dokter berujar lelaki itu kehilangan sedikit ingatanya, akibat kesedihan yang diderita terlalu menyakiti ingatannya.

"Emma-san, aku tahu bahwa kau mengerti apa yang terjadi hari itu.." Mitusya tersenyum kecil, penuh harapan "Aku harap kau dapat membebaskan Ryuguji dari mimpi buruknya agar tak adalagi Manjirou yang kesakitan, kau pasti tak ingin hal itu terjadi kan.."

Bahu beta itu sedikit bergetar menahan tangis. Merasa sangat bersalah, tapi ia tak bisa membongkar semuanya begitu saja karena Ryuguji sepertinya tak mengingkan ada yang mengetahui apa yang dideritanya.

15 menit Mitsuya habiskan mengobrol dengan nisan Emma sebelum ia memutuskan untuk kembali pulang. Dan berharap semua hal segera selasai dengan bahagia.
.
.
.
.
.

'Dor!'

'Dor!'

Ran terserang frustasi berlebih, 2 bulan akhirnya ia kembali ke markas dan mengunjungi Manjirou yang katanya tengah mengandung dan yang ia dapatkan lelaki omega itu malah sedang berburu kelinci dikebun belakang.

Kondisi Rindou juga tak kalah mengenaskan, lelaki itu melemas dikursi taman dengan berkotak-kotak taiyaki dimana-mana.

"heh Rin bangun, kau kenapa?" Ran memutuskan mendekati sang adik yang terlihat seperti akan kehilangan nyawanya karena kelelahan.

"ia menyuruhku berlari ke kota untuk membeli seluruh setok Taiyaki di toko kesukaanya.."

Ran hanya dapat meringis kecil. Toko kesukaan Manjirou ada ditengah-tengah kota, dan jika omega itu diminta berlari maka ya harus lari. Rip kaki Rindou.

Ran sebagai kakak yang baik segera ambil tempat dibawah kaki Rindou dan mulai memijitnya pelan. Bahkan kakinya sedikit membiru dibalik kaus kaki. Dia pasti lelah sekali.

Ran menatap kearah Rindou lagi, dan melihat bahwa Omega itu masih memasang kalung khususnya di leher. "Kau, tak ingin mencari alpha Rin? Aku tak tega melihatmu menggunakan kalung itu terus-terusan.."

Gerakan Rindou yang terlihat melonggarkan-longgarkan kalung itu terhenti. Kemudia menyunging senyum "Sampai Manjirou belum menemukan kebahagiannya aku tak ingin memikirkan hal lain.."

Dan Ran tak bisa berujar apa-apa lagi setelah mendengarnya. Adiknya terlalu royal, dan ia sedikit malu karenanya.

Ini Manjirou yang sedang fokus pada kelinci sasaranya yang tengah melompat kesana kesini. Senapannya terlalu berat, dari awal harusnya ia meminjam pistol Sanzu saja dari pada harus mengankat senapan besar milik Akashi Takeomi.

"ahh beratt.." akhirnya ia banting senapan itu ketanah, kesal Karena susah membawanya. Dan ketika menyadari sekitaranya, sekarang ia justru telah cukup jauh dari markas.

Merasa lelah, Manjirou memilih duduk dibawah pohon dalam diam. Dalam diamnya, tanpa sadar ia usap perutnya yang sedikit menonjol.

"Coba lihat bayi siapa ini, bayi Kenchin yang jelek itu hihihihi.."

Terkekeh pelan Manjirou kembali terdiam dan menatap datar ke arah perutnya. "Hiduplah dengan baik, karena kita tak memerlukan alpha itu lagi.." ujarnya tak bernada.

Tak peduli kala angin menabraknya dan hujan yang mulai turun. Manjirou tetap diam disana. Karena dengan ini ia harap dapat melepaskan Ryuguji yang sampai saat ini tetap menduduki hatinya.
.
.
.
.

Lantai dingin ruang psikiater tampak menarik minat bagi Ryuguji. Lelaki itu terlihat mewarnai rambutnya dengan warna hitam dan membiarkannya tergerai bebas.

Ketika Wakasa, selaku psikiater tempatnya terapi datang dan duduk didepannya. Sang alpha tak mengambil waktu untuk berujar
"Ingatanku telah kembali.."
.
.
.
.

Tbc

Yoo jumpa lagi,

Jangan lupa jaga kesehatan ya semuanya

Luv😙

Happy Ending ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang