"Aku adalah Arabella Vroom dan aku akan tetap berada disisi suamiku, dia suka atau tidak."
"Pernikahan ini bukanlah untuk diriku, aku pria bebas yang tidak akan terikat pernikahan sampai kapanpun. Kau mau mundur atau kau akan mendapatkan air mata ak...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Ara." Panggilan itu membuat langkah Ara terhenti, ia berbalik dan mengerang dalam hati.
"Jangan hari ini, Please." gumannya tapi tetap menunggu ketika Hendrik mendatanginya dan berdiri di hadapannya.
"Ada yang bisa saya bantu, Meneer?" tanya Ara kepada pria itu.
"Aku ingin berbicara denganmu." Hendrik mengulurkan tangannya untuk mengambil tangan Ara tapi wanita itu dengan cepat mundur sehingga tangan pria itu memegang angin.
"Ada apa denganmu? Kenapa kau berubah sekarang?" Alis Ara terangkat naik.
"Kau tidak salah bertanya tentang hal itu padaku bukan?" Ia bertanya kaget.
"Kau siapa?" Sambungnya membuat Hendrik terdiam.
"Jangan membuat drama dalam kehidupanku lagi, Meneer Bou atau aku akan melaporkan kepada Dekan tentang perlakuan Anda terhadap mahasisawa Anda." Ujar Ara dingin.
"Aku hanya ingin berbicara denganmu. Ara, aku merindukanmu." Hendrik hampir menyentuh helai rambut Ara yang dengan segera ditepis oleh wanita itu.
"Aku tidak, aku wanita yang terikat." Ia mengangkat tangan kirinya yang berhiaskan cincin pertunangannya.
Dari ujung matanya ia melihat Camilla menuruni tangga dan berjalan ke arah mereka berdua.
"Kenapa kau tidak mengatakan rindu kepada Camilla, dia akan sakit hati jika mengetahui bahwa kekasihnya mengatakan rindu kepada wanita lain." Ara memandang Hendrik yang yang masih memandang Ara.
"Aku tidak peduli pada Camilla, Ara. Aku tahu aku bersalah tapi aku mohon berikan aku kesempatan kedua." Ia berkata kepada Ara yang mengangguk.
"Bagaimana denganmu, Camilla? Apa aku harus memberi kesempatan kedua kepada kekasihmu?" Hendrik dengan cepat berpaling dan melihat Camilla berada di belakangnya dengan pandangan penuh amarah.
