08

337 64 60
                                    

Yoshi duduk di atas lantai jalan tar belakang cafe Seungwoo sambil memeluk lututnya dengan dada yang sesak.

"T-tak mungkin..."

"T-tak mungkin..."

"T-tak mungkin..."

Dari tadi, hanya ucapan itu yang meneliti di bibirnya. Yoshi menggeleng kepalanya keras, cuba menafikan fakta yang dia dengar pagi tadi.

"Semuanya khayalan, aku tak nampak atau dengar apa apa pagi tadi..."

Guman Yoshi sambil menggeleng kepalanya keras. Air matanya mengalir deras mengingatkan fakta yang Mashiho dan Haruto adalah punca kematian keluarga mereka semua.

"Aku tak dengar apa apa tadi, aku tak nampak apa apa tadi."

Guman Yoshi lagi sambil memukul kepalanya sendiri bersama isakan kecil.

"Ini mungkin salah faham..." Ucap Yoshi lagi sebelum tertawa sendirian, orang yang lalu lalang menatap takut ke arahnya.

"Aku sendiri yang tuang minyak tu atas badan mereka!!"

Sial, ucapan Mashiho pagi tadi masih segar mengalir dalam ingatannya.

"A-aku percaya kan kalian selama ni...hiks.."

Sontak itu, Yoshi menekup mulutnya kemas saat suara tangisnya semakin kuat kedengaran. Dia tak nak penghuni dalam cafe tahu yang dia sedang menangis di sini.

"A-aku percayakan kalian..."

"A-aku percayakan kalian..."

"A-aku sudah tak percayakan kalian berdua..."

Sorot mata Yoshi berubah jadi kosong. Dia kecewa, sahabat yang dia anggap seperti adik beradik selama ni adalah penipu...dia cuba untuk menafikan perbualan mereka berdua pagi tadi.

Namun, Mashiho sudah terang terangan mengaku yang dia membakar rumah Asahi dan menyebabkan kematian keluarga mereka berempat.

"Hei, bukankah kau penghuni baru semalam..."

Tegur suatu suara membuatkan Yoshi spotan mendongakkan kepala, menatap ke arah dua orang pemuda yang sedang berdiri di hadapannya dengan sebuah sangkar untuk kucing.

"Kalian berdua lagi..."

Guman Yoshi pelan, dia pantas menyapu air matanya dengan hujung jarinya membuatkan Yedam dan Doyoung terkekeh geli.

"Kau menangis, ya. Jadi gadis mana yang patahkan hati kau, hah?"

Soal Yedam, ikut duduk bersila di sebelah Yoshi. Doyoung hanya berdiri di sana sambil memegang sangkar berisi dua ekor anak kucing.

"Bukan sebab gadis...dan aku tidak perlu beritahu kalian alasan apa aku menangis. Tidak penting."

Ucap Yoshi, masih lagi dengan hidungnya merah.

Doyoung tertawa keras mendengar ucapan Yoshi. "Lihatlah, kau sudah berani bercakap dengan kami sekarang..."

"...padahal semalam, nak pandang mata aku pun takut."

Yoshi tidak membalas ucapa din Doyoung, perhatiannya jatuh pada dua ekor anak kucing yang berada di dalam kotak sangkar kuning itu.

Alisnya menaik. "Kalian berdua pelihara kucing?"

Tanya Yoshi dengan tatapan tidak percaya, susah untuk percaya yang orang seperti mereka pun masih ada hati untuk memelihara kucing.

Yedam tergelak kecil mendengar ucapan Yoshi, lucu menurutnya.

"Tidak, mereka hanya untuk disiksa. Kau faham maksud aku, kan?"

Kata Doyoung dengan senyuman misteriusnya. Yoshi hanya sekadar nengangguk, dia lebih dari faham sebenarnya.

[✓] Close your eyesWhere stories live. Discover now